Memelihara barang yang disewa itu sebaik-baiknya, seolah-olah barang miliknya sendiri.

1. Memelihara barang yang disewa itu sebaik-baiknya, seolah-olah barang miliknya sendiri.

Perjanjian sewa-menyewa, bertujuan untuk memberikan hak pemakaian saja, bukan hak milik atas suatu benda. Karena itu pihak yang menyewakan tidak usah seorang pemilik atas benda yang disewakan itu, cukuplah misalnya ia seorang yang mempunyai hak erfpacht atau vruchtgebruik atas benda tersebut. Perjanjian sewa- menyewa juga tidak memberikan suatu hak kebendaan, ia hanya memberikan suatu hak perseorangan terhadap orang yang menyewakan barang. Karena hak sewa bukan suatu hak kebendaan, maka jika si penyewa diganggu oleh seorang pihak ketiga dalam melakukan haknya itu, ia tidak dapat secara langsung menuntut orang yang mengganggu itu, tetapi ia harus mengajukan tuntutannya pada orang yang menyewakan.

Jika tidak diperjanjikan lain, si penyewa tidak boleh menyewakan lagi benda yang disewanya itu. Ini memang sudah Jika tidak diperjanjikan lain, si penyewa tidak boleh menyewakan lagi benda yang disewanya itu. Ini memang sudah

Dalam hal sewa-menyewa rumah, oleh undang-undang ditetapkan bahwa perbaikan-perbaikan kecil harus dipikul oleh si penyewa, sedangkan perbaikan-perbaikan besar harus dipikul oleh pemilik rumah. Si penyewa diwajibkan mengisi rumah itu dengan perabot rumah sepantasnya. Si pemilik rumah mempunyai hak "privilege" atas barang-barang perabot rumah itu sebagai tanggungan untuk sewa yang belum dibayar. Ia dapat menyita barang-barang itu dan berhak memintanya kembali jika barang- barang itu dipindahkan ke tempat lain (pand-beslag; pand di sini berarti persil).

Menurut pengertian pasal 1576 B.W. jika rumah dijual, maka perjanjian jual beli ini tidak akan mempengaruhi perjanjian sewa- menyewa yang berlaku atas rumah tersebut ("koop breekt geen huur"). Ini berarti, perjanjian sewa-menyewa harus dioper oleh pemilik baru atas dasar-dasar yang sama.

Lazimnya "jual" di sini ditafsirkan secara luas ("analogis"), hingga meliputi tukar menukar, penghibahan dan lain-lain pemindahan hak milik.

c. Pemberian atau hibah (schenking) Menurut pengertian pasal 1666 B.W. yang dinamakan

"pemberian" ("schenking") ialah suatu perjanjian (obligatoir), di mana pihak yang satu menyanggupi dengan cuma-cuma (om niet) dengan secara mutlak (onherroepelijk) memberikan suatu benda pada pihak yang lainnya, pihak mana menerima pemberian itu. Sebagai suatu perjanjian, pemberian (schenking) itu seketika mengikat dan tak dapat ia dicabut kembali begitu saja menurut kehendak satu pihak. Jadi berlainan sekali sifatnya dari suatu hibah wasiat atau pemberian dalam suatu testament, yang baru memperoleh kekuatan mutlak, apabila orang yang memberikan benda sudah meninggal, dan sebelumnya ia selalu dapat ditarik kembali.

Agar dapat dikatakan tentang suatu "pemberian," perbuatan itu harus bertujuan memberikan suatu hadiah belaka (liberaliteit), jadi tidak boleh ada suatu keharusan atau perikatan meskipun hanya berupa natuurlijke verbintenis saja.

Perkataan "pemberian" dalam pasal 1666 dsl. dipakai dalam arti kata yang sempit, karena hanya perbuatan-perbuatan yang memenuhi syarat-syarat yang disebutkan di situ dinamakan "pemberian", misalnya syarat "dengan cuma-cuma" yaitu tanpa pembayaran. Di sini dapat dikatakan tentang suatu "formele schenking." Tetapi bagaimana halnya dengan seseorang yang menjual rumahnya dengan harga yang sangat rendah atau yang membebaskan debiturnya dari hutangnya? Menurut pasal 1666 ia tidak melakukan suatu "pemberian," tetapi menurut pengertian yang luas ia dapat dikatakan memberi juga. Di sini dikatakan tentang suatu "materiele schenking" (memberikan menurut hakekat) dan pemberian dalam artikata yang luas ini dipakai dalam pasal 920 (pemberian yang melanggar legitieme portie), pasal 1086 (inbreng: pemberian yang harus diperhitungkan dalam pembagian warisan) Perkataan "pemberian" dalam pasal 1666 dsl. dipakai dalam arti kata yang sempit, karena hanya perbuatan-perbuatan yang memenuhi syarat-syarat yang disebutkan di situ dinamakan "pemberian", misalnya syarat "dengan cuma-cuma" yaitu tanpa pembayaran. Di sini dapat dikatakan tentang suatu "formele schenking." Tetapi bagaimana halnya dengan seseorang yang menjual rumahnya dengan harga yang sangat rendah atau yang membebaskan debiturnya dari hutangnya? Menurut pasal 1666 ia tidak melakukan suatu "pemberian," tetapi menurut pengertian yang luas ia dapat dikatakan memberi juga. Di sini dikatakan tentang suatu "materiele schenking" (memberikan menurut hakekat) dan pemberian dalam artikata yang luas ini dipakai dalam pasal 920 (pemberian yang melanggar legitieme portie), pasal 1086 (inbreng: pemberian yang harus diperhitungkan dalam pembagian warisan)

Perkataan "dengan cuma-cuma" tidak berarti tidak boleh ada suatu kontraprestasi. Menurut undang-undang, suatu pemberian boleh disertai dengan suatu "beban" ("last"), yaitu suatu kewajiban dari yang menerima pemberian untuk berbuat sesuatu (misalnya memberikan suatu pensiun kepada seorang janda). Jika prestasi yang harus dilakukan oleh si penerima melampaui harga barang yang diterimanya, maka tidak dapat dikatakan tentang suatu "pemberian" lagi.

Pemberian benda-benda tak bergerak dan hak-hak piutang atas nama, harus dilakukan dengan akte notaris. Tetapi barang-barang yang bergerak dan piutang-piutang yang berupa surat bawa (aan toonder) cukup diserahkan begitu saja.

d. Persekutuan (maatschap) Ini adalah suatu perjanjian di mana beberapa orang termufakat

untuk bekerja bersama dalam lapangan ekonomi, dengan tujuan membagi keuntungan yang akan diperoleh. Maatschap ini merupakan suatu bentuk kerja sama yang paling sederhana. Suatu modal tertentu tidak ada, bahkan diperbolehkan seorang anggota hanya menyumbangkan tenaganya saja. Cara bagaimana keuntungan bersama akan dibagi, diatur dalam perjanjian pendirian maatschap itu. Jika tidak diperjanjikan tentang bagaimana membagi keuntungan itu, maka pembagian ini harus didasarkan pada jumlah pemasukan modal masing-masing, sedangkan mereka yang hanya menyumbangkan tenaganya saja mempunyai hak yang sama dengan anggota yang memasukkan modal paling sedikit.

Untuk suatu perjanjian, maatschap tidak diharuskan suatu akte atau bentuk lain. Jadi diperbolehkan membuat perjanjian itu secara lisan saja. Suatu perjanjian yang tidak diharuskan dalam suatu bentuk atau cara tertentu, dinamakan perjanjian consen-sueel, artinya sudah cukup jika ada kata sepakat.

Tentang perjanjian maatschap ini, akan diberikan penjelasan yang lebih lanjut dalam bagian tentang Hukum Dagang.

e. Penyuruhan (lastgejring) Ini adalah suatu perjanjian di mana pihak yang satu (last-gever)

memberikan perintah kepada pihak yang lain (lasthebber) untuk melakukan suatu perbuatan hukum, perintah mana diterima oleh yang belakangan ini. Memang pada asasnya orang dapat menyuruh orang lain melakukan perbuatan-perbuatan hukum untuk dirinya, kecuali jika perbuatan-perbuatan itu berhubungan dengan sifatnya yang sangat pribadi yang harus dilakukan sendiri, misalnya membuat suatu testament.

Seorang pihak ketiga dapat bersangkutan dengan penyuruhan itu, jika orang yang disuruh itu memberitahukan padanya bahwa ia berbuat atas suruhan orang lain. Dalam hal yang demikian, terjadilah apa yang dinamakan "perwaMlan secara langsung." Jika orang yang disuruh tidak memberitahukan bahwa ia hanya disuruh saja, tetapi bertindak keluar seolah-olah ia berbuat untuk diri sendiri, maka Seorang pihak ketiga dapat bersangkutan dengan penyuruhan itu, jika orang yang disuruh itu memberitahukan padanya bahwa ia berbuat atas suruhan orang lain. Dalam hal yang demikian, terjadilah apa yang dinamakan "perwaMlan secara langsung." Jika orang yang disuruh tidak memberitahukan bahwa ia hanya disuruh saja, tetapi bertindak keluar seolah-olah ia berbuat untuk diri sendiri, maka

Perlu diterangkan, bahwa kekuasaan untuk mewakili orang lain ini tidak hanya ada pada seorang lasthebber saja, tetapi ada juga misalnya pada orang tua terhadap anaknya dan pada seorang wah atau kurator. Jadi kekuasaan untuk mewakili orang lain dapat lahir selainnya dari suatu perjanjian, juga dari undang-undang. Dengan kata lain : Perjanjian penyuruhan adalah salah satu sumber dari kekuasaan untuk mewakili seorang dalam hal melakukan perbuatan- perbuatan hukum. Kekuasaan untuk mewakili orang lain yang berdasarkan suatu perjanjian, biasanya dinamakan "penguasaan" ("volmacht").

Apakah perbedaannya antara suatu perjanjian penyuruhan dengan suatu Perjanjian perburuhan?

Penyuruhan, dapat terjadi dengan tidak memakai upah, sedangkan perjanjian perburuhan selalu dimaksudkan untuk mendapat upah atau gaji, dan selalu membawa suatu hubungan diper-atas, antara seorang majikan dan seorang buruh. Perjanjian penyuruhan oleh undang-undang dianggap lazim terjadi sebagai suatu jasa dari seseorang terhadap temannya. Karena itu, dianggap pada umumnya terjadi dengan tiada memakai upah, meskipun diperbolehkan memperjanjikan upah. Apabila memang menurut adat kebiasaan atau jabatannya seseorang, kepada seorang diberikan upah, maka upah itu juga harus diberikan. Misalnya, orang yang menyuruh seorang notaris atau seorang pengacara untuk melakukan suatu perbuatan hukum, harus mengerti bahwa ia harus membayar honorarium.

f. Perjanjian Pinjam Oleh undang-undang diperbedakan antara : 1. Perjanjian pinjam

barang yang tak dapat diganti ("bruiklening") dan 2. Perjanjian pinjam barang yang dapat diganti ("verbruiklening").

1. Perjanjian pinjam barang yang tak dapat diganti Barang yang tak dapat diganti, misalnya, sebuah mobil atau

sepeda. Hak milik atas barang yang dipinjamkan tetap berada pada pemiliknya, yaitu pihak yang meminjamkan barangnya. Selama waktu peminjaman si peminjam harus memelihara barang tersebut sebaik-baiknya, seolah-olah itu miliknya sendiri ("als een goed huisvader") dan sehabis waktu pinjaman ia harus mengembalikannya dalam keadaan semula. Biaya pemeliharaan beserta biaya perbaikan kecil harus dipikul oleh si peminjam, biaya perbaikan besar harus dipikul oleh si pemilik barang.

Perjanjian ini menurut undang-undang selalu terjadi dengan percuma, sebab justru di sinilah letaknya perbedaan antara pinjam dengan sewa-menyewa.

Jika telah ditentukan jangka waktu pinjaman itu berlaku, tetapi pada suatu ketika ada keperluan yang mendadak dan mendesak, maka diperkenankan si pemilik untuk meminta kembali barangnya, meskipun waktu pinjaman itu belum habis.

2. Perjanjian pinjaman barang yang dapat diganti Barang yang dapat diganti, misalnya uang, beras, dsb. Dalam

praktek perjanjian ini hampir selalu ditujukan pada pinjaman uang.

Di sini barang yang diserahkan untuk dipinjam itu menjadi miliknya si peminjam, sedangkan pihak yang meminjamkan memperoleh suatu hak penuntutan (piutang) terhadap si peminjam untuk mengembaMkan sejumlah barang yang sama jumlah dan kwalitetnya.

Lagi pula di sini boleh diperjanjikan suatu pembayaran dari pihak si peminjam, pembayaran mana dinamakan bunga atau rente. Malahan biasanya suatu perjanjian pinjam uang, memakai bunga. Jika tidak diperjanjikan suatu pembayaran bunga, tetapi si peminjam membayar juga suatu bunga, maka menurut undang-undang pembayaran rente ini tidak boleh diminta kembali, artinya pembayaran itu dianggap sah. Inilah suatu contoh dari apa yang dinamakan suatu "natuurlijke verbintenis." Hanya jika apa yang dibayarkan itu melebihi bunga menurut undang-undang (6 persen), pembayaran yang melebihi jumlah ini boleh diminta kembali.

Suatu perjanjian pinjam — baik yang mengenai benda yang dapat diganti maupun mengenai benda yang tak dapat diganti — dinamakan suatu "rieel contract," artinya suatu perjanjian yang baru dianggap lahir pada ketika barangnya diserahkan (seperti perjanjian gadai). Sebelum barang diserahkan, hanya ada suatu perjanjian pendahuluan (voorovereenkomst).

g. Penanggungan hutang (borgtocht) Ini adalah suatu perjanjian di mana satu pihak (borg)

menyanggupi pada pihak lainnya (seorang berpiutang), bahwa ia menanggung pembayaran suatu hutang, apabila si berhutang tidak menepati kewajibannya. Biasanya perjanjian penanggungan hutang ini mengenai hutang pinjaman uang, sebab jika kewajiban si berhutang itu berupa melakukan suatu pekerjaan atau memberikan suatu barang, sukarlah perbuatan-perbuatan itu dilakukan (dan karenanya juga sukar ditanggung) oleh orang lain, meskipun mungkin seorang borg menyanggupi untuk menanggung pembayaran penggantian kerugian yang mungkin harus dibayar oleh si berhutang. Borgtoch adalah suatu perjanjian accessoir, seperti pand dan hypotheek. Perjanjian pokok, ialah perjanjian pinjaman uang yang ditanggung pembayarannya. Berhubung dengan sifatnya borgtocht yang hanya berupa suatu buntut belaka dari suatu perjanjian lain, oleh pasal 1822 B.W. ditetapkan bahwa kepada seorang borg tidak boleh dipikulkan suatu kewajiban yang lebih berat daripada yang dipikul oleh si berhutang itu sendiri. Jika terdapat hal yang demikian, maka perikatan yang melebihi perikatan pokok itu tidak berlaku.

Oleh karena seorang borg, hanya menanggung pembayaran saja, artinya yang harus memikul hutang itu si berhutang itu sendiri, maka apabila seorang borg telah melunasi hutang ini, ia berhak untuk menagihnya kembali dari si berhutang. Dan menurut undang- Oleh karena seorang borg, hanya menanggung pembayaran saja, artinya yang harus memikul hutang itu si berhutang itu sendiri, maka apabila seorang borg telah melunasi hutang ini, ia berhak untuk menagihnya kembali dari si berhutang. Dan menurut undang-

1. Jika ia membayar hutang itu dengan tidak memberitahukan si berhutang sehingga si berhutang ini juga telah membayar hutangnya dan si berpiutang dengan begitu telah menerima pembayaran dua kali;

2. Jika ia membayar dengan tidak memberitahukan si berhutang, sedangkan sebetulnya si berhutang ini dapat menolak penagihan hutang itu hingga ia pasti dibebaskan dari pembayaran.

Dalam kedua hal ini, si penanggung hutang diwajibkan berusaha sendiri untuk mendapatkan kembali uangnya yang telah dibayarkan dari si berpiutang.

Seorang borg mempunyai dua hak yang penting :

1. Ia berhak, jika ditagih, meminta supaya si berpiutang menuntut si berhutang lebih dahulu, jika perlu dengan menyita kekayaan si berhutang itu (voorrecht van eer- dere uitwinning);

2. Jika ada beberapa orang bersama-sama menanggung satu hutang, ia berhak meminta supaya pembayaran dipikul bersama-sama dengan teman-temannya, hingga ia hanya membayar bagiannya sendiri saja (voorrecht van schuldsplitsing).

h. Perjanjian perdamaian (dading atau compromis) Ini adalah suatu perjanjian di mana dua pihak membuat suatu

perdamaian untuk menyingkiri atau mengakhiri suatu perkara, dalam perjanjian mana masing-masing melepaskan sementara hak- hak atau tuntutannya. Perjanjian semacam ini harus diadakan tertulis, jadi tidak boleh secara lisan saja.

i. Perjanjian kerja (perburuhan) Sejak tahun 1926, telah dimasukkan suatu peraturan baru

dalam B.W., yang panjang lebar dan sesuai dengan kemajuan zaman. Dalam peraturan baru itu terdapat banyak pasal-pasal yang bertujuan melindungi pihak pekerja (buruh) terhadap majikannya, misalnya banyak hal-hal yang tidak boleh dimasukkan dalam suatu perjanjian perburuhan, sedangkan kekuasaan hakim untuk campur tangan juga besar. Perlu diterangkan bahwa peraturan-peraturan dalam B.W. itu berlaku bagi tiap pekerja, baik ia seorang pekerja harian, maupun ia seorang direktur bank.

Perjanjian kerja dalam arti kata yang luas dapat dibagi dalam:

a. Perjanjian perburuhan yang sejati (arbeids-overeen- komst);

b. Pemborongan pekerjaan (aanneming van werk);

c. Perjanjian untuk melakukan suatu jasa atau pekerjaan terlepas (overeenkomst tot het verrichten van enkele diensten).

Suatu perjanjian perburuhan yang sejati mempunyai sifat-sifat khusus yang berikut :

1. Ia menerbitkan suatu hubungan diperatas, yaitu suatu

hubungan antara buruh dan majikan, berdasarkan mana pihak yang satu berhak memberikan perintah-perintah kepada pihak yang lain tentang bagaimana ia harus melakukan pekerjaannya;

2. Selalu diperjanjikan suatu gaji atau upah, yang lazimnya berupa uang, tetapi ada juga yang (sebagian) berupa pengobatan dengan percuma, kendaraan, makan dan

penginapan, pakaian dan lain sebagainya;