secara umum, misalnya di tepi hutan, di sebuah desa, dan sebagainya, 4 sudut pandang, sudut pandang yang paling efektif untuk cerita harus ditentukan terlebih
dahulu. Sudut pandang dalam narasi menjawab pertanyaan siapakah yang menceritakan kisah ini, orang pertama atau kedua.
2.2.7 Aspek-Aspek Karangan Narasi
Menurut Gorys Keraf 1982 karangan yang baik harus mencakup aspek judul karangan, isi atau gagasaan, organisasi, tata bahasa, diksi atau pilihan kata, ejaan,
kebersihan dan kerapian. Aspek-aspek ini pun juga harus dimiliki karangan narasi. Aspek-aspek tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: 1 judul karangan, judul
karangan harus menarik dan sesuai dengan tema karangan. Judul yang baik harus memenuhi syarat sebagai berikut : a relevan, artinya judul mempunyai hubungan
dengan tema, b proaktif, artinya judul harus dapat menimbulkan keingintahuan pembaca terhadap isi karangan. Judul yang singkat bukan berarti judul itu pendek,
akan tetapi judul itu mampu menjelaskan isi karangan, c singkat, artinya judul harus berbentuk rangkaian kata yang singkat, 2 isi atau gagasan, gagasan adalah pesan
dalam dunia batin seseorang yang hendak disampaikan kepada orang lain Widyamartaya Gorys Keraf, 2007. Gagasan dapat berupa pendapat, pengalaman,
atau pengetahuan. Isi atau gagasan dituangkan secara tertulis sehingga dapat dibaca dan dipahami orang lain karena bagian isi karangan merupakan inti suatu karangan. Isi
atau gagasan karangan narasi mengisahkan suatu kejadian atau peristiwa yang runtut dalam suatu kesatuan waktu. Isi karangan meliputi komponen-komponen pembentuk
suatu karangan narasi, yaitu perbuatan, penokohan, latar, sudut pandang, dan alur, 3 organisasi, artinya karangan yang baik harus memiiki hubungan antarkata, kalimat,
dan paragraf agar maksud dan tujuan karangan jelas. Dalam sebuah karangan terdapat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
organisasi karangan, yaitu pendahuluan, isi, dan penutup. Berikut ini akan dijelaskan organisasi karangan secara terperinci: a pendahuluan, pendahuluan adalah
pembukaan atau kata pengantar dari sebuah karangan, b isi karangan, isi karangan biasanya berupa pernyataan, data, fakta, contoh yang diambil dari pendapat para ahli,
hasil penelitian, kesimpuan-kesimpulan yang dapat mengukuhkan jawaban rumusan masalah. Penyusunan isi karangan harus kritis dan logis sehingga isi karangan
meyakinkan dan benar , c penutup, bagian ini merupakan kesimpulan yang harus tetap dijaga agar sesuai dengan tujuan dan mampu menyegarkan kembali ingatan
pembaca Gorys Keraf, 1982: 104-107. 2.2.8
Tata Bahasa Tata bahasa suatu karangan adalah susunan bahasa yang dapat dipahami pembaca.
Susunan bahasa yang baik akan membentuk suatu kalimat yang baik atau kalimat yang efektif. Kalimat yang efektif adalah kalimat yang secara tepat dapat mewakili gagasan
atau perasaan penulis, dan sanggup menimbulkan gagasan yang tepat dalam pikiran pendengar atau pembaca seperti yang dipikirkan penulis. Kalimat efektif membentuk
paragraph, dan dari paragraf-paragraf itu akan membentuk karangan. Paragraf yang baik harus mengandung beberapa asas yang berkenaan dengan gagasan. Menurut The
Liang Gie Gorys Keraf, 2007, asas-asas itu adalah sebagai berikut : 1 kejelasan, karangan harus jelas, benar dan dapat dibaca dan dimengerti oleh pembaca. Tanpa asas
kejelasan, suatu karangan sukar dibaca dan dimengerti oleh pembaca. Menurut Gorys Keraf 2007, kejelasan sebuah karangan dapat dilihat dari gagasan-gagasan yang
disampaikan kepada pembaca, 2 keringkasan, suatu karangan harus ringkas, tidak menghamburkan kata-kata secara semena-mena, tidak mengulang butir ide yang
dikemukakan, dan tidak berputar-putar dalam menyampaikan suatu gagasan dengan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
berbagai kalimat yang berkepanjangan, 3 ketepatan, suatu karangan harus memuat butir-butir gagasan dan menyampaikannya kepada pembaca sesuai yang dimaksud
penulis. Oleh karena itu, agar karangannya tepat harus menaati berbagai aturan dan ketentuan bahasa, ejaan, tanda baca, dan kelaziman bahasa tulis yang ada, 4
kesatupaduan, sesuatu yang disajikan dalam karangan harus berkisar pada gagasan pokok atau tema karangan. Menurut Gorys Keraf 2007, kesatuan gagasan menjadi
landasan seluruh karangan. Ada tulisan yang tidak memperlihatkan kesatuan, yaitu tidak mengungkapkan dengan tegas apa yang dimaksud dalam karangan sehingga
pembaca tidak memahami apa yang dibacanya, 5 pertautan, suatu karangan antara kalimat yang satu dengan yang lain, paragraf yang satu dengan yang lain harus
berkaitan, 6 penegasan, butir-butir ide harus diungkapkan dengan penekanan atau penonjolan tertentu sehingga mengesan bagi pembaca.
2.2.9 Diksi atau Pilihan Kata
Suatu karangan harus memilih kata yang tepat. Oleh karena itu, suatu karangan harus menggunakan pengulangan kata atau afiksasi yang tepat dan penghubung yang
tepat. 2.2.10
Ejaan Ejaan adalah perlambangan fonem dengan huruf. Seain perlambangan fonem
dengan huruf, ejaan juga mengatur 1 ketepatan menuliskan satuan-satuan morfologi, misalnya kata sambung, kata dasar, kata ulang, kata majemuk, kata berimbuhan, dan
partikel-partikel, 2 ketepatan menuliskan kalimat dan bagian-bagian kalimat dengan pemakaian tanda baca seperti titik, tanda kurung, koma, dan sebagianya
Badudu Keraf, 2007. Karangan yang baik harus memperhatikan pemakaian ejaan yang berlaku. Menurut Parera Keraf, 2007, pemakaian ejaan meliputi penulisan
huruf capital, penulisan kata, dan penggunaan tanda baca yang tepat. Menurut Pedoman Umum EYD, 2011, pemakaian ejaan meliputi pemakaian huruf kapital,
penulisan kata, penulisan unsur serapan, dan pemakaian tanda baca. Ejaan yang benar harus sesuai dengan Ejaan Yang Disempurnakan EYD.
2.2.11 Kebersihan dan Kerapian
Menurut Gorys Keraf 1982, karangan dikatakan bersih dan rapi, apabila tidak ada coretan, penulisan antara kata yang satu dengan kata yang lain tidak berjejal-jejal,
sehingga karangan tersebut kelihatan rapi dan bersih. Kebersihan dan kerapian merupakan salah satu faktor yang dinilai dalam karangan. Keraf menegaskan bahwa
karangan narasi adalah serangkaian cerita yang bersifat fiksi dan nonfiksi. Serangkaian cerita menunjukkan bahwa daya imajinasi dan fakta pengalaman hidup sehari-hari
yang didukung dengan media gambar seri dapat menjadi daya bagi siswa untuk menuangkan ide dalam karangan narasi. Jadi, selain itu siswa dapat merangkaikan ide
cerita berdasarkan aspek-aspek dalam mengarang.
2.3 Metode Kooperatif Cooperative Learning Tipe Jigsaw
2.3.1 Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif dikembangkan dari teori belajar konstruktivisme yang lahir dari gagasan Piaget dan Vygotsky. Berdasarkan penelitian Piaget yang pertama,
dikemukakan bahwa pengetahuan itu dibangun dalam pikiran anak Ratna Tukiran, 2014
Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang mengutamakan kerja sama untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran kooperatif cooperative
learning merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajardan bekerja dalam PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif, yang anggotanya terdiri dari 4 sampai 6 orang, dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen.
Pada hakikatnya, pembelajaran kooperatif sama dengan kerja kelompok. Seperti dijelaskan oleh Abdulhak Tukiran, 2014 pembelajaran kooperatif dilaksanakan
melalui sharing proses antara peserta didik, sehingga dapat mewujudkan pemahaman bersama antara peserta didik itu sendiri.
Tom V. Savage Tukiran, 2014 mengemukakan bahwa cooperative learning merupakan satu pendekatan yang menekankan kerja sama dalam kelompok.
Pembelajaran kooperatif adalah strategi pembelajaran yang melibatkan partisipasi siswa dalam suatu kelompok kecil untuk saling berinteraksi.
2.3.2 Tujuan dan Manfaat Model Pembelajaran Kooperatif
Elliot 2011 Pembelajaran kooperatif mempunyai 3 tujuan, diantaranya: 1 meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. Model kooperatif ini
memiliki keunggulan dalam membantu siswa untuk memahami konsep-konsep yang sulit, 2 agar siswa dapat menerimateman-temannya yang mempunyai berbagai
perbedaan latar belakang, 3 mengembangkan keterampilan sosial siswa; berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, memancing teman untuk
bertanya, mau menjelaskan ide tau pendapat, dan bekerja dalam kelompok. Menurut Linda Lungren Tukiran, 2014, ada 14 manfaat pembelajaran kooperatif
bagi siswa dengan prestasi belajar yang rendah, yaitu : 1 meningkatkan pencurahan waktu pada tugas, 2 Rasa harga diri menjadi lebih tinggi, 3 memperbaiki sikap
terhadap sekolah, 4 memperbaiki kehadiran, 5 angka putus sekolah menjadi rendah, 6 penerimaan terhadap perbedaan individu yang lebih besar, 7 perilaku
mengganggu menjadi lebih kecil, 8 konflik antar pribadi berkurang, 9, sikap apatis PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
berkurang, 10 pemahaman yang lebih mendalam, 11 meningkatkan motivasi lebih besar, 12 hasil belajar lebih tinggi, 13 retensi lebih lama, 14 meningkatkan
kebaikan budi, kepekaan, dan toleransi. 2.3.3
Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif mempunyai ciri atau karakteristik sebagai berikut: 1
siswa bekerja dalam kelompok untuk menuntaskan materi belajar, 2 kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki keterampilan tinggi, sedang, dan rendah
heterogen, 3 apabila memungkinkan, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, dan jenis kelamin yang berbeda, 4 penghargaan lebih berorientasi pada
kelompok daripada individu Ibrahim, 1989. Pembelajaran kooperatif mencerminkan pandangan bahwa manusia belajar dari
pengalaman mereka dan partisipasi aktif dalam kelompok kecil membantu siswa belajar keterampilan sosial, sementara itu secara bersamaan mengembangkan sikap
demokrasi dan keterampilan berpikir logis. 2.3.4
Strategi pembelajaran Kooperatif Strategi pembelajaran kooperatif merupakan serangkaian kegiatan pembelajaran
yang dilakukan oleh siswa di dalam kelompok-kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Terdapat 5 hal penting dalam strategi
pembelajaran yang telah ditetapkan, yaitu : 1 adanya peserta didik dalam kelompok, 2 adanya aturan main, 3 adanya upaya belajar dalam kelompok, 4 tatap muka, 5
evaluasi proses kelompok Elliot, 2011. Sihaan Tukiran, 2014 mengemukakan 5 unsur penting yang ditekankan dalam
proses pembelajaran kooperatif, yaitu : 1 saling ketergantungan yang positif, 2 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
interaksi berhadapan, 3 tanggung jawab individu, 4 keterampilan sosisal, 5 terjadinya proses dalam kelompok.
Anita Lee 2010 menyebutkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif terdapat lima prinsip, yaitu sebagai berikut: 1 prinsip ketergantungan positif positive
interpendence, yaitu keberhasilan dalam penyelesaian tugas tergantung pada usaha yang dilakukan oleh kelompok tersebut. Keberhasilan kerja kelompok ditentukan oleh
kinerja masing-masing anggota kelompok. Oleh karena itu, semua anggota dalam kelompok akan merasa saling ketergantungan, 2 tanggung jawab perseorangan
individual accountability, yaitu keberhasilan kelompok sangat tergantung dari masing-masing anggota kelompoknya. Oleh karena itu, setiap anggota kelompok
mempunyai tugas dan tanggung jawab yang harus dikerjakan dalam kelompok tersebut, 3 interaksi tatap muka face to face promation interaction, yaitu
memberikan kesempatan yang luas kepada setiap anggota kelompok untuk bertatap muka dalam melakukan interaksi dan diskusi untuk saling memberi dan menerima
informasi dari kelompok lain, 4 partisipasi dan komunikasi participation and communication, yaitu melatih siswa untuk dapat berpatisipasi aktif dan
berkomunikasi dalam kegiatan pembelajaran, 5 evaluasi proses kelompok, yaitu menjadwalkan waktu secara khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja
kelompok dan hasil kerja sama mereka, agar selanjutnya dapat bekerjasama lebih efektif.
Untuk mengimplementasikan pembelajaran kooperatif, dapat ditempuh prosedur sebagai berikut: 1 penjelasan materi, tahap ini merupakan tahapan penyampaian
pokok-pokok materi pembelajaran sebelum siswa belajar dalam kelompok. Tujuan utama tahapan ini adalah pemahaman siswa terhadap pokok materi pelajaran, 2
belajar kelompok, tahapan ini dilakukan setelah guru memberikan penjelasan materi dan siswa bekerja dalam kelompok yang telah dibentuk selumnya, 3 penilaian,
penilaian dalam pembelajaran kooperatif bisa dilakukan melalui tes atau kuis yang dilakukan secara individu atau kelompok. Tes individu akan memberikan penilaian
kemampuan individu, sedangkan kelompok akan memberikan penilaian pada kemampuan kelompoknya. Seperti dijelaskan Sanjaya 2010 bahwa hasil akhir setiap
siswa adalah penggabungan keduanya dan dibagi dua. Hal ini disebabkan nilai kelompok adalah bilai bersama dalam kelompoknya.
2.3.5 Teknik Jigsaw Ada beberapa pendekatan untuk model kooperatif, yaitu STAD Student Teams
Achievement Devisions, tipe jigsaw, tipe investigasi kelompok, dan tipe pendekatan struktural.
Jigsaw telah dikembangkan dan diuji coba oleh Elliot Aronson dkk di Universitas Texas, kemudian diadaptasi oleh Slaven dkk di Universitas Jhon Hopkins. Ditinjau
dari sisi etimologi, jigsaw berasal dari bahasa Inggris yang berarti “gergaji”. Ada juga
yang menyebutnya dengan istilah fuzzle, yaitu sebuah teka-teki menyusun potongan gambar. Pembelajaran kooperatif model jigsaw ini juga mengambil pola cara bekerja
sebuah gergaji jigsaw, yaitu siswa melakukan kegiatan belajar dengan cara bekerjasama dengan siswa lain untuk mencapai tujuan bersama.
Pembelajaran kooperatif model jigsaw adalah sebuah model belajar kooperatif yang menitikberatkan pada kerja kelompok siswa dalam bentuk kelompok kecil. Seperti
yang diungkapkan Anita Lee 2010 bahwa pembelajaran kooperatif model jigsaw ini merupakan model belajar kooperatif dengan cara siswa belajar dalam kelompok kecil
yang terdiri atas empat sampai dengan enam orang secara heterogen, dan siswa bekerjasama saling ketergantungan positif dan bertanggung jawab secara mandiri.
Dalam terapan tipe jigsaw, siswa dibagi menjadi berkelompok dengan lima atau enam anggota kelompok belajar heterogen. Materi pelajaran diberikan pada siswa
dalam bentuk teks. Setiap anggota bertanggungjawab untuk mempelajari bagian tertentu dari bahan yang diberikan. Anggota dari kelompok lain mendapat tugas topic
yang sama, yakni berkumpul dan berdiskusi tentang topik tersebut. Kelompok ini disebut dengan kelompok ahli Ibrahim, 1989.
Langkah-langkah model jigsaw dibagi menjadi enam tahapan Nurhadi dan Agus Gerrard Tukiran, 2014, yaitu: 1 menyampaikan tujuan belajar dan membangkitkan
motivasi, 2 menyajikan informasi kepada siswa dengan demonstrasi disertai penjelasan verbal, buku teks, atau bentuk lain, 3 mengorganisasikan siswa ke dalam
kelompok belajar, 4 mengelola dan membantu siswa dalam belajar kelompok dan kerja di tempat duduk masing-masing, 5 mengetes penguasaan kelompok atas bahan
ajar, 6 memberian penghargaan atau pengakuan terhadap hasil belajar siswa. Adapun kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut 1 melakukan kegiatan membaca
untuk menggali informasi. Siswa memperoleh topik-topik permasalahan untuk dibaca, sehingga mendapatkan informasi dari permasalahan tersebut, 2 diskusi kelompok
ahli, siswa telah mendapatkan topik permasalahan yang sama bertemu dalam satu kelompok, atau kita sebut dengan kelompok ahli untuk menbicarakan topik
permasalahan tersebut, 3 laporan kelompok, kelompok ahli kembali ke kelompok asal dan menjelaskan hasil yang didapatkan dari diskusi tim ahli, 4 kuis dilakukan
mencakup semua topik permasalahan yang dibicarakan tadi, 5 perhitungan skor kelompok dan menentukan penghargaan kelompok.