Tentang benda pada umumnya

1. Tentang benda pada umumnya

Pengertian yang paling luas dari perkataan "benda" ("zaak") ialah segala sesuatu yang dapat dihaki oleh orang. Di sini benda berarti obyek sebagai lawan dari subyek atau "orang" dalam hukum. Ada juga perkataan benda itu dipakai dalam arti yang sempit, yaitu sebagai barang yang dapat terlihat saja. Ada lagi dipakai, jika yang dimaksudkan kekayaan seseorang.

Jika perkataan benda dipakai dalam arti kekayaan seseorang, maka perkataan itu meliputi juga barang-barang yang tak dapat terlihat yaitu : hak-hak, misalnya hak piutang atau penagihan. Sebagaimana seorang dapat menjual atau menggadaikan barang- barang yang dapat terlihat, ia juga dapat menjual dan menggadai-

kan hak-haknya. Begitu pula perkataan "penghasilan" ("vruchten") telah mempunyai dua macam pengertian, yaitu selain berarti penghasilannya sendiri dari sesuatu benda (kuda yang beranak, pohon yang berbuah, modal yang berbunga), ia dapat berarti juga hak untuk memungut penghasilan itu, misalnya hak memungut uang sewa atau bunga dari suatu modal. Penghasilan semacam yang belakangan inilah yang oleh undang-undang dinamakan "burgerlijke vruchten" sebagai lawan dari "natuurlijke vruchten."

Undang-undang membagi benda-benda dalam beberapa macam :

a) benda yang dapat diganti (contoh : uang) dan yang tak

dapat diganti (contoh : seekor kuda);

b) benda yang dapat diperdagangkan (praktis tiap barang

dapat diperdagangkan) dan yang tidak dapat diperdagangkan atau "di luar perdagangan" (contoh : jalan-jalan dan lapangan umum);

c) benda yang dapat dibagi (contoh : beras) dan yang tidak

dapat dibagi (contoh : seekor kuda);

d) benda yang bergerak (contoh : perabot rumah) dan yang

tak bergerak (contoh : tanah). Dari pembagian-pembagian yang tersebutkan di atas itu, yang

paling penting ialah yang terakhir, yaitu pembagian "benda bergerak" dan "benda tak bergerak", sebab pembagian ini mempunyai akibat-akibat yang sangat penting dalam hukum.

Suatu benda dapat tergolong dalam golongan benda yang tak bergerak ("onroerend") pertama karena sifatnya, kedua karena Suatu benda dapat tergolong dalam golongan benda yang tak bergerak ("onroerend") pertama karena sifatnya, kedua karena

tanah itu. Jadi, misalnya sebidang pekarangan, beserta segala apa yang terdapat di dalam tanah itu dan segala apa yang dibangun di situ secara tetap (rumah) dan yang ditanam di situ (pohon), terhitung buah-buahan di pohon yang belum diambil. Tak bergerak karena tujuan pemakaiannya, ialah segala apa yang — meskipun tidak secara sungguh-sungguh digabungkan dengan tanah atau bangunan — dimaksudkan untuk mengikuti tanah atau bangunan itu untuk waktu yang agak lama, yaitu misalnya mesin-mesin dalam suatu pabrik. Selanjutnya, ialah tak bergerak karena memang demikian ditentukan oleh undang-undang, segala hak atau penagihan yang mengenai suatu benda yang tak bergerak, misalnya vruchtgebruik atas suatu benda yang tak bergerak, erf- dienstbaarheden, hak opstal, hak erfpacht dan hak penagihan untuk pengembalian atau penyerahan benda yang tak bergerak.

Suatu benda dihitung termasuk golongan benda yang bergerak karena sifatnya atau karena ditentukan oleh undang-undang. Suatu benda yang bergerak karena sifatnya, ialah benda yang tidak tergabung dengan tanah atau dimaksudkan untuk mengikuti tanah atau bangunan, jadi misalnya barang perabot rumah (meubilair). Tergolong benda yang bergerak karena penetapan undang-undang, ialah misalnya vruchtgebruik dari suatu benda yang bergerak, lijfrenten, penagihan mengenai sejumlah uang atau suatu benda yang bergerak, surat-surat sero dari suatu perseroan perdagangan, surat-surat obligasi Negara dan sebagainya. Selanjutnya dalam Auteurswet dan Octrooiwet, ditetapkan bahwa hak atas suatu karangan tulisan (auteursrecht) dan hak atas suatu pendapatan dalam ilmu pengetahuan (octrooirecht) adalah benda yang bergerak.