Perencanaan dan Pengadaan Sarana dan Prasarana Sekolah

31 Gambar 5. Skema kegiatan pengadaan sarana dan prasarana pendidikan Dari skema kegiatan pengadaan sarana dan prasarana pendidikan di atas, dapat diketahui ada beberapa cara untuk mendapatkan sarana dan prasarana sekolah yang dibutuhkan, yaitu dengan cara membeli, membuat sendiri, menerima hibah, menyewa, meminjam, mendaur ulang, menukar, dan memperbaiki. Pengadaan sarana dan prasarana sekolah tidak hanya dilakukan dengan membeli. Berdasarkan uraian di atas dapat kita simpulkan bahwa perencanaan tidak semudah apa yang biasa dilakukan di rumah karena skalanya lebih luas dan menyangkut kepentingan umum. Pengadaan barang bisa dilakukan melalui 8 cara, yaitu cara membeli, membuat sendiri, menerima hibah, menyewa, meminjam, mendaur ulang, menukar, dan memperbaiki. pengadaan sarana dan prasarana pembeli an produksi sendiri hibah penyew aan peminja man daur ulang penukar an rekondis irehabili tasi 32

b. Pengaturan atau Penggunaan Sarana dan Prasarana Sekolah

Setelah tersedianya sarana dan prasarana yang dibutuhkan di sekolah, maka harus dimanfaatkan dan digunakan dengan cara yang tepat. Pengaturan dan penggunaan merupakan tahap lanjut dari pengadaan sarana dan prasarana sekolah. Pengaturan dan penggunaan sarana dan prasarana sekolah harus sesuai prosedur pemakaian agar terhindar dari kesalahan atau kerusakan pada fasilitas yang disediakan. Barnawi dan Mohammad Arifin 2012 : 73 menyebut pengaturan dan pengunaan sebagai penyimpanan. Menurutnya penyimpanan adalah kegiatan menyimpan sarana dan prasarana pendidikan di suatu tempat agar kualitas dan kuantitasnya terjamin. Ia berpendapat denah atau tata letak gedung harus diperhatikan untuk mempermudah penerimaan, penyimpanan, dan pengeluaran barang. Semua barang yang merupakan sarana atau fasilitas sekolah harus diinventarisasi. Menurut Ibrahim Bafadal 2004 : 55 inventarisasi adalah pencatatan dan penyusunan daftar barang milik negara secara sistematis, tertib, dan teratur berdasar ketentuan dan pedoman yang berlaku. Barnawi dan Mohammad Arifin 2012:67 berpendapat bahwa di dalam proses pengaturan terdapat 3 kegiatan sebagai berikut. 1. Inventarisasi, kegiatan mencatat serta menyusun sarana dan prasarana yang ada secara teratur, tertib, dan lengkap berdasarkan ketentuan yang berlaku. 33 2. Penyimpanan, maksudnya ialah menyimpan sarana dan prasarana di suatu tempat dengan tujuan menjaga kualitas serta kuantitasnya. 3. Pemeliharaan, yaitu kegiatan melakukan pengurusan atau perawatan terhadap sarana dan prasarana sekolah agar sarana dan prasarana tersebut tetap dalam kondisi baik. Menurut Suharsimi Arikunto dan Lia Yuliana 2012 : 191 pengaturan sebelum alat-alat digunakan meliputi: 1. Memberikan identitas pada alat berupa nomor inventaris dengan kode tertentu untuk jenis tertentu, 2. Pencatatan alat ke dalam buku daftar inventaris buku yang digunakan untuk mencatat daftar kekayaan sekolah. buku ini berisi kolom untuk mencatat: nomor urut, nama alat atau bahan, ukuran, jumlah, dan keterangan. 3. Penempatan alat ke dalam ruang atau almari yang sudah diberi kode. Lebih lanjut lagi, Suharsimi Arikunto dan Lia Yuliana menuliskan cara mengatur sarana dan prasarana sekolah. Pengaturan alat dapat dilakukan dengan cara: Alat pelajaran untuk kelas tertentu, maksudnya ialah alat ini hanya digunakan oleh kelas tertentu sesuai dengan materi kurikulum. Apabila mencukupi, sebaiknya alat disimpan di ruang kelas yang menggunakan, 34 Alat pelajaran untuk beberapa kelas. Apabila jumlah alat terbatas maka ada dua cara dalam mengatur penggunaan alat tersebut, yaitu membawa alat ke dalam kelas yang akan menggunakan atau mendatangkan anak ke dalam ruang penyimpanan alat, dan Alat pelajaran untuk semua siswa. Sama halnya dengan alat pelajaran untuk beberapa kelas, ada 2 cara dalam penggunaannya. Menurut Depdiknas dalam Barnawi dan Mohammad Arifin 2012 : 77 ada dua prinsip yang harus diperhatikan dalam penggunaan sarana dan prasarana. Pertama, prinsip efektivitas yaitu semua pemakaian perlengkapan sekolah harus ditujukan semata-mata untuk memperlancar pencapaian tujuan pendidikan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Kedua, prinsip efisiensi maksudnya pemakaian perlengkapan pendidikan secara hemat dan berhati-hati sehingga tidak ada perlengkapan yang mudah habis, hilang, atau rusak. Pengaturan dan penggunaan merupakan tahap yang tidak dapat dipisahkan, karena sebelum digunakan alat harus diatur, dan setelah penggunaan pun alat harus diatur kembali. Penggunaan alat atau barang harus sesuai dengan prosedur dan disesuaikan dengan kebutuhan serta kondisi pengguna.

c. Pemeliharaan dan Penghapusan Sarana dan Prasarana Sekolah

Pemeliharaan atau perawatan terhadap sarana dan prasarana harus dilakukan oleh seluruh warga sekolah. Siswa tidak boleh 35 berpikiran bahwa yang wajib merawat sarana dan prasarana adalah pihak sekolah. Suharsimi Arikunto dan Lia Yuliana 2012 : 194 berpendapat bahwa dengan adanya pengaturan sebagaimana yang telah dipaparkan , maka penggunaan alat dan ruang dapat dilaksanakan dengan efektif dan efisien sehingga pemeliharaan alat akan lebih terjamin. Pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan adalah kegiatan untuk melaksanakan pengurusan dan pengaturan agar semua sarana dan prasarana selalu dalam keadaan baik dan siap untuk digunakan secara berdaya guna dan berhasil guna dalam mencapai tujuan pendidikan. Barnawi dan Mohammad Arifin 2012 : 74 Ibrahim Bafadal 2004 : 49 berpendapat ada beberapa macam cara untuk melakukan pemelihaaraan terhadap sarana dan prasarana sekolah yang berupa mesin. Apabila ditinjau dari sifatnya, terdapat 4 macam cara. Pertama, pemeliharaan yang bersifat pengecekan. Pengecekan harus dilakukan oleh orang yang benar-benar paham tentang mesin. Kedua, pemeliharaan yang bersifat pencegahan dengan tujuan agar kondisi mesin selalu dalam keadaan baik. Ketiga, pemeliharaan dengan cara perbaikan ringan. Keempat, perbaikan berat. Lebih lanjut ia memaparkan pemeliharaan ditinjau dari waktu perbaikannya, meliputi pemeliharaan sehari-hari dan pemeliharaan berkala. Pemeliharaan sehari-hari misalnya, menyapu dan mengepel. Pemeliharaan secara berkala misalnya, mengecat ulang, mengontrol genting, dan pengapuran tembok. Sarana dan prasarana sekolah bisa