Aspek Ketenagakerjaan Karakteristik Industri a. Sejarah dan perkembangan

48

e. Aspek Ketenagakerjaan

Tenaga kerja adalah penjual jasa baik pikiran maupun tenaganya dan mendapat kompensasi yang besarnya telah ditetapkan terlebih dahulu Hasibuan, 2003. Adisaputro dan Marwan 1992 menambahkan tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi yang utama dan selalu ada dalam perusahaan, meskipun pada perusahaan tersebut sudah digunakan mesin-mesin. Tenaga kerja dalam industri gula merah tebu adalah orang atau sekelompok yang bekerja mengolah tebu menjadi produk gula merah tebu. Tenaga kerja penggiling termasuk kedalam kelompok tenaga kerja langsung. Menurut Asri dan Adisaputro 1992 yang dikategorikan sebagai tenaga kerja langsung antara lain adalah para buruh pabrik yang ikut serta dalam kegiatan proses produksi dari bahan mentah sampai terbentuk barang jadi. Sebuah industri gula merah tebu di Kecamatan Kebonsari menggunakan 5 – 10 orang sebagai tenaga kerja. Tenaga kerja ini terbagi menjadi dua jenis, yaitu tenaga kerja di pabrik dan tenaga kerja di kebun. Satu kelompok tenaga kerja di pabrik terdiri dari 4 – 5 orang, sedangkan satu kelompok tenaga kerja di kebun terdiri dari 2 – 3 orang. Berdasarkan pekerjaan yang dilakukan maka dalam industri gula merah tebu pekerja dikelompokkan menjadi 4 kelompok, yaitu : 1. Tukang tebang Tukang tebang biasanya dilakukan oleh 2 – 3 orang yang bekerja di kebun selama 7 – 8 jamhari. Rata-rata dalam sehari tukang tebang mampu menghasilkan 3 – 4 ton tebu yang siap digiling pada hari berikutnya. Pekerjaan yang dilakukan tukang tebang adalah membersihkan batang tebu dari daun-daun kering, menebang batang tebu, dan mengangkut tebu dari kebun menuju pabrik. 2. Tukang giling Sebuah mesin penggiling tebu dikerjakan oleh 2 orang tukang giling. Pekerjaan yang dilakukan tukang giling adalah menggiling tebu, mengangkut ampas tebu bagase ke ruang bahan bakar, dan menjemur ampas tebu bagase. Penggilingan tebu biasanya hanya dilakukan seorang tukang giling, sementara seorang lagi mengumpulkan dan mengangkut ampas tebu bagase ke ruang bahan bakar. 49 3. Tukang masak Sebuah tungku pemasakan biasanya dikerjakan oleh 2 – 3 orang tukang masak. Pekerjaan yang dilakukan tukang masak antara lain memindahkan nira dari bak penampungan ke wajan pemasakan, membersihkan nira dari kotoran untuk, menurunkan larutan gula gulali ke wajan pengentalan untuk diaduk, mencuci cetakan lemper, dan mencetak gula merah. Koordinasi antara tukang masak dan tukang obor sangat diperlukan untuk mencegah larutan gula gulali tidak gosong. 4. Tukang obor Tukang obor adalah pekerja yang bertanggung jawab terhadap pengaturan suhu api. Ampas tebu bagase dan sekam yang dimasukkan sebagai bahan bakar tungku harus diatur sehingga suhu api dapat konstan. Seorang tukang obor harus selalu siap memantau wajan pemasakan. Pemasukan bahan bakar ampas tebu bagase dan sekam ketika pemasakan dilakukan secara kontinu, tetapi ketika sudah ada larutan gula gulali yang hampir masak pemasukannya dihentikan sampai larutan gula gulali diturunkan ke wajan pengentalan. Dalam pelaksanaannya kelompok pekerja terutama yang bekerja di pabrik tidak hanya mengerjakan pekerjaan tertentu. Sebagai sebuah kelompok, setiap pekerja saling membantu satu sama lain. Sebagai contoh ketika tukang masak sedang mengaduk larutan gula gulali dan mencetak gula merah, tukang obor akan membantu membuang kotoran untuk apabila diperlukan. Sambil menunggu ampas tebu bagase biasanya tukang giling akan membantu tukang masak dengan memindahkan nira dari bak penampungan ke wajan pemasakan. Skala industri gula merah tebu yang kecil menyebabkan tingkat kebutuhan tenaga kerja tidak terlalu banyak sehingga untuk memenuhi kebutuhan tersebut hanya digunakan tenaga kerja yang berasal dari penduduk setempat dan sedikit saja yang berasal dari daerah disekitarnya. Berdasarkan pengamatan selama penelitian, dari 5 – 10 orang tenaga kerja yang bekerja di industri gula merah tebu 80 berasal dari Kecamatan Kebonsari, sedangkan 20 sisanya berasal dari Kecamatan lain. Tenaga kerja yang berasal dari penduduk setempat biasanya masih memiliki ikatan persaudaraan dengan pengusaha industri gula merah tebu. 50 Upah adalah balas jasa yang dibayarkan kepada pekerja dengan pedoman atas perjanjian yang disepakati pembayarannya Hasibuan, 2003. Berdasarkan jenis penerima upah, upah yang diberikan pada tenaga kerja pengolah gula merah tebu di Kecamatan Kebonsari termasuk dalam jenis upah kelompok. Menurut Ries dalam Scheltema 1985 upah kelompok adalah penerima upah berupa sekelompok pekerja, yang karenanya mencapai prestasi kerja secara bersama- sama dimana kelompok itu membagi dirinya sesuai dengan pekerjaannya. Upah diberikan sesuai dengan kesepakatan antara pengusaha dengan tenaga kerja yang dihitung berdasarkan hasil produksi dan dibayarkan dalam bentuk uang. Besarnya upah yang diterima satu kelompok tenaga kerja sama dengan 16 – 15 hasil produksi gula merah tebu yang dihasilkan.

f. Aspek pembiayaan