I’jâz al-Qur’ân sebagai bukti risalah Kenabian

h. I’jâz al-Qur’ân sebagai bukti risalah Kenabian

Kebenaran risalah Kerasulan Muhammad saw. Selaras dan didukung oleh bukti-bukti yang melemahkan/melumpuhkan lawan dengan tantangan dan bantahan secara langsung (yatawaqqaf alâ dalâlati mu’jizah ba’da al-tahaddiy). 318

Al-Qur’ân merupakan mu’jizat baik lafadz maupun maknanya, yang terbukti dengan bantahan dan tantangan secara langsung. Mufti Tunis dan syaikh Zaitunah (yang didedikasikan kepada Muhammad Thâhir Ibn ‘Âsyur pada tahun 1932), ketika menjelaskan mengenai kemu’jizatan al-Qur’ân ia menyitir surah [QS. Yûnus 10:38]

∩ ∇⊂ ∪ t %Ï ‰Ï |≈ ¹ Λ÷ Ψä .ä β « )Î ! #$ βÈ ρ Šß  ΒiÏ Ο Fç è÷ Üs Gt ™ó #$ Ç Βt θ#( ãã Š÷ ρu#$  &Ï V÷#Î ΒiÏ ο; ‘u θ ¡Ý /Î θ#( ?è ùs'ù ≅ö ( %è µç 1 Itu #$ùø βt θ 9ä θ )à ƒt Π÷ &r Dan untuk mengetahui kemu’jizatan ini secara detail, pengetahuan mengenai asbâb

an-Nuzûl memiliki urgensi sebagai pintu masuk keterangan tentang suasana/keadaan

316 Ibn ‘Âsyûr, Al-Tahrîr wa al-Tanwîr, vol. 3 hal 60-64; vol. 20 hal. 255-256; vol. 23 hal 348- 351; vol. 29 hal. 57-59 [surah 109:1].

317 Ibn ‘Âsyûr, Al-Tahrîr wa al-Tanwîr, vol. 1, hal. 40-41. 318 Ibn ‘Âsyûr, Al-Tahrîr wa al-Tanwîr, hal. 41. bandingkan dengan penafsiran Sayyid Quthb

dalam Tafsir fî Zhilâl al-Qur’ân yang menyatakan bahwa dalam redaksi surah Yunus 38 tersebut merupakan pengkhususan Allah dalam tematik maupun i’tibariyah. Bahwasannya Nabi Muhamad saw. Yang diutus Allah subhânahu wa Ta’âla, Allah telah menyempurnakan akhlak Nabi Muhammad saw. Dan menjadi tumpuan umat dalam ber-aqîdah ‘Aqîdah dalam aturan/norma-norma kemanusiaan yang mempunyai kaidah-kaidah secara general. Dengan kesempurnaan al-Qur’ân (akhlak Nabi Muhammad) ini menggambarkan hakikat ke-Ilahi-an Allah Rabb ‘Alamîn. Juz 4 hal. 26 dalam Tafsir fî Zhilâl al-Qur’ân yang menyatakan bahwa dalam redaksi surah Yunus 38 tersebut merupakan pengkhususan Allah dalam tematik maupun i’tibariyah. Bahwasannya Nabi Muhamad saw. Yang diutus Allah subhânahu wa Ta’âla, Allah telah menyempurnakan akhlak Nabi Muhammad saw. Dan menjadi tumpuan umat dalam ber-aqîdah ‘Aqîdah dalam aturan/norma-norma kemanusiaan yang mempunyai kaidah-kaidah secara general. Dengan kesempurnaan al-Qur’ân (akhlak Nabi Muhammad) ini menggambarkan hakikat ke-Ilahi-an Allah Rabb ‘Alamîn. Juz 4 hal. 26

Ayat diatas diturunkan di Makkah begitu juga surah al-Baqarah 23 dan 24, sebagian tantangan juga dilontarkan kepada mereka (orang kafir) ketika di Madinah, dan mereka dibikin oleh Allah terpukau dengan datangnya Al-Qur’ân, baik dari segi ilmu balaghah, dan hikmah dari hukum-hukum syari’at didalamnya. Tak seorangpun mampu mendatangkan redaksi surat walaupun mereka memanggil pakar-pakar sastra

diantara mereka ketika itu atau sampai hari kiamat, bahkan mereka mendatangkan sihir dan tandingan-tandingan yang membahayakan dan menjerumuskan mereka sendiri. Dalam hal ini Nabi berpesan;

ﻻﺇ ﺍﻭﻀﺭﺎﻌﻴ ﻡ ﻠ ﻓ ﹰﺍﺭﺨﺁ ﻑﻴ ﺴﻟ ﺍﻭ ، ﻻﻭﺃ ﺔﺠﺤﻟ ﺍ - ﻡ ﻠ ﺴﻭ ﻪﻴ ﻠ ﻋ ﷲ ﺍ ﻰﻠ ﺼ - ﻲﺒﻨ ﻟ ﺍﻡ ﻬﻟ ﺩﺭﺠ ﺩﻗ ﻭ ، ﺔﻀﺭﺎﻌﻤﻟ ﺍ ﻥﻤ ﺯﺠﻋﺃ ﻡ ﻬﻨ ﺃ ﻡ ﻬﻤﻠ ﻌﻟ ﻻﺇ ﺔﺠﺤﻟ ﺍ ﺔﻀﺭﺎﻌﻤ ﻥﻋ ﺍﻭﻀﺭﻋﺃ ﺎﻤﻭ ، ﻩ ﺩﺤﻭ ﻑﻴ ﺴﻟ ﺍ ﺎﻤﻭ ، ﺍﻭﻠ ﻌﻓ ﺎﻤ ﻡ ﻬﻨ ﺈﻓ ، ﻯ ﺭﺨﺃ ﺓﺯﺠﻌﻤ { ﹾﺍﻭﹸﻠ ﻌﹾﻔ َ ﹶﺘ ﻥﹶﻟ َ ﻭ } - ﻰﻟ ﺎﻌﺘ - ﻪﻟ ﻭﻗ ﻲﻓ ﻥﺃ ﺭﻬﻅﻴ ﻙﻟ ﺫﺒﻭ . .. ﺍﻭﺭﺩﻗ

Dalam tafsir Ma’âlim al-Tanzîl karya Al-Baghawî, dengan mengadopsi pandangan al-Farrâ’ diterangkan bahwa surah Yûnus 38 menerangkan kemu’jizatan al-Qur’an yang ditampakkan langsung oleh Allah Rabb ‘Âlamîn kepada kaum yang membangkang dan menentang risalah kenabian, dan kemu’jizatan al-Qur’an tidak dapat dilepaskan dari Kekuasaan Allah subhanahu wa Ta’âla.

Ia juga mengadopsi pandangan Abû Ubaidah yang menafsirkan ْمَأ sebagai ‘ ﻭﺍﻭﻟ ﺍ’ atau ﻱﺃ , kemudian ﻩ ﺍَ ﺭﹶﺘﹾﻓ ﺍ ia tafsirkan dengan akhlak Nabi Muhammad yang mecerminkan

isi Al-Qur’ân, dan kalimat ِﻪِﻠ ﹾﺜِﻤ ٍﺓَ ﺭﻭُ ﺴِﺒ ﺍﻭﹸﺘْﺄﹶﻓ ْلﹸﻗ sebagai bentuk tantangan atas

319 Ibn ‘Âsyûr, Al-Tahrîr wa al-Tanwîr, hal. 41. bandingkan dengan penafsiran Sayyid Quthb dalam Tafsir fî Zhilâl al-Qur’ân yang menyatakan bahwa dalam redaksi surah Yunus 38 tersebut

merupakan pengkhususan Allah dalam tematik maupun i’tibariyah. Bahwasannya Nabi Muhamad saw. Yang diutus Allah Subhânahu wa Ta’âla, Allah telah menyempurnakan akhlak Nabi Muhammad saw. Dan menjadi tumpuan umat dalam ber-aqîdah ‘Aqîdah dalam aturan/norma-norma kemanusiaan yang mempunyai kaidah-kaidah secara general. Dengan kesempurnaan al-Qur’ân (akhlak Nabi Muhammad) ini menggambarkan hakikat ke-Ilahi-an Allah Rabb ‘Alamîn. Juz 4 hal. 26 merupakan pengkhususan Allah dalam tematik maupun i’tibariyah. Bahwasannya Nabi Muhamad saw. Yang diutus Allah Subhânahu wa Ta’âla, Allah telah menyempurnakan akhlak Nabi Muhammad saw. Dan menjadi tumpuan umat dalam ber-aqîdah ‘Aqîdah dalam aturan/norma-norma kemanusiaan yang mempunyai kaidah-kaidah secara general. Dengan kesempurnaan al-Qur’ân (akhlak Nabi Muhammad) ini menggambarkan hakikat ke-Ilahi-an Allah Rabb ‘Alamîn. Juz 4 hal. 26

320 Ibn ‘Âsyûr, Al-Tahrîr wa al-Tanwîr, hal. 41. bandingkan dengan penafsiran Sayyid Quthb dalam Tafsir fî Zhilâl al-Qur’ân yang menyatakan bahwa dalam redaksi surah Yunus 38 tersebut

merupakan pengkhususan Allah dalam tematik maupun i’tibariyah. Bahwasannya Nabi Muhamad saw. Yang diutus Allah subhânahu wa Ta’âla, Allah telah menyempurnakan akhlak Nabi Muhammad saw. Dan menjadi tumpuan umat dalam ber-aqîdah ‘Aqîdah dalam aturan/norma-norma kemanusiaan yang mempunyai kaidah-kaidah secara general. Dengan kesempurnaan al-Qur’ân (akhlak Nabi Muhammad) ini menggambarkan hakikat ke-Ilahi-an Allah Rabb ‘Alamîn. Juz 4 hal. 26