50 Upah adalah balas jasa yang dibayarkan kepada pekerja dengan pedoman atas
perjanjian yang disepakati pembayarannya Hasibuan, 2003. Berdasarkan jenis penerima upah, upah yang diberikan pada tenaga kerja pengolah gula merah tebu
di Kecamatan Kebonsari termasuk dalam jenis upah kelompok. Menurut Ries dalam Scheltema 1985 upah kelompok adalah penerima upah berupa
sekelompok pekerja, yang karenanya mencapai prestasi kerja secara bersama- sama dimana kelompok itu membagi dirinya sesuai dengan pekerjaannya. Upah
diberikan sesuai dengan kesepakatan antara pengusaha dengan tenaga kerja yang dihitung berdasarkan hasil produksi dan dibayarkan dalam bentuk uang. Besarnya
upah yang diterima satu kelompok tenaga kerja sama dengan 16 – 15 hasil produksi gula merah tebu yang dihasilkan.
f. Aspek pembiayaan
Sebuah industri memerlukan modal kerja untuk memutar roda operasi sehari- hari seperti dana pengadaan bahan baku, bahan pembantu, barang setengah jadi,
barang jadi, piutang dagang, dan sejumlah cadangan uang tunai Sutoyo, 1996. Menurut BPS 2003 modal kerja yang dimiliki dapat berasal dari modal sendiri
dan pihak lain. Modal sendiri adalah harta milik usaha sendiri tanpa adanya kontribusi dari usaha atau pihak lain, sedangkan modal pihak lain merupakan
harta milik pihak lain bank, koperasi, lembaga keuangan bukan bank, keluarga, dan perorangan dimana pengusaha tidak berkontribusi sama sekali.
Berdasarkan keterangan pengusaha gula merah tebu di Kecamatan Kebonsari, sumber modal yang digunakan untuk kegiatan operasioanl usaha gula merah tebu
berasal dari modal milik sendiri dan pinjaman dari pihak lain. Sumber modal yang berasal dari pinjaman kepada pihak lain sebagian besar berasal dari sanak
saudara, perseorangan, dan hanya sedikit yang menggunakan jasa perbankan. Beberapa alasan pengusaha tidak menggunakan jasa perbankan adalah tidak
memiliki jaminan, prosedur sulit, dan tidak berminat. Dalam menjalankan usahanya pengusaha gula merah tebu cenderung
menggunakan naluri dalam mengelola usahanya, namun pengusaha tidak membiasakan diri membuat catatan-catatan tentang kegiatan yang terjadi. Data-
data transaksi, keuangan, janji-janji dagang, harta, persediaan dan sebagainya sangat terbatas sekali. Tidak jarang terjadi bahwa janji dagang atau pesanan
51 terlupakan karena tidak tercatat dengan baik. Pengusaha hanya mengandalkan
daya ingat dengan sedikit catatan untuk menunjang kebijaksanaan yang diambilnya.
Menurut Adiningsih 2004 salah satu kelemahan UKM dalam aspek keuangan adalah banyaknya UKM yang belum bankable karena belum adanya
manajemen keuangan yang transparan. Murdinah et al., 2002 menambahkan dalam bidang keuangan, UKM biasanya lemah dalam membuat anggaran, tidak
adanya pencatatan dan pembukuan yang memadai, dan tidak adanya batasan tegas antara milik pribadi keluarga dengan milik perusahaan.
g. Aspek Profitabilitas