Berpikir Kreatif Sistematika Penulisan Skripsi

pemahaman secara jelas. Dalam berpikir kreatif sering kali kita mulai dengan rasa ingin tahu, ingin menemukan sebuah makna, dan rasa ingin memperoleh suatu jawaban Adirakasiwi, 2014. Dengan berpikir kreatif dapat menolong kita untuk meningkatkan kemampuan memecahkan sebuah masalah untuk memperoleh suatu jawaban. Munandar 2012: 168 mengungkapkan bahwa kreativitas merupakan kemampuan untuk melihat atau memikirkan hal-hal yang luar biasa, yang tidak lazim, memadukan informasi yang tampaknya tidak berhubungan dan mencetuskan solusi atau gagasan-gagasan baru, yang menunjukkan kelancaran fluency, kelenturan flexibility, dan orisinalitas originality dalam berpikir. Menurut Dwijanto 2007: 11-12, berpikir kreatif adalah kemampuan dalam matematika yang meliputi 4 empat kemampuan sebagai berikut. 1. Kelancaran fluency yaitu kemampuan menjawab masalah matematika secara tepat. 2. Keluwesan flexibility yaitu kemampuan menjawab masalah matematika melalui cara yang tidak baku. 3. Keaslian originality yaitu kemampuan menjawab masalah matematika dengan menggunakan bahasa, cara, atau ide sendiri. 4. Elaborasi elaboration yaitu kemampuan memperluas jawaban masalah, memunculkan masalah baru atau gagasan. Aspek-aspek dalam berpikir kreatif yang disampaiakan oleh beberapa ahli bermacam-macam. Pada penelitian ini, disimpulkan indikator kemampuan berpikir kreatif yang digunakan yaitu berpikir lancar, berpikir luwes fleksibel, berpikir orisinil, dan berpikir terperinci elaborasi. Kelancaran fluency adalah kemampuan menyelesaikan masalah matematia secara tepat yaitu jawaban yang diperoleh relevan dengan masalah yang disajikan dan arus pemikiran lancar yaitu diharapkan agar jawaban sesuai yang diminta dan tidak bertele-tele sehingga diperoleh efisiensi waktu dalam menyelesaikan masalah. Keluwesan flexibility adalah kemampuan menjawab masalah matematika melalui berbagai macam strategi penyelesaian namun tetap mendapatkan jawaban masalah yang sesuai. Jika cara yang digunakan beragam akan tetapi tidak mengacu pada jawaban yang diminta, maka tidak memenuhi kriteria keluwesan. Keaslian originality adalah kemampuan menjawab masalah matematika dengan menggunakan bahsa, cara, atau idenya sendiri. Jawaban dari masalah tidak tunggal melainkan terdapat variasi jawaban yang tepat. Tujuan utamanya bukan untuk mendapatkan jawaban tetapi lebih menekankan pada proses bagaimana tahapan untuk sampai pada suatu jawaban. Kerincian elaboration adalah kemampuan menjawab secara rinci atau detail terhadap setiap masalah yang diberikan. Kerincian jawaban runtut dan koheren, misalnya dengan konsep-konsep yang terkait. 2.1.5 Teori Pembelajaran yang Mendukung 2.1.5.1 Teori Vygotsky Teori Vygotsky dalam Trianto 2007: 2-27 ini lebih mekankan pada aspek interaksi sosial dari proses belajar. Menurut Vygotsky bahwa proses pembelajaran akan terjadi jika anak bekerja atau menangani tugas-tugas tersebut masih berada dalam jangkauan mereka atau disebut dengan daerah tingkat perkembangan sedikit di atas daerah perkembangan seseoarang saat ini yang disebut dengan zone of proximal development. Vygotsky yakin bahwa fungsi mental yang lebih tinggi pada umumnya muncul dalam percakapan dan kerja sama antar individu sebelum fungsi mental yang lebih tinggi itu terserah ke dalam individu. Ada satu lagi ide penting dari Vygotsky adalah pemberian bantuan kepada anak selama tahap-tahap awal perkembangannya dan mengurangi bantuan tersebut kemudian memberikan kesempatan kepada anak untuk mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar segera setelah anak dapat melakukannya. Sebagai contoh, pada kegiatan pembelajaran, pada kegiatan pendahuluan, guru membantu siswa untuk mengingat pengetahuan yang telah dimiliki siswa sebelumnya dengan melakukan tanya jawab. Kemudian guru mulai mempersilahkan siswa untuk mengamati, mencoba, atau berdiskusi secara mandiri untuk menemukan konsep atau pengetahuan yang baru. Pada akhirnya, siswa dapat mempelajari konsep secara mandiri tanpa bantuan dari guru. Teori belajar Vygotsky dalam penelitian ini berhubungan dengan strategi pembelajaran yang digunakan yaitu TTW, karena strategi tersebut menekankan siswa untuk belajar dalam kelompok. Melalui kelompok ini siswa dapat berdiskusi memecahkan masalah yang diberikan dengan saling bertukar ide. Selain itu, pemberian bantuan kepada siswa dalam proses pembelajaran sedikit demi sedikit dikurangi. Hal ini dapat diterapkan pada strategi TTW. Pada mulanya guru memberikan bantuan siswa untuk mengingat pengetahuan lamanya melalui tanya jawab dan arahan-arahan dari guru, kemudian guru memberikan bantuan berupa alat peraga dan siswa diminta mencoba sendiri, selanjutnya siswa menyusun argumennya sendiri berdasarkan hasil percobaan melalui diskusi.

2.1.5.2 Teori Belajar Ausubel

Suherman 2003: 32 mengemukakan bahwa teori Ausubel ini terkenal dengan belajar bermaknanya dan pentingnya pengulangan sebelum belajar