Peran dan Ciri Konselor Islami dalam Pelaksanaan Bimbingan

F. Peran dan Ciri Konselor Islami dalam Pelaksanaan Bimbingan

Seorang konselor Islam, tugasnya adalah menyelesaikan masalah serta memperhatikan nilai-nilai dan moralitas islami. Khususnya konselor di lembaga pendidikan, tugasnya adalah membantu mengatasi masalah kehidupan yang dialami oleh klien yakni anak didik atau siswa.

Sebagai konselorIslami di lembaga pendidikan, adalah orang yang dijadikan teladan bagi anak didik, sudah tentu konselor menjadi barometer Sebagai konselorIslami di lembaga pendidikan, adalah orang yang dijadikan teladan bagi anak didik, sudah tentu konselor menjadi barometer

antara konselor dan konseli dalam bentuk kualitas penanganan masalah, dan pemilihan alternatif pemecahan masalah.

Maka peran konselor Islami adalah memberikan bimbingan kepada anak didik dengan maksud agar anak didik mampu mengatasi permasalahan sediri. Bagi konselor yang muslim meskipun telah memenuhi persyaratan sebagai konselor secara professional namun sangat diperlukan bagi konselor yang muslim menambahkan kriteria proses konseling- nya sesuai dengan ajaran Qur’an dan Sunnah Rasulullah Saw, bukan hanya karena berdasarkan pekerjaannya.

Sebagai pedoman bagaimana kepribadian konselor yang Islami, berikut ini ciri-ciri seorang konselor Islami, yakni:

1. Konselor Islami harus menjadi teladanbagi konseli, hal ini berdasarkan Firman Allah berikut:

Artinya :”Sesungguhnya telah ada suri tauladaan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama

dengannya 53 ”.

52 Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling, h. 259. 53 Q.S. Al Mumtahanah/60 :4

Artinya : “Sesungguhnya telaah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu, yaitu bagi orang-orang yang mengharap rahmat Allah dari kedatangan hari

kiamat dan dia banyak menyebut Allah”. 54

Makna ayat di atas, adalah bahwa seorang konselor Islami, dapat mencontoh keteladanan dari Rasulullah dan Nabi Ibrahim, dan kemudian diaplikasikan melalui proses konseling terhadap anak didik. Keteladanan yang muncul dari kepribadian Rasulullah bukan disetting atau dimunculkan hanya ketika bertemu dengan jama’ahnya, namun muncul secara natural pada berbagai waktu

serta kesempatan baik dalam lingkungan keluarga, maupun di lingkungan masyarakat, atau dengan kata lain bukan pencontohan keteladanan yang “dibuat-buat” ketika dihadapan orang lain.

Keteladan ini juga diharapkan dilakukan oleh seorang konselor Islami dimana-pun ia berada. Keteladanan bukan muncul hanya ketika dihadapan konseli semata, namun muncul juga secara natural dihadapan dan dimana-pun seorang konselor islami berada.

2. Konselor Islami harus mampu bersimpati daan berempati yang melampaui dimensi keduniawian, seperti firman Allah berikut:

54 Q.S. Al Ahzab/33: 21

Artinya : “Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnyapenderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatanmu), amat belas kasihan lagi penyayang, terhadap orang-orang

mukmin”. 55

Seorang konselor Islami adalah orang yang tanggap terhadap persoalan konseli, pada prosesnya konselor Islami dapat bersimpati dan berempati terhadap klien serta mampu memberikan spirit dan motivasi memberikan bantuan lebih berdimensi, tidak sekedar membantu meringankan beban psikologis klien atau beban anak didik, melainka

n juga menyelamatkan “totalitas” kehidupan klien. 56 dan mengembaangkaan semangat belas kasih yang berdimensi

ukhrawi.

3. Menjadikan konseling sebagai awal keinginan bertaubat yang melegakan, seperti firman Allah berikut:

Artinya : “Dan kami tidak mengutus seorang Rasul melainkan untuk ditaati dengan seizin Allah SWT, sesungguhnya jika mereka ketika menganiaya dirinya datang kepadamu, lalu memohon ampun kepada Allah dan Rasul pun memohonkan ampun untuk mereka, tentulah

55 Q.S. At Taubah/9: 128. 56 Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling, h. 262.

mereka mendapati Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang”. 57

4. Sikap menerima penghormatan, sopan santun, menghargai eksistensi, seperti firman Allah berikut:

Artinya : Apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya, atau balaslah penghormatan itu (dengan yang serupa). Sesungguhnya

Allah memperhitungkan segala sesuatu”. 58

Karena konselor banyak berhadapan dengan konseli, maka ada baiknya konselor harus memberikan suatu repons yang lebih baik serta bertanggungjawab terhadap kondisi hubungan antara konselor dengan konseli sebagai bentuk habluminann ās, dan kemudian hubungan tersebut ditingkatkan kepada hubungan silaturahmi yanmg berdimensi luas, dan bukan hanya sekedar setting dalam proses konseling dan akhirnya membangun ukhuwah.

5. Keberhasilan konseling adalah sesuatu yang baru dikehendaki, dasar tentang keberhasilan ini terdapat firman Allah berikut,yakni :

57 Q.S. An-Nisa/4: 64. 58 Q.S. An-Nisa/4: 68.

Artinya: “Apa saja nikmat yang kamu peroleh dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri, Kami mengutusmu menjadi Rasul kepada

segenap manusia, dan cukuplah Allah menjadi saksi”. 59

Seorang konselor harus tanggap dalam keberhasilannya membantu klien. Seorang konselor muslim harus menyikapi profesinya dengan keyakinan bahwa keberhasilan konseling adalah suatu yang belum pasti. maka seorang konselor harus kerja keras dan idealis. Jika berhasil harus ada keyakinan bahwa keberhasilan itu merupakan kesuksesan yang berasal dari kebaikan Allah SWT karena keluar dari masalah yang ada.

Sebaliknya, jika belum berhasil maka hal tersebut adalah kelemahan konselor atau ketidakberdayaan klien agar keluar dari masalah yang dihadapinya. Kegagalan bagi konselor akan menjadikan konselor semakin meningkatkan kesungguhan untuk lebih berprestasi dalam pengetahuan dan kerja.

6. Motivasi Konselor, yakni Konseling adalah suatu bentuk ibadah.Motivasi dari konselor muslim relevan dengan firman Allah berikut:

59 Q.S. An-Nisa/4: 79.

Artinya :”Sesungguhnya Allah memerintahkan kamu berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepada kamu

agar dapat mengambil pelajaran”. 60

Konselor Muslim hendaknya memulai semua perbuatan sebagai bagian dari kebajikan hidup, dan bagian dari ibadah, sebab proses konseling islami tidak terlepas dari tausiah untuk menghilangkan penderitaan dari konseli dalam berbagai kekufuran, memperbaiki sifat-sifat negatif dan upaya menjadikan klien sebagai manusia sempurna, melalui peletakan semua posisi adil dan sebagaimana fithrah manusia.

7. Konselor muslim harus menepati moralitas Islam, kode etik, sumpah jabatan dan janji. Sesuai dengan firman Allah SWT berikut:

60 Q.S. An-Nahl/16:90.

Artinya : “Dan tepatilah perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji dan janganlah kamu membatalkan sumpah- sumpahmu itu, sesudah meneguhkannya, sedangkamu telah menjadikan Allah sebagai saksimu (terhadap sumpah-sumpah itu)Sesungguhnya Allah mengetahui

apa yang kamu perbuat”. 61

Seorang konselor muslim terikat dengaan sumpah pada jabatannya. Maka konselor muslim harus memiliki kode etik, dan sikap teguh terhadap kode etik adalah perlu agar integritas profesi dan klien terlindungi. Konselor muslim juga harus berpegang teguh pada moralitas Islam dan karena pada hakikatnya konselor muslim bersumpah kepada Allah. Maka harus memegang janji yang dibuat bersama klien, dan memiliki komitmen kuat untuk membantu konseli dan masyarakat demi kesejahteraan manusia di dunia dan akhirat.

8. Memiliki pikiran positif (positif moralitas) Firman Allah berikut:

61 Q.S. An-Nahl/16:91.

Artinya :” Dan Dia tidak pula termasuk orang-orang yang beriman dan saling berpesan untuk bersabar dan saling berpesan untuk berkasih saying. Mereka (orang-orang yang berimaan dan saling berpesan itu) adalah

golongan kanan”. 62

Konselor muslim harus memiliki kualitas lebih besar dari konselor pada umumnya. Konselor muslim harus berkomitmen terhadap Islam, serta membangun dan mengembangkan kepribadian sesuai dengan citra

Islam. Penggalian dari sumber utama Qur’an dan sunnah adalah barometer pemahaman yang benar tentang apa yang dapat dilakukan oleh konselor muslim.

Oleh sebab itu konselor muslim tidak menghindari memberikan bantuan kepada klien hanya karena perbedaan agama dan suku atau kelompok lainnya. Maka konselor muslim harus berkepribadian inherent pada dirinya, sebab konselor muslim dapat menjadi rahma tan lil ‘alamiin bagi siapa saja yang dibantunya sebagai konselor muslim.