Memperbaiki dan Mengajarkan dasar-dasar Aqîdah

a. Memperbaiki dan Mengajarkan dasar-dasar Aqîdah

Ketika berbicara tentang ‘Aqidah Ibn ‘Âsyûr memulainya dengan menyatakan; bahwa hendaknya Aqidah harus diajarkan dan doktrin dengan benar karena ini merupakan sebab yang paling utama untuk menghiasi serta memperbaiki akhlak umat (li islâhi khalq), karena aqidah yang benar mampu membantu untuk menghilangkan ketidak patuhan diri dari perihal yang tidak berdasar, aqidah juga

Gamal al-banna, tafsir al-Qur’an al-Karim baina al-qudama’ wa al—muhadditsin, versi terjemahan dari judul ini oleh Novriantoni dkk. Dalam evolusi tafsir hal 138 Qisthi Press 2004.

296 Ibnu ‘Âsyûr, al-Tâhrîr wa al-Tanwîr, vol. 1, hal. 39-41. bandingkan dengan konsep

maqashid al- asâsiyyah (tujuan pokok) al-Qur’ân yang dikemukakan oleh Rasyîd Ridha yang kemudian ia membagi maqâshid al-Qur’an tersebut menjadi sepuluh bagian; pertama; perbaikan tiga sendi agama, yakni iman kepada Allah, iman kepada hari akhirat, dan perbuatan baik (amal shaleh). Kedua; perbaikan pemahaman tentang wahyu dan kerasulan. Ketiga; pemberdayaan potensi diri manusia.keempat; perbaikan hubungan sosial kemasyarakatan dan politik. Kelima; penegasan karakteristik ajaran Islam. Keenam; penjelasan prinsip-prinsip dasar pemerintahan Islam. Ketujuh; perbaikan sistem pengelolaan harta. Kedelapan; perbaikan aturan perang dan perjanjian damai. Kesembilan; pemenuhan hak-hak perempuan. Kesepuluh; pembebasan budak. Lihat lebih lanjut dalam Tafsir al-Qur’ân, vol. 11, hal. 186-255. lihat juga al-Wahyu al-Muhammady (Maktabah al-Islâmî), hal. 29,30, dan 166-340.

mampu mensucikan qalb dari gejala-gejala keragu-raguan yang tumbuh (dalam diri) seperti indikasi syirk kepada Allah subhanahû wa Ta’âla dan penyakit hati (al-isyrâk

wa al-duhriyyah) dan segala bentuk penyakit yang berkaitan dengan keduanya. 297 Dalam hal ini Ibn ‘Âsyûr mengutip surah [QS. Hûd 11:101];

ٍﺐْﻴِﺒْﺘَﺗ َﺮْﻴَﻏ ﻢُهوُداَز ﺎَﻡو ﻚﱢﺑر ُﺮْﻡأ َءﺎَﺝ ﺎﱠﻤﱠﻟ ٍءْﻲَﺷ ﻦِﻡ ﷲا ِنوُد ْﻦِﻡ نﻮُﻋْﺪی ِﻲﺘّﻟا ﻢُﻬُﺘﻬﻟﺁ ْﻢُﻬْﻨَﻋ ْﺖَﻨْﻏأ ﺎَﻤﻓ Gharad/maksud dan tujuan dari tafrî’ [klasifikasi] ini yaitu menjelaskan keadaan kaum musyrikin arab (ketika itu) yang menyembah dan mengharap kemanfaatan pada patung dan berhala. Mereka kaum (musyrikin) mengira bahwa

dalam beribadah, pendahulu mereka juga menyembah berhala, kemudian dugaan- dugaan tersebut semakin kuat karena faktor peninggalan dan pengaruh mereka

terhadap kaum musyrikin arab setelahnya masih sangat dominan. 298 Disandarkannya lafadz ﻢﻬﺘﻬﻟ kepada Tuhan-tuhan yang mereka (kaum ﻵ

Musyrikin) sembah dan berharap kemanfaatan dari berhala dan patung-patung sesembahan mereka, sebagai sebab-sebab kerugian mereka bertambah, hal tersebut disebabkan pengaruh dari kepercayaan (I’tiqâd) mereka terhadap berhala dan patung- patung yang mereka jadikan sandaran dan harapan kemanfaatan dari benda yang mereka buat sendiri, walhasil kerugian yang mendalam disebabkan ketamakan mereka dalam menyembah dan mengharap kepada berhala-berhala itu keselamatan dari musibah-musibah yang menimpanya, kemudian ketika mereka mendengarkan peringatan dan ancaman siksa, mereka tidak menghiraukannya dan mereka tidak

bertaubat. 299 Dalam karya Ibn ’Âsyûr ushûl al Nizhâm al-Ijtimâ’I fî al-Islâmî ditulis; bahwa

penelitian yang mengkaji tentang hakikat ketuhanan mampu ditangkap oleh “fitrah” yang terdapat pada setiap individu manusia, hal ini diabadikan dalam al-Qur’ân surat

al-A’râf 7:172]. 300 Diterangkan; manusia diciptakan oleh Allah dalam keadaan

297 Ibnu ‘Âsyûr, al-Tâhrîr wa al-Tanwîr, vol. 1, hal. 40. 298 Ibnu ‘Âsyûr, al-Tâhrîr wa al-Tanwîr, vol. 12, hal. 158-159. 299 Ibnu ‘Âsyûr, al-Tâhrîr wa al-Tanwîr, vol. 12, hal. 159-160. 300 Ibn ‘Âsyûr, Ushûl al-Nizhâm al-Ijtimâ’i fi al-Islâm, hlm 42-45. redaksi ayatnya sebagai

berikut; berikut;

dengan mainside yang salah, akan mengukuti jalan fikiran yang salah. 301 Pada penanaman akidah yang benar akan menumbuhkan pada pola fakir yang

positif, dan akan membuahkan perbuatan/ perilaku yang terarah sehingga akan tercapai sebuah kesuksesan duniawi dan ukhrawi. 302