Tujuan Konseling Islami

D. Tujuan Konseling Islami

Konseling Islami tentu saja memiliki tujuan. Menurut Munandir dalam Saiful Akhyar, bahwa tujuan konseling adalah membantu seseorang untuk mengambil keputusan dan membantunya menyusun rencana guna melaksanakan keputusan itu. Dengan keputusan itu ia bertindak atau berbuat sesuatu yang konstruktif sesuai dengan perilaku yang didasarkan

atas ajaran Islam. 43 Tujuan konseling secara umum dan luas menurut Samsul Munir

adalah :

1. Membantu individu dalam mencapai kebahagiaan hidup pribadi

2. Membantu individu dalam mencapai kehidupan yang efektif dan produktif dalam masyarakat

3. Membantu individu dalam mencapai hidup bersaama dengan individu lainnya

4. Membantu individu dalam mencapai harmoni antara cita-cita dan kemampuan yang dimilikinya. 44

Masih menurut Samsul Munir bahwa secara garis besar tujuan bimbingan konseling Islami untuk membantu individu mewujudkan dirinya sebagai manusia seutuhnya agar mencapai kebahagiaan hidup di

dunia dan akhirat. 45 Tujuan Konseling menurut Zulkifli Akbar adalah membantu

individu untuk memecahkanmasalah kehidupan yang dihadapinya atas

42 Q.S. Al-Ashr/103: 1-3 43 Saiful Akhyar Lubis, Konseling Islami dan Pendidikan Mental, (Jurnal MIQAT, Volume

XXXIV, 2010), h. 9. 44 Samsul Munir, Bimbingan dan Konseling Islam, Cet. 2 (Jakarta: Amzah, 2013), h. 40.

45 Ibid, h. 40.

dasar petunjuk ajaran Islam agar iadapat memperoleh kebahagiaan hidup dunia dan akhirat. 46

Konseling Islami memiliki dua tujuan. Tujuan pertama adalah tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek. Tujuan umum jangka panjang konseling Islami adalah agar individu menjadi muslim yang bahagia dunia dan akhirat. Untuk mencapai tujuan tersebut dalam proses konseling islami perlu dibangun kemandirian individu sebagai pribadi muslim. adapun ciri pribadi muslim yang diharapkan terbentuk melalui konseling islami adalah :

1. Individu yang mampu mengenal dirinya sebagai mahluk ciptaan Allah SWT, makhluk individu yang unik dengan segala kelebihan dan kekurangannya, makhluk yang senantiasa berkembang dan makhluk

harus mengenal lingkungansosialnya/keluarga, sekolah dan masyarakatnya)

sosial

yang

2. Individu yang menerima keberadaan diri dan lingkungannya secara postif dan dinamis (sebagai hamba Allah SWT, sebagai makhluk individu dan sebagai makhluk sosial yang dituntut dengan sejumlah tugas dan tanggungjawab dalam hidup.

3. Individu yang mampu mengambil keputusan yang sesuai tuntunan nilai Ilahi dalam eksistensi dirinya sebagai makhluk ciptaan Allah SWT yang diberi fithrah dengan potensi hati/kalbu, akal, fisik- psikis dan hawa nafsu, sebagai makhluk individu yang unik, sebagai makhluk sosial yang terikat dengan lingkungan sosial/orang lain di luar dirinya.

4. Individu mampu mengarahkan dirinya sesuai keputusan yang diambilnya.

5. Individu yang mampu mengaktualisasikan dirinya sebagai insan yang tunduk pada aturan Ilahi, menjadi dirinya sendiri yang bersikap dan bertindak sesuai fithrahnya, sebagai individu yang mampu menempatkan dirinya dalam lingkungan sosialnya sesuai

dengan nilai-nilai Islam. 47

Selanjutnya tujuan jangka pendek dari pelaksanaan proses konseling islami adalah membantu klien mengatasi masalahnya dengan cara

46 Zulkifli Akbar, Dasar-Dasar Konseptual Penanganan Masalah Bimbingan dan Konseling Islami di Bidang Pernikahan, Kemasyarakatan dan Keagamaan (Yogyakarta: UII,

1987), h. 12. 47 Erhamwilda, Konseling….h. 120.

mengubah sikap dan perilaku klien yang melanggar tuntunan Islam menjadi sikap dan perilaku hidup yang sesuai dengan tuntunan Islam.

Berdasarkan uraian tujuan konseling di atas, maka penulis lebih cenderung pada tujuan pelaksanaan konseling Islam sebagai berikut:

1. Untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan, kesehatan dan kebersihan jiwa dan mental. Jiwa menjadi tenang, jinak dan damai (Muthmainnah), bersikap lapang dada (radhiyah) dan mendapat pencerahan taufiq dan hidayah Allah SWT (mardhiyyah).

2. Untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan dan kesopanan tingkahlaku yang dapat memberikan manfaat baik pada diri sendiri, lingkungan keluarga, lingkungan kerja, atau lingkungan sosial dan alam sekitarnya.

3. Untuk menghasilkan kecerdasan rasa (emosi) pada individu sehingga muncul dan berkembang rasa toleransi, kesetiakawanan, tolong menolong dan rasa kasih sayang.

4. Untuk menghasilkan kecerdasan spiritual pada diri individu sehingga muncul dan berkembang rasa keinginan untuk berbuat taat pada Tuhannya, ketulusan mematuhi segala perintah-NYA, serta ketabahan menerima ujian-NYA

5. Untuk menghasilkan potensi ilahiah sehingga dengan potensi itu individu dapat melakukan tugasnya sebagai khalifah dengan baik dan benar, ia dapat dengan baik menanggulangi berbagai persoalan hidup, dan dapat memberikan kemanfaatan dan

keselamatan lingkungannya pada berbagai aspekkehidupan. 48