Assuransi (pertanggungan)

5. Assuransi (pertanggungan)

Assuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian yang termasuk dalam golongan perjanjian untung-untungan (kansove- reenkomst), yaitu suatu macam perjanjian termasuk pula perjanjian perjudian dan perjanjian lijfrente.

Suatu perjanjian untung-untungan ialah suatu perjanjian yang dengan sengaja digantungkan pada suatu kejadian yang belum tentu, kejadian mana akan menentukan untung-ruginya salah satu pihak. Perihal perjudian dan lijfrente diatur dalam Buku III B.W. dalam bagian tentang perjanjian khusus, sedangkan perihal assuransi diatur dalam W.v.K.

Dalam hal suatu perjudian, mula-mula para pihak sama sekali tidak mempunyai kepentingan pada suatu kejadian, misalnya apakah dalam suatu pertandingan sepak-bola perkumpulan A ataukah perkumpulan B yang akan menang. Tetapi pada waktu mereka mulai mengadakan suatu perjanjian perjudian, timbullah suatu kepentingan bagi mereka dalam hal kalah atau menangnya salah satu kesebelasan.

Dalam hal suatu perjanjian assuransi dapat dikatakan bahwa kepentingan pada suatu kejadian dari semula sudah ada pada satu pihak, misalnya seorang pemilik rumah tentu saja dari semula sudah berkepentingan agar rumahnya tidak akan terbakar.

Justru kepentingan itulah yang mendorong si pemilik rumah untuk mengadakan suatu perjanjian assuransi. Risiko bahwa rumahnya akan terbakar, ingin dipikulkannya kepada orang lain. Tentu banyak orang lain yang bersedia memikul risiko itu, asal saja mereka diberikan suatu kontra prestasi berupa pembayaran uang premie. Jika terjadi kebakaran si pemilik rumah itu akan menerima penggantian kerugian yang diderita karenaya, sehingga timbulnya kebakaran itu berarti suatu kerugian bagi si penanggung. Sebaliknya jika tidak pernah terjadi kebakaran si penanggung mendapat keuntungan berupa jumlah uang premie yang telah dibayar oleh si pemilik rumah.

Menurut undang-undang, suatu assuransi adalah suatu perjanjian di mana seorang penanggung (verzekeraar), dengan menerima suatu premie, menyaggupi kepada orang yang ditanggung (verzekerde), untuk memberikan penggantian suatu kerugian atau kehilangan keuntungan, yang mungkin akan diderita oleh

orang yang ditanggung itu sebagai akibat suatu kejadian yang tidak tentu. Oleh W.v.K. disebutkan berbagai macam assuransi, di antaranya assuransi kebakaran, assuransi pertanian, assuransi pengangkutan dan assuransi laut, akan tetapi di dalam praktek telah timbul berbagai macam assuransi lainnya, karena memang pada asasnya tiap kemungkinan menderita kerugian yang dapat dinilai dengan uang dapat diassuransikan, asal saja pihak yang ditanggung bersedia membayar premie yang diminta oleh maskapai assuransi, orang yang ditanggung itu sebagai akibat suatu kejadian yang tidak tentu. Oleh W.v.K. disebutkan berbagai macam assuransi, di antaranya assuransi kebakaran, assuransi pertanian, assuransi pengangkutan dan assuransi laut, akan tetapi di dalam praktek telah timbul berbagai macam assuransi lainnya, karena memang pada asasnya tiap kemungkinan menderita kerugian yang dapat dinilai dengan uang dapat diassuransikan, asal saja pihak yang ditanggung bersedia membayar premie yang diminta oleh maskapai assuransi,

Assuransi adalah suatu perjanjian consensueel. Artinya ia dianggap telah terjadi manakala telah tercapai kata sepakat antara kedua pihak. Meskipun demikian, undang-undang memerintahkan dibuatnya suatu akte di bawah tangan yang dinamakan polis, dengan maksud untuk memudahkan pembuktian jika terjadi perselisihan.

Dari berbagai peraturan yang termuat dalam undang-undang dapat dilihat adanya suatu kehendak untuk mencegah dipakainya perjanjian assuransi sebagai suatu kesempatan atau suatu kedok untuk mengadakan perjudian. Pertama-tama oleh undang-undang ditetapkan sebagai asas bahwa untuk suatu perjanjian assuransi harus ada suatu kepentingan yang nyata, dengan kata lain : tiada kepentingan tiada assuransi. Selanjutnya oleh undang-undang dilarang untuk menanggung suatu barang untuk jumlah yang melebihi harganya, misalnya sebuah mobil yang hanya berharga satu juta rupiah tidak boleh diassuransikan untuk dua juta rupiah. Juga ditetapkan, bahwa dalam hal suatu assuransi untuk membayar kerugian yang boleh dibayarkan hanya jumlah yang sungguh- sungguh merupakan kerugian yang diderita oleh pihak yang ditanggung dan tidak boleh lebih dari itu. Akhirnya ada pula larangan untuk mengadakan suatu assuransi yang rangkap. Artinya jika suatu barang telah diassuransikan untuk harga penuh, tidak diperbolehkan untuk mengasuransikannya lagi yang akan berakibat si pemilik akan menerima penggantian kerugian yang ganda

Kemudian yang dimasukkan dalam perjanjian assuransi, harus suatu kejadian yang pada waktu perjanjian itu dibuat, belum berlangsung, setidak-tidaknya masih belum diketahui oleh kedua pihak. Jika orang yang ditanggung pada waktu perjanjian dibuat sudah tahu kejadian tersebut mulai berlangsung dengan menimbulkan kerugian yang dimaksudkan, maka perjanjian assuransi yang dibuat itu adalah batal.

Jika ternyata, kerugian ditimbulkan dengan sengaja atau karena kesalahan orang yang ditanggung sendiri, maka pihak yang menanggung tidak usah menggantikan kerugian itu. Premie yang telah dibayar tetap menjadi milik penanggung dan jika premie belum dibayar dapat ditagih manakala pihak penanggung sudah mulai memikul risiko.

Jika kejadian yang dimaksudkan dalam perjanjian — misalnya kebakaran — sungguh-sungguh terjadi, maka pihak yang ditanggung tidak boleh tinggal diam saja sambil menonton, tetapi menurut undang-undang ia diwajibkan berusaha sedapat-dapatnya untuk membatasi kerugian yang ditimbulkan, misalnya membasmi kebakaran tersebut. Jika dalam usahanya itu ia telah terpaksa mengeluarkan biaya, maka biaya ini dapat dipikulkan kepada si penanggung.

Jika suatu barang atau suatu kepentingan tidak ditanggungkan untuk harganya yang penuh, tetapi hanya untuk sebagian harganya, Jika suatu barang atau suatu kepentingan tidak ditanggungkan untuk harganya yang penuh, tetapi hanya untuk sebagian harganya,

Si penanggung yang telah membayar penggantian kerugian, menurut undang-undang menggantikan pihak yang ditanggung dalam hak-haknya terhadap orang-orang pihak ketiga yang mungkin dapat dituntut karena mereka menyebabkan terjadinya kerugian itu (subrogatie).

Menurut sifatnya, kita dapat membedakan dua macam assuransi. Assuransi yang bertujuan untuk mendapatkan suatu penggantian kerugian yang mungkin ditimbulkan oleh suatu kejadian (schadeverzekering) dan assuransi untuk mendapatkan suatu jumlah uang tertentu (sommenverzekering). Untuk assuransi jenis kedua tidak berlaku larangan untuk mengadakan assuransi rangkap. Assuransi macam ini misalnya, pertanggungan jiwa (levensverze- kering).

Dalam suatu assuransi untuk mendapatkan sejumlah uang tertentu sering ditunjuk seorang lain guna menerima uang tersebut. Hal itu diperbolehkan menurut apa yang ditentukan oleh pasal 1317 BW. untuk perjanjian pada umumnya.

Suatu perjanjian lijfrente, adalah suatu perjanjian yang merupakan sebaliknya dari suatu assuransi jiwa. Satu pihak membayar sejumlah uang sekaligus. Pihak yang lain menyanggupi untuk memberikan tiap-tiap kali (saban bulan atau saban tahun) sejumlah uang tunjangan sampai meninggalnya orang itu.