Pand dan Hypotheek

d. Pand dan Hypotheek

Kedua hak kebendaan ini, memberikan kekuasaan atas suatu Hak keben- benda tidak untuk dipakai, tetapi untuk dijadikan jaminan bagi famlnan*"'* hutang seseorang. Betul menurut pasal 1131 B.W.

semua benda suatu hutang atau kekayaan seseorang menjadi jaminan untuk semua hutang-hutangnya, tetapi sering orang tidak puas dengan jaminan secara umum ini. Lalu ia meminta supaya suatu benda tertentu dijadikan tanggungan. Apabila orang yang berhutang tidak menepati kewajibannya, orang yang menghutangkan dapat dengan pasti dan mudah melaksanakan haknya terhadap si berhutang, dengan mendapat kedudukan yang lebih tinggi daripada penagih-penagih hutang lainnya.

Dalam hukum Rumawi, semacam hak gadai yang dinamakan "fiducia" berupa suatu pemindahan hak milik dengan perjanjian bahwa benda itu akan dikembalikan apabila si berhutang sudah membayar hutangnya. Selama hutang belum dibayar, orang yang menghutangkan menjadi pemilik benda yang menjadi tanggungan itu. Sebagai pemilik dengan sendirinya ia berhak menyuruh memakai atau menyewakan benda itu pada si berhutang, sehingga orang ini tetap menguasai bendanya.

Suatu cara lain untuk memberikan jaminan bagi suatu hutang, ialah yang dinamakan "pignus depositum," di mana barang tanggungan tidak menjadi milik orang yang menghutangkan selama hutangnya belum dibayar, tetapi barang itu diserahkan padanya untuk menjadi pegangan saja.

Juga cara ini mengizinkan, barang tanggungan itu tetap berada dalam tangan orang yang berhutang. Selanjutnya ada cara lagi yang dinamakan "hypotheca," di mana barang tanggungan tidak dipindahkan ke dalam tangan orang yang menghutangkan, tetapi orang ini selalu dapat memintanya, meskipun barang itu sudah berada di tangan orang lain, apabila orang yang berhutang tidak menepati kewajibannya. Baik barang-barang yang bergerak maupun yang tak bergerak dapat diberikan dalam "hypotheca" tersebut.

Suatu keberatan yang terasa dalam hukum Rumawi, bahwa orang-orang lain tidak dapat mengetahui tentang adanya hak-hak kebendaan tersebut di atas, sehingga sering terjadi orang memperoleh hak milik atau hak lain atas suatu benda tetapi kemudian ternyata ada suatu hak kebendaan yang lebih tua, sehingga orang itu menderita kerugian karenanya.

Dalam hukum Germania yang memang sudah mengenal suatu pembedaan pokok antara benda-benda yang bergerak dan benda- benda yang tak bergerak, telah ada pembedaan antara pemberian tanggungan berupa barang yang tak bergerak, yang dinamakan "Satzung" dan harus dilakukan di depan hakim untuk memberikan Dalam hukum Germania yang memang sudah mengenal suatu pembedaan pokok antara benda-benda yang bergerak dan benda- benda yang tak bergerak, telah ada pembedaan antara pemberian tanggungan berupa barang yang tak bergerak, yang dinamakan "Satzung" dan harus dilakukan di depan hakim untuk memberikan

Pandrecht Menurut B.W. pandrecht adalah suatu hak kebendaan atas

suatu benda yang bergerak kepunyaan orang lain, yang semata- mata diperjanjikan dengan menyerahkan bezit atas benda tersebut, dengan tujuan untuk mengambil pelunasan suatu hutang dari pendapatan penjualan benda itu, lebih dahulu dari penagih-penagih lainnya" (pasal 1150 B.W.). Sifatnya sebagai hak kebendaan (dapat dipertahankan terhadap tiap orang) nampak dari kekuasaan orang yang memegang barang tanggungan (pandnemer) untuk meminta dikembalikannya barang yang ditanggungkan apabila barang itu hilang (pasal 1152 ayat 4) dan lebih nyata lagi dari kekuasaannya untuk menjual barang itu dengan tidak usah meminta perantaraan hakim, untuk selanjutnya mengambil pelunasan dari pendapatan penjualan itu dengan mengecualikan orang-orang lain. Kedudukan seorang pandnemer yang tidak tergantung dari orang-orang lain itu, tampak pula jika orang yang berhutang jatuh pailit. Dalam pailisemen ini pandnemer dapat melaksanakan haknya tersendiri, lepas dari penagih-penagih lainnya.

Pandrecht atau hak gadai adalah yang dinamakan suatu hak accessoir artinya adanya hak itu tergantung dari adanya suatu perjanjian pokok, yaitu perjanjian hutang-piutang yang dijamin dengan hak tersebut. Yang dapat dijadikan obyek dari pandrecht, ialah segala benda yang bergerak yang bukan kepunyaannya orang yang menghutangkan sendiri. Sebaliknya tidaklah perlu benda itu harus kepunyaan orang yang berhutang, meskipun lazimnya orang

yang berhutang itu juga yang memberikan tanggungan, tetapi itu tidak diharuskan.

Oleh undang-undang hanya ditentukan, bahwa orang yang memberikan tanggungan (pandgever) itu harus "bekwaam," artinya cakap untuk bertindak sendiri menurut hukum. Bahwasanya kemudian ternyata ia tidak berhak untuk memberikan barang itu sebagai tanggungan, hal itu tidak boleh dipertanggungjawabkan pada orang yang menerima tanggungan (pandnemer). Misalnya saja seorang penyewa atau yang pinjam barang, tidak berhak untuk menjual atau menggadaikan barang itu. Tetapi andaikata ia memberikan barang itu sebagai tanggungan, menurut undang- undang hak gadai atau pandrecht yang diperjanjikan itu sah juga, karena pandnemer menurut undang-undang berhak menganggap orang itu sebagai pemilik (pasal 1152 ayat 4). Ketentuan ini, serupa dengan apa yang termuat dalam pasal 1977 B.W. tentang perolehan hak milik atas benda yang bergerak. Baiklah diperingatkan, bahwa di sini pun anasir kejujuran harus ada.

Menurut undang-undang, pandrecht itu dianggap barulah lahir dengan penyerahan kekuasaan (bezit) atas barang yang dijadikan tanggungan itu pada pandnemer. Penyerahan kekuasaan ini, oleh undang-undang dianggap sebagai syarat mutlak untuk lahirnya suatu pandrecht. Perlu kiranya diterangkan bahwa undang-undang mengizinkan barang tanggungan itu ditaruh di bawah kekuasaan seorang pihak ketiga atas persetujuan kedua belah pihak yang Menurut undang-undang, pandrecht itu dianggap barulah lahir dengan penyerahan kekuasaan (bezit) atas barang yang dijadikan tanggungan itu pada pandnemer. Penyerahan kekuasaan ini, oleh undang-undang dianggap sebagai syarat mutlak untuk lahirnya suatu pandrecht. Perlu kiranya diterangkan bahwa undang-undang mengizinkan barang tanggungan itu ditaruh di bawah kekuasaan seorang pihak ketiga atas persetujuan kedua belah pihak yang

Jikalau kita ringkaskan, maka hak-hak seorang pandnemer adalah sebagai berikut:

1. Ia berhak untuk menahan barang yang dipertanggungkan sampai pada waktu hutang dilunasi, baik yang mengenai jumlah pokok maupun bunga.

2. Ia berhak untuk mengambil pelunasan ini dari pendapatan penjualan barang tersebut, apabila orang yang berhutang tidak menepati kewajibannya. Penjualan barang itu, dapat dilakukannya sendiri, tetapi dapat juga ia minta perantaraan hakim. Oleh hakim ditetapkan barang itu menjadi milik orang yang menghutangkan itu sebagai pelunasan hutang seluruhnya atau hanya untuk sebagian saja.