Kerajaan Aceh Toba Barus

72 Cakrawala Sejarah SMAMA Kelas XI IPS Pada masa pemerintahan Sultan Trenggana, wilayah Demak meliputi Jawa Barat, Jawa Tengah, dan sebagian Jawa Timur. Kehidupan sosial masyarakat Kerajaan Demak telah berjalan dengan teratur. Kehidupan sosial pada saat itu diatur dengan hukum-hukum yang berlaku dalam ajaran Islam. Akan tetapi norma-norma atau tradisi-tradisi lama tidak ditinggalkan begitu saja. Dengan demikian sistem kehidupan sosial masyarakat Kerajaan Demak dapat dikatakan telah mendapat pengaruh Islam. Hasil-hasil budaya Kerajaan Demak merupakan kebudayaan yang berkaitan dengan Islam. Hasil budayanya yang cukup terkenal dan sampai sekarang masih tetap berdiri adalah masjid Demak. Masjid ini merupakan lambang kebesaran Demak sebagai kerajaan yang bercorak Islam. Masjid Demak selain kaya dengan ukir-ukiran yang bercirikan Islam juga memiliki keistimewaan, karena salah satu tiangnya dibuat dari pecahan-pecahan kayu tatal. Selain masjid Demak, Sunan Kalijaga juga melakukan dasar-dasar perayaan sekaten. Perayaan itu digunakan oleh Sunan Kalijaga untuk menarik minat masyarakat agar masuk Islam. Sekaten ini kemudian menjadi tradisi atau kebudayaan yang terus terpelihara sampai sekarang. Pada masa akhir pemerintahan Sultan Trenggana terjadi perebutan takhta dengan Arya Penangsang serta Hadiwijaya yang membawa keruntuhan Kerajaan Demak.

4. Kerajaan Pajang

Berdirinya Kerajaan Pajang tidak lepas dari runtuhnya Kerajaan Demak pada tahun 1568. Pada mulanya, Arya Penangsang yang menguasai Demak berhasil dikalahkan oleh Jaka Tingkir. Oleh Jaka Tingkir, pusat Kerajaan Demak dipindahkan ke Pajang, sebelah barat kota Solo sekarang. Sejak saat itu, berakhirlah Kerajaan Demak dan berdirilah Kerajaan Pajang. Adapun Demak pada saat itu, dijadikan wilayah kadipaten yang diserahkan kepada Arya Pangiri putra Sunan Prawoto. Pada waktu Sultan Hadiwijaya Jaka Tingkir memerintah Kerajaan Pajang, Ki Ageng Pemanahan diangkat menjadi bupati di Mataram sebagai balas jasa atas bantuannya mengalahkan Arya Penangsang. Setelah Ki Ageng Pemanahan wafat, jabatan bupati di Mataram diberikan kepada Sutawijaya, putra angkat Ki Ageng Pemanahan lihat Kerajaan Mataram. Sepeninggal Sultan Hadiwijaya pada tahun 1582, takhta Pajang menjadi rebutan antara Pangeran Benawa putra Hadiwijaya dan Arya Pangiri menantu Hadiwijaya. Arya Pangiri merasa tidak puas dengan hanya menjabat sebagai adipati di Demak. Pangeran Benawa disingkirkan dan hanya dijadikan adipati di Jipang. Selama berkuasa 1582 – 1586, Arya Pangiri banyak melakukan tindakan yang meresahkan rakyat, sehingga menimbulkan berbagai perlawanan. Kesempatan ini dimanfaatkan oleh Pangeran Benawa untuk menghimpun kekuatan dan merebut kembali takhta Pajang. Dalam hal ini, Pangeran Benawa bekerja sama dengan Sutawijaya Mataram. Akhirnya, Arya Pangiri dapat dikalahkan dan disuruh kembali ke Demak. Setelah Pajang kembali ke tangannya, Pangeran Benawa justru menyerahkan kekuasaan Pajang kepada Sutawijaya. Hal ini dilakukannya karena Pangeran Benawa merasa tidak mampu memimpin Pajang yang begitu luas. Sutawijaya kemudian memindahkan pusat