Hubungan Keterbukaan petugas terhadap Kepatuhan Pasien Menjalani Pengobatan Tb Paru

saling mendukung yang secara tidak langsung dapat menciptakan penerimaan informasi yang yang positif bagi pengobatan pasien TB Paru. Beberapa penelitian eksperimental memperlihatkan bahwa petugas kesehatan mempunyai peran yang cukup berpengaruh terhadap perilaku pasien. Kontak pasien dengan petugas kesehatan di Puskesmas sebagian besar dengan perawat. Salah satu peran kolaboratif dari perawat adalah membantu menyiapkan pasien untuk taat pada program pengobatan yang telah diberikan oleh dokter, dalam hal tersebut peran komunikasi interpersonal sangat penting dalam menjalin saling percaya di antara petugas dan pasien. Salah satu hal yang terpenting dengan tidak berhasilnya komunikasi petugas dan pasien adalah berkaitan dengan penerimaan informasi yang kurang adekuat. Pada banyak kasus diharapkan penerimaan komunikasi akan berdampak pada bentuk kepatuhan Maramis, 2006.

5.3. Hubungan Keterbukaan petugas terhadap Kepatuhan Pasien Menjalani Pengobatan Tb Paru

Keterbukaan Openness petugas adalah kemampuan membuka diri petugas kesehatan dalam hal mengungukapkan informasi jelas mengenai TB Paru, memberikan reaksi spontan terhadap tanggapan pasien dan penyampaian informasi yang bertanggung jawab. Kualitas keterbukaan mengacu pada sedikitnya tiga aspek dari komunikasi interpersonal. Pertama, komunikator interpersonal yang efektif harus terbuka kepada orang yang diajaknya berinteraksi, kedua mengacu kepada kesediaan komunikator untuk bereaksi secara jujur terhadap stimulus yang datang Aspek ketiga menyangkut “kepemilikan” perasaan dan pikiran Bochner dan Kelly, 1974. Terbuka dalam Universitas Sumatera Utara pengertian ini adalah mengakui bahwa perasaan dan pikiran yang di lontarkan adalah memang milik dan tanggung jawab komunikator. Berdasarkan hasil penilitian diketahui dari 27 orang yang menyatakan keterbukaan baik 18 orang 66,7 Patuh dan 9 orang 33,3 Tidak Patuh menjalani pengobatan TB Paru. Sedangkan dari 10 orang yang menyatakan keterbukaan cukup diketahui semua 100 Patuh menjalani pengobatan Tb Paru. Dan dari 5 orang yang menyatakan keterbukaan Petugas Kurang diketahui semua 100,0, tidak patuh menjalani pengobatan TB Paru. Hasil uji Chi-square menunjukkan hasil uji yang signifikans p. 0,05 p=0,001. Hal ini berarti tidak ada hubungan keterbukaan petugas terhadap kepatuhan pasien menjalani pengobatan TB Paru. Menurut asumsi peneliti penilaian responden terhadap keterbukaan petugas tercermin dari sikapnya yang terbuka, ramah dan mau mendengarkan keluhan dan memberi konsultasi kepada pasien dan menciptakan komunikasi yang menyenangkan bagi pasien menjadi salah satu factor penyebab kepuasan yang dirasakan pasien sehingga mendorong pasien untuk patuh mengikuti pengobatan. Hasil penelitian ini relevan dengan pendapat Suryani 2006 yang menyatakan bahwa perawat yang enggan berkomunikasi dengan menunjukkan raut wajah yang tegang akan berdampak serius bagi klien. Klien akan merasa tidak nyaman bahkan terancam dengan sikap perawat atau tenaga kesehatan lainnya yang tertutup. Kondisi ini tentunya akan sangat berpengaruh terhadap proses penyembuhan pasien. Universitas Sumatera Utara 5.4. Hubungan Empati Petugas Terhadap Kepatuhan Pasien Menjalani Pengobatan TB Paru di Puskesmas Sunggal Medan Tahun 2014 Empati adalah merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain, sebagai “kemampuan seseorang untuk „mengetahui‟ apa yang sedang dialami orang lain pada suatu saat tertentu, dari sudut pandang orang lain itu, melalui kacamata orang lain itu.” Bersimpati, di pihak lain adalah merasakan bagi orang lain atau merasa ikut bersedih. Sedangkan berempati adalah merasakan sesuatu seperti orang yang mengalaminya, berada di kapal yang sama dan merasakan perasaan yang sama dengan cara yang sama. Orang yang empati mampu memahami motivasi dan pengalaman orang lain, perasaan dan sikap mereka, serta harapan dan keinginan mereka untuk masa mendatang. Berdasarkan hasil penelitian diketahui dari 13 orang yang menyatakan empati petugas baik 8 orang 61,5 Tidak Patuh dan 5 orang 38,5 Patuh menjalani pengobatan TB Paru. Sedangkan dari 28 orang yang menyatakan empati petugas cukup diketahui 23 orang 82,1 Patuh dan 5 orang 17,9 tidak patuh menjalani pengobatan Tb Paru. Dan dari 1 orang yang menyatakan empati Petugas Kurang diketahui 1 orang 100,0, Tidak Patuh menjalani pengobatan TB Paru. Hasil uji Chi-square menunjukkan hasil uji yang signifikans p. 0,05 p=0,008. Hal ini berarti ada hubungan yang bermakna antara empati petugas terhadap kepatuhan pasien menjalani pengobatan TB Paru. Menurut asumsi peneliti empati berpengaruh terhadap kepatuhan Karena dalam komunikasi yang efektif akan menimbulkan sikap penerimaan dan pengertian terhadap perasaan orang lain secara tepat serta meningkatkan efektivitas komunikasi Universitas Sumatera Utara yang menyebabkan timbulnya kesepahaman antar petugas dan pasien sehingga dapat mendorong kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatan TB Paru. Hal ini sejalan dengan penelitian Supranto 2001 menyatakan pentingnya dimensi empati dalam memberikan pelayanan yang bermutu salah satu cara utama memberikan jasa pelayanan yang berkualitas lebih tinggi dari pesaing secara konsisten. Adanya pengaruh dimensi empati dalam komunikasi interpersonal terhadap kepatuhan dapat dijelaskan bahwa empati memberikan sumbangan guna terciptanya hubungan yang saling mempercayai antar petugas penyuluh. Empati dalam komunikasi akan menimbulkan sikap penerimaan dan pengertian terhadap perasaan orang lain secara tepat, serta meningkatkan efektivitas dari komunikasi yang menyebabkan timbulnya kesepahaman antar petugas sehingga dapat memperlancar hubungan kerja dan meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatan. Menurut Joenoes 1998, seorang petugas kesehatan yang tidak komunikatif terhadap penderita akan menyebabkan penderita tidak mematuhi atau tidak menggunakan obat yang diberikan kepadanya. Penyuluhan yang efektif diberikan petugas kesehatan akan memberikan motivasi untuk patuh oleh penderita. Joenoes juga menyatakan apabila penderita tidak dapat baca tulis maka petugas kesehatan memberikan keterangan secara lisan dan berulang-ulang sehingga penderita merasa yakin dan mengerti informasi yang diberikan Menurut Bullmer Wiryanto, 2004, empati adalah suatu proses ketika seseorang merasakan perasaan orang lain dan menangkap arti perasaan itu, kemudian mengkonsumsikannya dengan kepekaan sedemikian rupa sehingga menunjukan bahwa ia sungguh-sungguh mengerti perasaan orang lain itu. Bullmer menganggap empati lebih Universitas Sumatera Utara merupakan pemahaman terhadap orang lain ketimbang suatu diagnosis dan evaluasi terhadap orang lain. Empati menekankan kebersamaan dengan orang lain lebih daripada sekedar hubungan yang menempatkan orang lain sebagai objek manipulatif. Taylor menyatakan bahwa empati merupakan faktor esensial untuk membangun hubungan yang saling mempercayai. Ia memandang empati sebagai usaha menyelam ke dalam perasaan orang lain untuk merasakan dan menangkap makna perasaan itu. Empati memberikan sumbangan guna terciptanya hubungan yang saling mempercayai karena empati mengkomunikasikan sikap penerimaan dan pengertian terhadap perasaan orang lain secara tepat http:edukasi.kompasiana.com10 Januari 2014.

5.5. Hubungan Sikap Mendukung Petugas Terhadap Kepatuhan Pasien Menjalani Pengobatan TB Paru

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG TB PARU DENGAN KEPATUHAN MENJALANI PROGRAM PENGOBATAN Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang TB Paru Dengan Kepatuhan Menjalani Program Pengobatan Pada Penderita TB Paru di BBKPM Surakarta.

0 0 15

DAFTAR PUSTAKA Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang TB Paru Dengan Kepatuhan Menjalani Program Pengobatan Pada Penderita TB Paru di BBKPM Surakarta.

0 1 4

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG TB PARU DENGAN KEPATUHAN MENJALANI PROGRAM PENGOBATAN Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang TB Paru Dengan Kepatuhan Menjalani Program Pengobatan Pada Penderita TB Paru di BBKPM Surakarta.

0 0 15

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI INTERPERSONAL PETUGAS KESEHATAN DENGAN PASIEN TB PARU DALAM MENJAGA KELANGSUNGAN PENGOBATAN DI PUSKESMAS

0 0 23

HUBUNGAN FASE PENGOBATAN TB DAN PENGETAHUAN TENTANG MDR TB DENGAN KEPATUHAN PENGOBATAN PASIEN TB (Studi di Puskesmas Perak Timur)

0 0 12

HUBUNGAN KARAKTERISTIK DAN MOTIVASI PASIEN HIPERTENSI TERHADAP KEPATUHAN DALAM MENJALANI PENGOBATAN DI PUSKESMAS TALANG KABUPATEN SOLOK TAHUN 2014

0 1 11

Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PETUGAS KESEHATAN DENGAN KEPATUHAN BEROBAT PENDERITA TB PARU DI KECAMATAN SIBOLANGIT KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2013

0 0 31

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Hubungan Komunikasi Interpersonal Petugas Kesehatan dengan Kepatuhan Berobat Penderita TB Paru di Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013

0 0 12

HUBUNGAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PETUGAS KESEHATAN DENGAN KEPATUHAN BEROBAT PENDERITA TB PARU DI KECAMATAN SIBOLANGIT KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2013 TESIS

0 0 21

HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN MEKANISME KOPING PADA PASIEN TB PARU YANG SEDANG MENJALANI PENGOBATAN

0 20 23