Prinsip Konseling Islami

E. Prinsip Konseling Islami

48 Samsul Munir, Bimbingan dan Konseling ………, h. 43.

Anwar Sutoyo mengemukakan prinsip-prinsip bimbingan dan konseling islami sebagai berikut 49 :

a. Prinsip dasar konseling

1) Manusia ada di dunia ini bukan ada dengan sendirinya, tetapi ada yang menciptakan yaitu Allah SWT, Ada hukum-hukum dan ketentuan Allah (sunatullah) yang pasti berlaku untuk semua manusia sepanjang masa.

2) Manusia adalah hamba Allah yang harus selalu beribadah kepada-Nya sepanjang hayat.

3) Allah menciptakan manusia dengan tujuan agar manusia melaksanakan amanah dalam bidang keahlian masin-masing sesuai ketentuan-Nya (khalifah fil ardh).

4) Manusia sejak lahir dilengkapi dengan fitrah jasmani, rohani, nafs, dan iman.

5) Iman perlu dirawat agar tumbuh subur dan kokoh, yaitu dengan selalu memahami dan mentaati aturan Allah.

6) Islam mengakui bahwa pada diri manusia ada sejumlah dorongan yang perlu dipenuhi, tetapi dalam pemenuhanya diatur sesuai dengan tuntunan Allah.

7) Bahwa dalam membimbing individu seyogyanya diarahkan agar individu secara bertahap mampu membimbing dirinya sendiri, karena rujukan utama dalam membimbing adalah agama, maka dalam membimg individu seyogianya dibantu agar secara bertahap mereka mampu memahami dan mengamalkan ajaran agama secara benar

8) Islam mengajarkan agar umatnya saling menasehati dan tolong menolong dalam kebaikan dan taqwa.

b. Prinsip yang berhubungan dengan konselor

1) Konselor dipilih atas dasar kualifikasi keimanan, ketaqwaan, pengetahuan (tentang konseling dan syar’at Islam),

ketrampilan dan pendidikan.

2) Ada peluang bagi konselor untuk membantu individu mengembangkan dan atau kembali kepada fitrahnya.

49 Prinsip-Prinsip Konseling Islami dikembangkan berdasarkan: Prinsip Dasar Konseling, Prinsip yang berhubungan dengan konselor, Prinsip yang berhubungan dengan individu yang

dibimbing, serta Prinsip yang berhubungan dengan layanan konseling, Lihat Anwar Sutoyo, Bimbingan dan Konseling Islami……, h. 210-216.

3) Ada tuntutan Allah agar pembimbing mampu menjadi teladan

yang baik bagi individu yang dibimbingnya.

4) Ada keterbatasan pada diri konselor untuk mengetahui hal- hal yang ghaib, sebagaimana dalam firman Allah;

Artinya: “Katakanlah: Aku tidak mengatakan kepadamu, bahwa perbendaharaan Allah ada padaku, dan tidak (pula) aku mengetahui yang ghaib dan tidak (pula) aku mengatakan kepadamu bahwa aku seorang malaikat. Aku tidak mengikuti kecuali apa yang diwahyukan kepadaku. Katakanlah: "Apakah sama orang yang buta dengan yang melihat?" Maka

apakah kamu tidak memikirkan(nya)?" 50 Kemudian keterbatasan pada diri konselor untuk

mengetahui hal-hal yang ghaib juga disebut dalam firman Allah SWT berikut:

Artinya :” Dan aku tidak mengatakan kepada kamu (bahwa): "Aku mempunyai gudang-gudang rezeki dan kekayaan dari Allah, dan aku tiada mengetahui yang ghaib", dan tidak (pula) aku mengatakan: "Bahwa sesungguhnya aku adalah malaikat", dan tidak juga aku mengatakan kepada orang-orang yang dipandang hina oleh penglihatanmu: "Sekali-kali Allah tidak akan mendatangkan kebaikan kepada mereka". Allah lebih mengetahui apa yang ada pada diri mereka; sesungguhnya aku, kalau begitu benar- benar termasuk orang-orang yang zalim. 51

5) Konselor harus menghormati dan memelihara informasi berkenaan dengan rahasia mengenai individu yang dibimbingnya.

6) Dalam merujuk ayat-ayat Al-Quran, konselor harus menggunakan penafsiran para ahli.

7) Dalam menghadapi hal-hal yang konselor sendiri kurang memahami, seyogianya ditanyakan atau diserahkan kepada orang lain yang dipandang lebih ahli.

c. Prinsip yang berhubungan dengan individu yang dibimbing

50 Q.S. Al An’am/6: 50. 51 Q.S. Hud/11: 31.

1) Dalam membimbing individu perlu dimantapkan kembali hakekat “Laa ilaha illallah”, dan konsekuensi ucapan

“Ashadu alla ilaha illallah”.

2) Kehidupan individu secara pribadi maupun keseluruhan pasti berakhir dalam waktu yang tidak diketahui, setiap orang akan diperhitungkan amalanya dan mendapat balasannya.

3) Akal dan hati nurani manusia adalah potensi penting bagi kehidupan yang sehat bagi individu.

4) Manusia ada bukan ada dengan sendirinya, tetapi ada yang mengadakan yaitu Allah lantaran kedua orang tua.

5) Ada tujuan penciptaan manusia yaitu sebagai khalifah Allah dan sekaligus beribadah kepada-Nya.

6) Ada tujuan Allah menciptakan setiap bagian organ tubuh manusia.

7) Pembawaan manusia sejak lahir adalah bersih, suci dan cenderung kehal-hal yang positif.

d. Prinsip yang berhubungan dengan layanan konseling

1) Ada perbedaan kewajiban dan tanggung jawab individu dihadapan Allah SWT.

2) Ada hal-hal yang diciptakan Allah secara langsung (kun fa yakun ), tetapi adapula yang melalui sebab-sebab tertentu.

3) Ada hikmah dibalik ibadah dan syari’ah yang ditetapkan Allah untuk manusia.

4) Ada hikmah dibalik hal-hal yang kadang tidak disukai manusia, kewajiban manusia adalah menerima dengan ikhlas sambil melakukan koreksi diri dan mohon petunjuk Ilahi.

5) Musibah yang menimpa individu tidak selalu dimaknai sebagai hukuman, tetapi mungkin saja peringatan atau ujian dari Allah untuk meningkatkan ketakwaan seseorang.