Perubahan perilaku individu baru dapat menjadi optimal jika perubahan tersebut terjadi melalui proses internalisasi, dimana perilaku yang baru itu dianggap
bernilai positif bagi diri individu dan diintegrasikan dengan nilai-nilai lain dari hidupnya. Internalisasi ini dapat dicapai jika petugas kesehatan merupakan tokoh
yang dapat
dipercaya kredibilitasnya
tinggi yang
dapat membuat
individumasyarakat sasaran memahami makna dan penggunaan perilaku tersebut serta membuat mereka mengerti akan pentingnya perilaku tersebut bagi kehidupan
mereka sendiri. Memang internalisasi ini tidaklah mudah dicapai sebab diperlukan kesediaan individumasyarakat sasaran untuk mengubah sistem nilai dan kepercayaan
mereka agar menyesuaikan diri dengan nilai atau perilaku yang baru.
2.2.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Berobat
Menurut Sarafino Bart, 1994 ketidaktaatan meningkatkan risiko berkembangnya masalah kesehatan atau memperpanjang, atau memperburuk
kesakitan yang sedang diderita. Perkiraan yang ada menyatakan bahwa 20 jumlah opname di rumah sakit merupakan akibat dari ketidaktaatan pasien terhadap aturan
pengobatan. Faktor yang memengaruhi kepatuhan seseorang dalam berobat yaitu faktor petugas, faktor obat, dan faktor penderita. Karakteristik petugas yang
memengaruhi kepatuhan antara lain jenis petugas, tingkat pengetahuan, lamanya bekerja, frekuensi penyuluhan yang dilakukan. Faktor obat yang memengaruhi
kepatuhan adalah pengobatan yang sulit dilakukan tidak menunjukkan ke arah penyembuhan, waktu yang lama, adanya efek samping obat. Faktor penderita yang
menyebabkan ketidakpatuhan adalah umur, jenis kelamin, pekerjaan, anggota keluarga, saudara atau teman khusus.
Universitas Sumatera Utara
Dalam hal kepatuhan Carpenito Niven 2002 berpendapat bahwa faktor- faktor yang mempengaruhi tingkat kepatuhan adalah segala sesuatu yang dapat tidak
mampu lagi mempertahankan kepatuhannya, sampai menjadi kurang patuh dan tidak patuh berpengaruh positif sehingga penderita. Adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi kepatuhan diantaranya: 1. Pemahaman tentang instruksi
Tak seorang pun mematuhi instruksi jika ia salah paham tentang instruksi yang diberikan padanya. Hal ini disebabkan oleh kegagalan
professional kesalahan dalam memberikan informasi lengkap, penggunaan istilah-istilah medis dan memberikan banyak instruksi yang harus di ingat
oleh pasien. 2. Faktor umur
Gunarsa 2005 mengemukakan bahwa semakin tua umur seseorang maka proses perkembangan mentalnya bertambah baik, dengan demikian
dapat disimpulkan faktor umur akan mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang yang akan mengalami puncaknya pada umur-umur tertentu dan
akan menurun kemampuan penerimaan atau mengingat sesuatu seiring dengan usia semakin lanjut. Hal ini menunjang dengan adanya tingkat pendidikan
yang rendah. 3. Kesakitan dan pengobatan
Perilaku kepatuhan lebih rendah untuk penyakit kronis karena tidak ada akibat buruk yang segera dirasakan atau resiko yang jelas, saran
Universitas Sumatera Utara
mengenai gaya hidup dan kebiasaan lama, pengobatan yang kompleks, pengobatan dengan efek samping, perilaku yang tidak pantas
4. keyakinan sikap dan kepribadian Ahli psikologis telah menyelidiki tentang hubungan antara
pengukuran-pengukuran kepribadian dan kepatuhan. Orang-orang yang tidak patuh adalah orang-orang yang lebih mengalami depresi, ansietas, sangat
memerhatikan kesehatannya, memiliki kekuatan ego yang lebih lemah dan yang kehidupan sosialnya lebih memusatkan perhatian pada dirinya sendiri.
Ciri-ciri kepribadian yang disebutkan di atas itu yang menyebabkan seseorang cenderung tidak patuh dari program pengobatan.
5. Dukungan Keluarga Dukungan Keluarga dapat menjadi faktor yang dapat berpengaruh
dalam menentukan keyakinan dan nilai kesehatan individu serta menentukan program pengobatan yang akan mereka terima.
6. Tingkat ekonomi Tingkat ekonomi merupakan kemampuan finansial untuk memenuhi
segala kebutuhan hidup, akan tetapi ada kalanya penderita TB sudah pensiun dan tidak bekerja namun biasanya ada sumber keuangan lain yang bisa
digunakan untuk membiayai semua program pengobatan dan perawatan sehingga belum tentu tingkat ekonomi menengah ke bawah akan mengalami
ketidakpatuhan dan sebaliknya tingkat ekonomi baik tidak terjadi ketidakpatuhan.
Universitas Sumatera Utara
7. Dukungan sosial Dukungan sosial dalam bentuk dukungan emosional dari anggota
keluarga teman, waktu, dan uang merupakan faktor penting dalam kepatuhan. Keluarga dan teman dapat membantu mengurangi ansietas yang disebabkan
oleh penyakit tertentu, mereka dapat menghilangkan godaan pada ketidakpatuhan dan mereka dapat menjadi kelompok pendukung untuk
mencapai kepatuhan. 8. Dukungan profesi kesehatan
Dukungan profesi kesehatan merupakan faktor penting yang dapat memengaruhi perilaku kepatuhan penderita. Dukungan mereka terutama
berguna pada saat penderita menghadapi kenyataan bahwa perilaku sehat yang baru itu merupakan hal yang penting
Menurut teori Feuerstein dalam Niven 2002, ada lima faktor yang mendukung kepatuhan pasien, dimana jika faktor ini lebih besar daripada
hambatannya maka kepatuhan harus mengikuti. Kelima faktor tersebut adalah: 1. Pendidikan
Pendidikan pasien dapat meningkatkan kepatuhan, sepanjang bahwa pendidikan tersebut merupakan pendidikan yang aktif.
2. Akomodasi Suatu usaha harus dilakukan untuk memahami ciri kepribadian pasien
yang dapat mempengaruhi kepatuhan. Sebagai contoh, pasien yang lebih mandiri harus dapat merasakan bahwa ia dilibatkan secara akut dalam
program pengobatan, sementara pasien yang lebih mengalami ansietas dalam
Universitas Sumatera Utara
menghadapi sesuatu, harus diturunkan dulu tingkat ansietasnya dengan cara menyakinkan dia atau dengan teknik-teknik lain sehingga ia termotivasi untuk
mengikuti anjuran pengobatan. 3. Modifikasi faktor lingkungan dan sosial
Hal ini berarti membangun dukungan sosial dari keluarga dan teman- teman. Kelompok-kelompok pendukung dapat dibentuk untuk membantu
kepatuhan terhadap program-program pengobatan seperti pengurangan berat badan, berhenti merokok, dan menurunkan konsumsi alkohol.
4. Perubahan model terapi Program-program pengobatan dapat dibuat sesederhana mungkin, dan
pasien dapat terlibat aktif dalam pembuatan program tersebut. Dengan cara ini komponen-komponen sederhana dalam program pengobatan dapat diperkuat,
untuk selanjutnya dapat mematuhi komponen-komponen yang lebih kompleks.
5. Interaksi petugas kesehatan dengan pasien Adalah suatu hal penting untuk memberi umpan balik pada pasien
setelah memperoleh informasi tentang diagnosis. Pasien membutuhkan penjelasan tentang kondisinya saat ini, apa penyebabnya dan apa yang dapat
mereka lakukan dengan kondisi seperti itu. Untuk melakukan konsultasi dan selanjutnya dapat membantu meningkatkan kepatuhan.
Sementara menurut Asti 2006 bahwa banyak faktor berhubungan dengan kepatuhan terhadap terapi tuberkulosis, antara lain:
Universitas Sumatera Utara
1. Faktor struktural dan ekonomi Tidak adanya dukungan sosial dan kehidupan yang tidak mapan
menciptakan lingkungan yang tidak mendukung program tercapainya kepatuhan pasien.
2. Faktor pasien Umur, jenis kelamin dan sukuras berhubungan dengan kepatuhan
pasien dibeberapa tempat. Pengetahuan mengenai penyakit tuberkulosis dan keyakinan terhadap efikasi obatnya akan mempengaruhi keputusan pasien
untuk menyelesaikan terapinya atau tidak. 3. Kompleksitas regimen
Banyaknya obat yang harus diminum dan toksisitas serta efek samping obat dapat merupakan faktor penghambat dalam penyelesaian terapi pasien.
Dukungan dari petugas pelayanan kesehatanEmpati dari petugas pelayanan kesehatan memberikan kepuasan yang signifikan pada pasien. Untuk itu,
petugas harus memberikan waktu yang cukup untuk memberikan pelayanan kepada setiap pasien.
5. Cara pemberian pelayanan kesehatan Sistim yang terpadu dari pelayanan kesehatan harus dapat memberikan
sistem pelayanan yang mendukung kemauan pasien untuk mematuhi terapinya. Dalam sistem tersebut, harus tersedia petugas kesehatan yang
berkompeten melibatkan berbagai multidisiplin, dengan waktu pelayanan yang fleksibel.
Universitas Sumatera Utara
2.3. Tuberkulosis Paru 2.3.1. Pengertian dan Penyebab TB Paru