Analisis Data Penelitian

F. Analisis Data Penelitian

Pelaksanaan analisis data dilakukan secara induktif. Analisis induktif merupakan suatu penarikan kesimpulan yang umum (berlaku untuk semua/banyak) atas dasar pengetahuan tentang hal-hal yang khusus (beberapa/sedikit). Sementara menurut Moleong, analisis ini digunakan atas dasar pertimbangan: (1) proses induktif lebih dapat mengemukakan kenyataan-kenyataan ganda yang.terdapat dalam data; (2) analisis induktif lebih dapat membuat hubungan penelitiresponden menjadi eksplisit, dapat dikenal dan akontabel; (3) analisis tersebut lebih dapat menguraikan latar belakang secara penuh dan dapat membuat keputusan-keputusan tentang dapat tidaknya pengalihan kepada masalah yang lain; dan (4) analisis induktif lebih dapat menemukan pengaruh bersama, menghitung nilai nilai

Secara eksplisit sebagai bagian dari struktur analitik. 127 Pelaksanaan penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologis,

diupayakan pula terjadi proses reduksi, interpretasi, dan analisis data

Lexy, J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, h. 5 Lexy, J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, h. 5

Selain melakukan metode penelitian di atas, peneliti juga melaksanakan tahapan-tahapan seperti : pengumpulan sumber-sumber tertulis, interview, wawancara, dan verifikasi.

Pada tahap pengumpulan sumber-sumber tertulis dilakukan dengan jalan mengunjungi lembaga-lembaga pendidikan atau kepengurusan Al- Jam’iyatul Washliyah Kabupaten Langkat, sekolah-sekolah, madrasah- madrasah, dan perpustakaan-perpustakaan umum sesuai dengan judul yang dikaji ataupun dengan jalan mengunjungi beberapa toko buku, dalam hal ini peneliti juga melakukan pemesanan buku-buku berkaitan dengan penelitian ini secara on line jika toko buku atau penerbit terletak di daerah yang sangat jauh.

Diantara sumber informasi yang dijadikan rujukan utama (primer) dalam penelitian ini adalah: (1) Hasan Bakti Nasution, Al- Jam’iyatul Washliyah Memasuki Milennium III (Jakarta: Proyek Penerbitan Buku 70 Tahun Al-Washliyah, 1999); (2) Nukman Sulaiman, Al-Djamijatul Washlijah 1/4 Abad (Medan: Pengurus Besar Al-Djamijatul Washlijah, 1955 (3) Nukman Sulaiman, Pedoman Guru (Medan: Pustaka UNIVA Medan, 1971); (4) Pengurus BesarAl- Jam’iyatul Washliyah, Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah TanggaAl- Jam’iyatul Washliyah (Medan: Pengurus BesarAl- Jam’iyatul Washliyah, 2010); Dewan Fatwa Pengurus Besar Al-Washliyah, Keputusan Dewan Fatwa Al- Jam’iyatul Washliyah

No. 001/Kep/df-aw/1998 di Medan 15 Juli 1998; (5) Ismed Batubara dan Ja’far (ed.), Bunga Rampai Al-Jam’iyatul Washliyah (Banda Aceh: Al-

Washliyah University Press, 2010); (6) Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia (Jakarta: Hidakarya Agung, 1993);) Pengurus Besar Al- Jam’iyatul Washliyah, Al-Jam’iyatul Washliyah (Medan: Pengurus Besar Al- Jam’iyatul Washliyah, 1977); (7) Pengurus Besar Al- Jam’iyatul Washliyah, Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi (Jakarta: PB. Al- Jam’iatul Washliyah, 2011); (8) Saiful Akhyar, Konseling Islami dan Urgensinya dalam Kesehatan Mental (Yogyakarta : Tesis PPs. IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 1990). (9) Siti Mar’atus Shalihah, Implementasi Manajemen Konseling di SMA Al- ‘ulum Medan (Medan : Tesis PPs. IAIN SU, 2008). (10) Waluyo, Implementasi Manajemen Bimbingan Konseling di MAN Binjai , (Medan : Tesis PPs. IAIN SU, 2009). (11) Nada Sukri, Efektivitas Komunikasi dalam Layanan Konseling untuk Meningkatkan Disiplin Siswa di Sekolah Menengah Pertama An Najwa Medan , (Medan : Skripsi, IAIN SU). (12) Rahmah, Peranan Guru Bimbingan Konseling dalam Meningkatkan Agresif di Kalangan Peserta Didik MAN Binjai , (Medan : Skripsi, IAIN SU). (13) Latifah Hanum, Partisipasi Wanita Dalam Lembaga Pendidikan Al- Washliyah di Kota Medan Tahun 1997-2002 (Medan: Tesis PPs. IAIN SU, 2003).(14) M. Choiruddin, Pembaruan Pendidikan di Al- Jam’iyatul Washliyah (Jakarta: Tesis UIN Syarif Hidayatullah. 2008). (15) Muas Tanjung, Al- Jam’iyatul Washliyah dan Modernisasi Pendidikan Islam di Sumatera Utara (Medan: Jurnal Majalah Ilmiah Warta Dharmawangsa, 2011). (16) Siti Aisyah Nasution, Manajemen Sumber Daya Manusia (Tenaga Pengajar) di Madrasah Aliyah Al-Washliyah 12 Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai (Medan: Tesis Unimed, 2012). (17) M. Rozali, Pelaksanaan Supervisi Pendidikan Dalam Meningkatkan Mutu Lulusan di Madrasah Aliyah Swasta Al-Washliyah Jalan Ismailiyah Medan (Medan: Tesis PPs. IAIN SU, 2013).

Beberapa literatur di atas adalah buku-buku, Jurnal, majalah, artikel dan makalah yang dapat dijadikan sebagai sumber primer, berkaitan dengan Al- Jam’iyatul Washliyah maupun karya-karya yang pernah dihasilkan oleh penelitidi lingkungan Al-Washliyah Sumatera Utara, berkaitan dengan Konseling Islami. Selanjutnya peneliti mulai mencari pelaku dan saksi yang dianggap dapat memberikan informasi untuk menjawab permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian disertasi ini.

Teknik pengumpulan data dilakukan melalui sumber lisan 128 dengan beberapa orang yang dianggap memiliki informasi mengenai konseling

Islami pada Al- Jam’iyatul Washliyah Sumatera Utara, di antaranya: (1) Prof. Dr. Ramli Abdul Wahid, MA. (Dewan Fatwa Al- Jam’iyatul Washliyah); (2) Prof. Dr. Hasbalah Thaib, MA. (Mantan Rektor

Universitas Al-Washliyah Medan); 129 (3) Dr. H. Maslin Batubara (Dewan Pertimbangan Al- Jam’iyatul Washliyah); (4) Dr. H. Yusnar Yusuf, MA.

(Ketua Umum Pengurus Besar Al- Jam’iyatul Washliyah); (5) Prof. Dr. Syahrin Harahap, MA. (Ketua Majlis Pengembangan Sumber Daya Manusia dan Pemberdayaan Asset); (6) Prof.Dr Saiful Akyar Lubis (Ketua Pimpinan Wilayah Al- Jam’iyatul Washliyah Sumatera Utara); (7) Drs. Sarifuddin El-Hayat (8) Ir. H. Aliman Saragih, M.si. (Rektor Universitas Al-Washliyah Medan); (9) Dra. Hasnil Aida, MA. (Dekan Fakultas Agama Islam Universitas Al-Washliyah Medan); (10) Drs. H. Nizar Syarif (Murid Syekh Arsyad Thalib Lubis); (11) Drs. H. Mukhtar Amin, S.Ag. (Murid Syekh Arsyad Thalib Lubis); (12) Usman Batubara (Murid Syekh Arsyad Thalib Lubis); (13) Drs. H. Hafiz Ismail (Murid Syekh Arsyad Thalib Lubis); (14) Drs. H. Raudin Purba, M.Pd.I;(15) Empat Kepala Madrasah/Sekola h Al Jam’iyatul Washliyah Kabupaten Langkat sebagai tempat penelitian dari peneliti.

128 Lexy, J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, h. 75. 129 Hasbalah Thaib, adalah salah seorang murid dari Syekh Arsyad Thalib Lubis.

Interview adalah suatu cara untuk mendapatkan informasi secara lisan dari narasumber sebagai pelengkap sumber tertulis. Adapun proses interviu yang peneliti lakukan adalah wawancara langsung yaitu dengan mendatangi ke tempat tinggal para narasumber setelah adanya kesepakatan terlebih dahulu mengenai waktu dan tempat dilakukannya interview. Interview individual ini dipilih mengingat kesibukan narasumber yang berbeda satu sama lainnya, sehingga kurang memungkinkan untuk dilaksanakannya interview secara simultan.

Pada umumnya pelaksanaan wawancara dibedakan dua jenis, yaitu: (a) Wawancara terstruktur atau berencana yaitu wawancara yang berdasarkan pada pedoman wawancara yang terdapat dalam instrumen penelitian, terdiri dari suatu daftar pertanyaan yang telah direncanakan dan disusun sebelumnya dengan maksud untuk mengontrol dan mengukur isi wawancara supaya tidak menyimpang dari pokok permasalahan yang akan ditanyakan. Semua responden yang diseleksi untuk diwawancarai diajukan pertanyaan yang sama dengan kata-kata dan tata urutan yang seragam; (b) Wawancara tidak terstruktur atau tidak terencana adalah wawancara yang tidak mempunyai suatu persiapan sebelumnya dari suatu daftar pertanyaan dengan susunan kata-kata dan tata urut yang tetap yang harus dipatuhi peneliti.

Kebaikan penggabungan antara wawancara terstruktur dan tidak terstruktur adalah tujuan wawancara lebih terfokus, data lebih mudah diperoleh serta narasumber lebih bebas untuk mengungkapkan segala sesuatu yang diketahuinya. Dalam teknis pelaksanaannya, peneliti mencoba menyusun daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya, kemudian diikuti dengan wawancara yang terstruktur, yaitu peneliti memberikan pertanyaan-pertanyaan yang sesuai dengan pertanyaan yang sudah dibuat sebelumnya dengan tujuan untuk mencari jawaban dari setiap pertanyaan peneliti dan akan dijadikan sebagai bahan Kebaikan penggabungan antara wawancara terstruktur dan tidak terstruktur adalah tujuan wawancara lebih terfokus, data lebih mudah diperoleh serta narasumber lebih bebas untuk mengungkapkan segala sesuatu yang diketahuinya. Dalam teknis pelaksanaannya, peneliti mencoba menyusun daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya, kemudian diikuti dengan wawancara yang terstruktur, yaitu peneliti memberikan pertanyaan-pertanyaan yang sesuai dengan pertanyaan yang sudah dibuat sebelumnya dengan tujuan untuk mencari jawaban dari setiap pertanyaan peneliti dan akan dijadikan sebagai bahan

Selanjutnya adalah verifikasi yakni pemeriksaan terhadap sumber- sumber tentang konseling Islami. Verifikasi ada dua macam yaitu: autentisitas, keaslian sumber atau kritik ekstren dan kredibilitas, kebiasaan dipercayai atau kritik intern. Dua aspek yang dinilai pada saat tahap verifikasi tersebut meliputi aspek intern dan ekstern. Aspek intern ini menyangkut tentang apakah data tersebut memberikan informasi yang diperlukan atau tidak. Sedangkan aspek ekstern akan meneliti benar atau tidaknya sumber tersebut sehingga perlu dilakukan pengujian, dengan kata lain, aspek ekstern harus mampu menjawab terkait keaslian sumber, sudah dirubah atau tidak dan sumber tersebut merupakan sumber yang dikehendaki atau tidak.

Setelah dapat dipastikan bahwa sumber tersebut asli serta masih utuh, maka akan dilanjutkan dengan kritik intern. Kritik intern bertujuan untuk menguji bahwa sumber tersebut bisa dipercaya atau tidak. Hal ini dilakukan dengan cara memverifikasi sumber dengan sumber lainnya misalnya kesaksian sumber lain. Sumber-sumber yang telah melewati proses verifikasi akan menjadi sebuah fakta pengembangan. Fakta ini maksudnya adalah yang telah dianggap benar oleh para pakar/ahli.

Kritik sumber tujuannya adalah untuk menguji kebenaran dan ketepatan dari sumber tersebut, menyaring sumber-sumber tersebut sehingga diperoleh fakta-fakta yang sesuai dengan kajian disertasi ini dan membedakan sumber-sumber yang benar atau yang meragukan. Kritik sumber merupakan suatu proses yang sangat penting dalam penelitian karya ilmiah terutama karya sejarah, karena hal ini akan menjadikan karya Kritik sumber tujuannya adalah untuk menguji kebenaran dan ketepatan dari sumber tersebut, menyaring sumber-sumber tersebut sehingga diperoleh fakta-fakta yang sesuai dengan kajian disertasi ini dan membedakan sumber-sumber yang benar atau yang meragukan. Kritik sumber merupakan suatu proses yang sangat penting dalam penelitian karya ilmiah terutama karya sejarah, karena hal ini akan menjadikan karya

Peneliti merumuskan permasalahan ini dalam bentuk karya ilmiah atau disertasi dan juga berusaha memberikan penafsiran terhadap permasalahan yang diangkat dalam kajian ini, dengan judul: “Aplikasi Layanan Konseling Islami di Lembaga Pendidikan Al Jam’iyatul Washliyah Kabupaten Langkat ”. Langkah ini merupakan tahapan akhir dari prosedur penelitian yang dilakukan peneliti. Hal ini dilakukan setelah sumber-sumber ditemukan, dianalisis, dan ditafsirkan yang akhirnya dituangkan dalam bentuk tulisan, sesuai dengan kaidah penelitian ilmiah yang berlaku di Program Doktoral Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Medan.