Peningkatan kemampuan menulis narasi menggunakan metode kooperatif teknik JIGSAW pada peserta didik kelas X SMA Bopkri Banguntapan Bantul tahun ajaran 2015/2016.

(1)

ABSTRAK

Murti, Albertus Ragil Wisnu. 2015. Peningkatan Kemampuan Menulis Narasi Menggunakan Metode Kooperatif Teknik Jigsaw pada Peserta Didik Kelas X SMA BOPKRI Banguntapan Bantul Tahun Ajaran 2015/2016. Skripsi. Yogyakarta : Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas yang mengkaji upaya meningkatkan

kemampuan menulis narasi pada siswa kelas X SMA BOPKRI Banguntapan Bantul

menggunakan metode kooperatif teknik jigsaw. Subyek penelitian adalah peserta didik kelas X tahun ajaran 2015/2016. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan peningkatan kemampuan menulis narasi.

Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri dari empat komponen utama, yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Sebelum siklus tersebut dimulai ada tahapan disebut prasiklus untuk mengetahui kondisi awal siswa dan guru. Pengumpulan data berupa tes dan nontes yang digunakan untuk keperluan data penelitian. Analisis data menggunakan analisis data kuantitatif. Data dihitung menggunakan statistik deskriptif dan statistik parametrik yaitu mencari mean, uji t satu sampel, dan uji t sampel berpasangan.

Data penelitian menjelaskan bahwa penggunaan metode kooperatif teknik jigsaw dapat

meningkatkan kemampuan menulis narasi pada peserta didik kelas X SMA BOPKRI Banguntapan Bantul tahun ajaran 2015/2016. Hal tersebut terbukti dengan meningkatnya nilai siswa di setiap siklusnya. Ketuntasan awal pada kegiatan prasiklus 0%, lalu meningkat 13 %. Peningkatan tajam terjadi di siklus dua sebesar 81%. Siklus terakhir yaitu siklus dua sesuai dengan harapan dan keinginan peneliti.


(2)

ABTRACT

Murti, Albertus Ragil Wisnu. 2015. The Improvement Writing Narrative Skill by using Cooperative Method with Jigsaw Technique of BOPKRI Banguntapan Bantul Senior High School Grade X Students Academic Year of 2015/2016. Thesis. Yogyakarta : Sanata Dharma University Yogyakarta

This research observed the improvement writing narrative skill of BOPKRI Banguntapan Bantul Senior High School Grade X by used Cooperative Method with Jigsaw Technique. The subject of this research are Grade X Students Academic Year of 2015/2016. This research.

This research was develop by used two cycles. In which cycle include four main component, that is designing, action, observation and reflection. Before the cycles strated, there is a step that called pre cycles to find out the initial condition of the students and teacher. The test and non test data collected for this research needed. Data analyzed was using quantitative analyse data. The data calculated by used statistic deskriptive that resolve mean and parametric statistic, one sample t test and paired sample t test.

The research is concluded that used of Cooperative Method with jigsaw tehnique can improve the writing narattive skill of BOPKRI Banguntapan Bantul Senior High School Grade X Students Academic Year of 2015/2016. That proved by score improvement in every cycle. The completion in the intitial step was 0%, and then rise 13%. Striking upgrading happened in second cycle in the mount of 81%. The last cycle was second cycle that is appropiate by hope and researcher wants.


(3)

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI MENGGUNAKAN METODE KOOPERATIF TEKNIK JIGSAW PADA PESERTA DIDIK KELAS X SMA BOPKRI BANGUNTAPAN

BANTUL TAHUN AJARAN 2015/2016

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Oleh

Albertus Ragil Wisnu Murti 111224009

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2015


(4)

(5)

(6)

HALAMAN MOTTO

Lakukanlah Sesuatu Seolah-olah Tidak Akan Menemui Kegagalan

Ada Dua Jalan di Hutan,dan aku. Aku Memilih Jalan Yang Jarang Dilalui Orang. Itulah yang Membuat Perbedaan


(7)

HALAMAN PERSEMBAHAN


(8)

(9)

(10)

ABSTRAK

Murti, Albertus Ragil Wisnu. 2015. Peningkatan Kemampuan Menulis Narasi Menggunakan Metode Kooperatif Teknik Jigsaw pada Peserta Didik Kelas X SMA BOPKRI Banguntapan Bantul Tahun Ajaran 2015/2016. Skripsi. Yogyakarta : Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas yang mengkaji upaya meningkatkan kemampuan menulis narasi pada siswa kelas X SMA BOPKRI Banguntapan Bantul menggunakan metode kooperatif teknik jigsaw. Subyek penelitian adalah peserta didik kelas X tahun ajaran 2015/2016. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan peningkatan kemampuan menulis narasi.

Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri dari empat komponen utama, yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Sebelum siklus tersebut dimulai ada tahapan disebut prasiklus untuk mengetahui kondisi awal siswa dan guru. Pengumpulan data berupa tes dan nontes yang digunakan untuk keperluan data penelitian. Analisis data menggunakan analisis data kuantitatif. Data dihitung menggunakan statistik deskriptif dan statistik parametrik yaitu mencari mean, uji t satu sampel, dan uji t sampel berpasangan.

Data penelitian menjelaskan bahwa penggunaan metode kooperatif teknik jigsaw dapat meningkatkan kemampuan menulis narasi pada peserta didik kelas X SMA BOPKRI Banguntapan Bantul tahun ajaran 2015/2016. Hal tersebut terbukti dengan meningkatnya nilai siswa di setiap siklusnya. Ketuntasan awal pada kegiatan prasiklus 0%, lalu meningkat 13 %. Peningkatan tajam terjadi di siklus dua sebesar 81%. Siklus terakhir yaitu siklus dua sesuai dengan harapan dan keinginan peneliti.


(11)

ABTRACT

Murti, Albertus Ragil Wisnu. 2015. The Improvement Writing Narrative Skill by using Cooperative Method with Jigsaw Technique of BOPKRI Banguntapan Bantul Senior High School Grade X Students Academic Year of 2015/2016. Thesis. Yogyakarta : Sanata Dharma University Yogyakarta

This research observed the improvement writing narrative skill of BOPKRI Banguntapan Bantul Senior High School Grade X by used Cooperative Method with Jigsaw Technique. The subject of this research are Grade X Students Academic Year of 2015/2016. This research.

This research was develop by used two cycles. In which cycle include four main component, that is designing, action, observation and reflection. Before the cycles strated, there is a step that called pre cycles to find out the initial condition of the students and teacher. The test and non test data collected for this research needed. Data analyzed was using quantitative analyse data. The data calculated by used statistic deskriptive that resolve mean and parametric statistic, one sample t test and paired sample t test.

The research is concluded that used of Cooperative Method with jigsaw tehnique can improve the writing narattive skill of BOPKRI Banguntapan Bantul Senior High School Grade X Students Academic Year of 2015/2016. That proved by score improvement in every cycle. The completion in the intitial step was 0%, and then rise 13%. Striking upgrading happened in second cycle in the mount of 81%. The last cycle was second cycle that is appropiate by hope and researcher wants.


(12)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala rahmat dan berkatNya karena dengan pendampinganNya penulis dapat

menyelesaikan tugas akhir skripsi ini yang berjudul “Peningkatan Kemampuan

Menulis Narasi Menggunakan Metode Kooperatif Teknik Jigsaw pada Peserta Didik Kelas X SMA BOPKRI Banguntapan Bantul Tahun Ajaran 2015/2016”.

Pada kesempatan ini, penulis hendak menghaturkan terima kasih yang sebesar besarnya kepada pihak-pihak yang dengan ikhlas dan sabar rela berkorban dan memberikan bantuan, motivasi, dan doa sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi. Terimakasih kepada :

1. Dr. Yuliana Setiyaningsih, M.Pd. selaku Kaprodi PBSI yang selalu sabar dan penuh ketulusan mendampingi saya sebagai mahasiswa hingga selesai. 2. Drs. J. Prapta Diharja, S.J., M.Hum. dan Drs. B. Rahmanto, M.Hum. selaku

dosen pembimbing dengan kesabaran dan ketulusan mendampingi saya dan memberikan arahan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsinya.

3. Seluruh dosen PBSI yang mengajar dan mendidik saya selama berproses dalam perkuliahan.

4. Seluruh dosen di luar PBSI yang turut serta mengajar dan mendidik saya. 5. Seluruh karyawan PBSI yang dengan sabar melayani saya sebagai

mahasiswa dan memberikan kemudahan.

6. Kepala Sekolah, guru, karyawan, para siswa SMA BOPKRI Banguntapan yang telah mengijikan saya meneliti, bekerja sama dan membantu menyelesaikan skripsi.

7. Papa dan Mama, Heronimus Hartanto dan Caecilia Endang Sri Lestari 8. Bapak dan Ibu, Agustinus Sumarsono dan Maria Anna Isnaeni.

9. Teman hidup sekaligus sahabat saya Maria Eny Kurniati yang telah memberikan dorongan, doa, dan motivasi tersendiri bagi penulis.

10. Buah hati saya Maria Della Strada Anggraeni Rosarine yang telah memberikan kegembiraan luar biasa.

11. Kakak saya : Mas Catur, Mba Tiwi, Mas Markus, dan Mba Tyas yang telah memberikan bantuan, doa, dan dukungan kepada saya.


(13)

(14)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

SUSUNAN PANITIA PENGUJI ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

ABTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... …. 1

1.1Latar Belakang Masalah ... 1

1.2Rumusan Masalah ... 4

1.3Tujuan Penelitian ... 4

1.4Manfaat Penelitian ... 4

1.4.1 Aspek Teoretis ... 4

1.4.2 Aspek Praktis ... 5

1.5Definisi Istilah Operasional ... 5

1.6Sistematika Penulisan ... 8

BAB II LANDASAN TEORI ... 9

2.1 Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 9

2.2 Kajian Teori ... 10

2.2.1 Pengertian dan Batasan Menulis ... ... 10

2.2.1 Fungsi Menulis ... 11

2.2.3 Tujuan Menulis ... … 11

2.2.4 Pengertian Narasi ... … 13

2.2.5 Jenis-jenis Narasi ... 14

2.2.6 Struktur Narasi ... 15


(15)

2.2.8 Tata Bahasa ... 17

2.2.9 Diksi atau Pilihan Kata ... 18

2.2.10 Ejaan ... 18

2.2.11 Kebersihan dan Kerapian ... 19

2.3 Metode Kooperatif Tipe Jigsaw ... 19

2.3.1 Pengertian Metode Kooperatif ... 19

2.3.2 Tujuan dan Manfaat Metode Kooperatif ... 20

2.3.3 Ciri-ciri Metode Kooperatif ... 21

2.3.4 Strategi Pembelajaran Kooperatif ... 21

2.3.5 Teknik Jigsaw ... 23

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 26

3.1 Jenis Penelitian ... … 26

3.2 Populasi dan Sampel ... 27

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian ... … 27

3.4 Model Penelitian ... 27

3.5 Prosedur Penelitian ... 28

3.5.1 Siklus I ... 28

3.5.2 Siklus II ... 29

3.6 Teknik Pengumpulan Data ... 31

3.7 Instrumen Observasi ... … 33

3.8 Teknik Analisis Data ... 34

3.9 Indikator Target Pencapaian ... 35

3.10 Rubrik Penilaian Narasi ... 35

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 39

4.1 Deskripsi Data Pelaksanaan Penelitian ... 39

4.2 Hasil Penelitian ... 40

4.2.1 Analisis Siklus I ... 40

4.2.2 Analisis Siklus II ... 43

4.3 Uji Normalitas ... 46

4.4 Uji T Dua Sampel Berpasangan ... 52

4.5 Hasil Prasiklus, Siklus I, dan Siklus II ... 52


(16)

BAB V PENUTUP ... 56

5.1 Kesimpulan dan Implikasi ... 56

5.3 Saran ... 58


(17)

DAFTAR TABEL

3.7.1 Pedoman Observasi Aktifitas Guru Mengajar ... 33

3.7.2 Pedoman Observasi Aktifitas Siswa ... 34

3.7.3 Tabel Target Pencapaian ... 35

4.2.1 Tabel Perbandingan Prasiklus dan Siklus I ... 42

4.2.2 Tabel Perbandingan Siklus I dan Siklus II ... 45

4.2.3 Tabel Uji Normalitas Prasiklus ... 46

4.2.4 Tabel Uji T Normalitas Siklus I ... 48

4.2.5 Tabel Uji T Normalitas Siklus II ... 49

4.2.6 Tabel Uji T Sampel Berpasangan Prasiklus dan Siklus I ... 51


(18)

DAFTAR DIAGRAM

4.2.1 Diagram Ketuntasan KKM pada Siklus I ... 43 4.2.2 Diagram Ketuntasan KKM pada Siklus II ... 46


(19)

DAFTAR GRAFIK


(20)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Daftar Nama Siswa Kelas X SMA BOPKRI Banguntapan Lampiran 2 : Lembar Observasi Guru Prasiklus

Lampiran 3 : Lembar Observasi Siswa Prasiklus Lampiran 4 : Silabus

Lampiran 5 : RPP Siklus I Lampiran 6 : RPP Siklus II

Lampiran 7 : Lembar Kerja Siswa Siklus I Tertinggi Lampiran 8 : Lembar Kerja Siswa Siklus II Teringgi Lampiran 9 : Rekapitulasi Nilai Prasiklus

Lampiran 10 : Rekapitulasi Nilai Siklus I Lampiran 11 : Rekapitulasi Nilai Siklus II

Lampiran 12 : Surat Izin Penelitian dari Universitas Sanata Dharma Lampiran 13 : Surat Izin Penelitian dari BAPPEDA

Lampiran 14 : Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian Lampiran 15 : Foto-foto Kegiatan Penelitian

Lampiran 16 : Hasil Wawancara Guru dan Siswa Lampiran 17 : Teks Narasi yang telah dianalisis


(21)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Ketika kita mulai menulis, tidak sedikit dari kita yang mengalami kesulitan untuk memulainya. Banyak ide yang ada di dalam pikiran kita, tetapi bagaimana kita menyusunnya menjadi tulisan yang utuh? Sebenarnya apa yang menyebabkan? Menulis termasuk salah satu keterampilan berbahasa. Kemampuan menulis diperlukan untuk membuat suatu tulisan, bukan hanya sekadar tulisan tetapi sebagai suatu cara berkomunikasi. Permasalahan tersebut dialami oleh peserta didik SMA BOPKRI Banguntapan kelas X. Mereka mengalami kesulitan pada keterampilan menulis dan membaca.

Kemampuan menulis dipengaruhi oleh kebiasaan menulis, banyak siswa meremehkan keterampilan menulis. Kemampuan menulis dipengaruhi kebiasaan membaca dan menulis. Banyak peserta didik yang belum memiliki motivasi atau ketertarikan yang tinggi pada kebiasaan membaca dan menulis. Hal lain yang menjadi kendala adalah proses pembelajaran yang kurang menarik dan lebih tertariknya peserta didik pada bahasa di media sosial (Facebook, Twitter, Blackberry Massager, dll).

Secara lebih luas lagi, budaya menulis dalam masyarakat Indonesia masih kurang. Banyak orang Indonesia lebih memilih berbicara langsung ketika menyampaikan pendapatnya ataupun berkomunikasi, mereka lebih memilih bahasa verbal daripada bahasa tulis. Faktor lainnya yang turut mempengaruhi


(22)

adalah kurangnya antusias masyarakat Indonesia untuk membaca sehingga hal ini menyebabkan keterampilan lainnya tidak diasah seperti menulis.

Keterampilan berbahasa ada empat yaitu keterampilan menyimak (listening skills), keterampilan berbicara (speaking skills), keterampilan membaca (reading skills), dan keterampilan menulis (writing skills), walaupun dibedakan keterampilan tersebut saling berkaitan, saling memiliki hubungan (Tarigan, 2008).

Menurut Tarigan (2008) keempat keterampilan tersebut pada dasarnya merupakan suatu kesatuan, merupakan catur tunggal. Dalam memperoleh keterampilan berbahasa, kita biasanya melalui suatu hubungan urutan yang teratur.

Mula-mula pada masa kecil kita belajar menyimak bahasa kemudian berbicara, sesudah itu kita belajar membaca dan menulis. Antara menulis dan membaca terdapat hubungan yang sangat erat. Bila kita menuliskan sesuatu, kita pada prinsipnya ingin agar tulisan itu dibaca oleh orang lain, paling sedikit dapat kita baca sendiri pada saat lain. Demikianlah, hubungan antara menulis dan membaca pada dasarnya adalah hubungan antara penulis dan pembaca.

Jika kita melihat urutan pendidikan Indonesia di mata dunia, Indonesia masih berada di peringkat bawah. Berdasarkan hasil penelitian PISA (Program for International Student Assesment) tahun 2006, kualitas pembelajaran di Indonesia berada pada peringkat 50 dari 57 negara untuk bidang Sains, peringkat 50 dari 57 negara untuk Matematika, peringkat 49 dari 57 negara untuk kemampuan membaca. Hal tersebut hendaknya menjadi keprihatinan kita bersama. Mengapa itu terjadi? Bagaimana kurikulum di Indonesia? Mantan Ketua Komnas Perlindungan Anak, Dr. Seto Mulyadi menilai, beban kurikulum di Indonesia


(23)

terlalu berat. Kondisi ini membatasi ruang bagi tumbuhnya kreatifitas anak,

menyebabkan sekolah seperti “penjara” bagi anak. Ia berkata bahwa sistem pendidikan di Indonesia memperlakukan anak seperti robot, “anak ke sekolah

harus membawa “koper” berisi banyak buku, sampai dirumah harus mengerjakan PR, habis itu teler”.

Pada umumnya guru bahasa Indonesia hanya menggunakan metode konvensional, yaitu guru lebih banyak mengajarkan teori-teori menggunakan metode ceramah, sedangkan siswa menyimak dan mencatat. Proses belajar yang demikian cenderung melahirkan manusia yang berisikan intelektual statis dan kurang kreatif.

Cara belajar setiap siswa berbeda, hal ini yang menyebabkan tingkat pemahaman siswa yang berbeda pula. Guru perlu menerapkan metode yang menarik dan inovatif, yang memicu semangat belajar agar anak lebih kreatif dan inivatif. Untuk materi pembelajaran menulis narasi, guru juga perlu menggunakan metode pembelajaran yang kreatif. Peneliti menawarkan metode kooperatif (cooperative learning) menggunakan teknik jigsaw.

Permasalahan yang dialami peserta didik kelas X SMA BOPKRI Banguntapan dalam keterampilan berbahasa, khususnya keterampilan menulis, perlu diatasi dengan metode pembelajaran yang kreatif. Dalam hal ini peneliti mengadopsi sistem pembelajaran dengan metode kooperatif teknik jigsaw. Materi menulis yang diberikan guru adalah narasi. Materi ini diberikan di semester ganjil tahun pelajaran 2015/2016. Keterampilan menulis narasi sebagai permasalahan yang ada di SMA BOPKRI Banguntapan, sedangkan penyelesaiannya dengan metode kooperatif teknik jigsaw. Demikianlah, maka peneliti mengambil judul


(24)

“Peningkatkan Kemampuan Menulis Narasi Menggunakan Metode Kooperatif (Cooperative Learning) Teknik Jigsaw Pada Siswa Kelas X SMA BOPKRI Banguntapan Tahun Ajaran 2015/2016”.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalahnya sebagai berikut:

Apakah kemampuan menulis teks narasi siswa kelas X SMA BOPKRI Banguntapan meningkat setelah menggunakan metode kooperatif teknik jigsaw dalam pembelajaran?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana peningkatan kemampuan menulis narasi dengan menggunakan metode kooperatif teknik jigsaw.

1.4Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian terbagi dalam dua aspek, yaitu aspek teoretis dan aspek

praktis :

1.4.1 Aspek Teoretis

1. Melengkapi informasi mengenai pembelajaran menulis narasi dengan menggunakan metode kooperatif teknik jigsaw.

2. Menambah informasi bagi peneliti lain tentang penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis narasi.


(25)

1.4.2 Aspek Praktis 1. Bagi guru

Peningkatan pembelajaran di SMA BOPKRI Banguntapan sehingga dapat meningkatkan pembelajaran menulis narasi. Pembelajaran menulis narasi berbasis metode kooperatf teknik jigsaw dapat memberi pengalaman baru dalam mengajar.

2. Bagi siswa

Memberikan stimulasi pada siswa untuk berfikir dan berpendapat dalam kemampuan menulis. Selain itu, dengan metode kooperatif teknik jigsaw dapat memupuk rasa kebersamaan dan menghargai pendapat orang lain. 3. Bagi peneliti

Mengaplikasikan teori dan pengetahuan. 4. Bagi peneliti lain

Menambah wawasan untuk penelitian selanjutnya.

1.5Definisi Istilah Operasional 1. Keterampilan

Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), keterampilan adalah kecakapan untuk menyelesaikan tugas. Jika keterampilan dikaitkan dengan bahasa maka keterampilan berarti kecakapan seseorang untuk memakai bahasa dalam menulis, membaca, menyimak dan berbicara.

2. Menulis

Menurut Lado (Tarigan, 2008) menjelaskan menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang


(26)

dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu. Gambar atau lukisan mungkin dapat menyampaikan makna-makna, tetapi tidak menggambarkan kesatuan-kesatuan bahasa. Menulis merupakan suatu representasi bagian dari kesatuan-kesatuan ekspresi bahasa.

Hal ini merupakan perbedaan utama antara lukisan dan tulisan, antara melukis dan menulis. Melukis gambar bukanlah menulis. Seorang pelukis dapat saja melukis huruf-huruf Cina, tetapi tidak dapat dikatakan menulis, kalau dia tidak tahu bagaimana cara menulis bahasa Cina, yaitu kalau dia tidak tahu bagaimana cara menulis bahasa Cina beserta huruf-hurufnya. Dengan kriteria seperti itu, dapatlah dikatakan bahwa menyalin/mengkopi huruf-huruf ataupun menyusun menset suatu naskah dalam huruf-huruf tertentu untuk dicetak bukanlah menulis kalau orang-orang tersebut tidak memahami bahasa tersebut beserta representasinya.

3. Narasi

Narasi merupakan bagian dari wacana. Wacana adalah teks (bacaan). Wacana merupakan rangkaian paragraf yang disusun dalam satu kesatuan maksud. Hubungan antarparagraf dalam wacana selalu saling berkaitan. Wacana terbagi atas lima, yaitu deskripsi, narasi, argumentasi, eksposipersuasi. Narasi adalah cerita. Narasi adalah rangkaian paragraf yang berupa kisah tentang seseorang atau kisah tentang sesuatu. Seseorang yang mengisahkan kebahagiaan dan penderitaan dalam hidupnya, lalu diimbang dengan suasana hati yang terlibat, ia sesungguhnya tengah menyampaikan wacana naratif. Ciri wacana ini terlihat dari


(27)

teknik penyampaian yang menyelami suasana hati yang dialami oleh siapa pun (Dadan Suwarna, 2012).

4. Metode Kooperatif Model Jigsaw

Metode kooperatif model jigsaw berkembang dari adanya krisis dan konflik mengenai ras, etnik, dan geng yang berbeda di dalam kelas. Karena adanya krisis tersebut, siswa tidak mau bergabung dengan yang lain. Kemudian para guru mencari solusi dan jalan keluar untuk mengatasi krisis tersebut dengan menggabungkan proses belajar dan proses interaksi, maka lahirlah teknik jigsaw (Elliot Aronson , 2011).

Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang mengutamakan kerja sama untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajardan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif, yang anggotanya terdiri dari 4 sampai 6 orang, dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen.

Ada beberapa pendekatan untuk model kooperatif, yaitu STAD (Student Teams Achievement Devisions), tipe jigsaw, tipe investigasi kelompok, dan tipe pendekatan struktural.

Jigsaw telah dikembangkan dan diuji coba oleh Elliot Aronson dkk di Universitas Texas, kemudian diadaptasi oleh Slaven dkk di Universitas Jhon Hopkins. Ditinjau dari sisi etimologi, jigsaw berasal dari bahasa Inggris yang

berarti “gergaji”. Ada juga yang menyebutnya dengan istilah puzzle, yaitu sebuah teka-teki menyusun potongan gambar. Pembelajaran kooperatif model jigsaw ini juga mengambil pola cara bekerja sebuah gergaji (jigsaw), yaitu siswa melakukan


(28)

kegiatan belajar dengan cara bekerjasama dengan siswa lain untuk mencapai tujuan bersama.

Pembelajaran kooperatif model jigsaw adalah sebuah model belajar kooperatif yang menitikberatkan pada kerja kelompok siswa dalam bentuk kelompok kecil. Seperti yang diungkapkan Aronson (2011) bahwa teknik jigsaw merupakan model belajar kooperatif dengan grup kecil yang heterogen dan diawasi oleh guru.

1.6Sitematika Penulisan

Sistematika penyajian penelitian tindakan kelas ini terdiri atas lima bab, yaitu : bab 1 berisi pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi istilah operasional, dan sistematika penulisan, bab II berisi landasan teori yang akan digunakan peneliti untuk menganalisis masalah-masalah yang akan diteliti, yaitu mengenai kemampuan menulis, pengertian narasi, dan metode kooperatif teknik jigsaw, bab III berisi metode penelitian yang memuat tentang cara dan prosedur yang akan ditempuh oleh peneliti untuk memperoleh data, bab IV berisi deskripsi data, analisis data, dan pembahasan hasil penelitian, bab V berisi kesimpulan hasil penelitiaan, saran/masukan mengenai skripsi.


(29)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1Penelitian yang Relevan

Penelitian mengenai peningkatan kemampuan menulis dan teknik jigsaw telah banyak dilakukan. Banyak sekali contoh penelitian terdahulu yang dapat peneliti jadikan contoh maupun acuan dalam penulisan skripsi ini, namun peneliti hanya menggunakan beberapa karya yang dianggap relevan. Seleksi diperlukan untuk menentukan karya yang baik dan kurang baik, hanya skripsi yang baik dan relevan yang saya pilih. Berikut ini adalah penelitian yang relevan dengan variabel-variabel

yang peneliti gunakan sebagai acuan:

1. Veronika Pipin Mauli dalam skripsinya yang berjudul “Peningkatan Kemampuan

Menulis Karangan Narasi Menggunakan Media Gambar Seri dalam Pembelajaran Menulis Siswa Kelas IV SD Kanisius Kembaran Bantul Tahun Ajaran 2011/2012”

Peneliti menggunakan acuan skripsi tersebut di atas untuk mendapatkan gambaran mengenai pembelajaran menulis narasi. Peneliti melihat gambaran mengenai materi menulis narasi dalam skripsi ini untuk kemudian dijadikan bahan dalam penelitian kali ini.

Peneliti juga menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Kemmis dan Mc Taggart, sama seperti skripsi terdahulu sehingga memudahkan peneliti dalam menggunakan metode PTK Kemmis dan Taggart.

Mengenai metode kooperatif tipe jigsaw, peneliti tidak melihat kesamaan sehingga perlu landasan penelitian terdahulu lainnya yang relevan.


(30)

2. Agustinus Suprimanto dalam skripsinya yang berjudul “ Peningkatan Kemampuan

Menulis Paragraf Persuasif dalam Pembelajaran Yang Menggunakan Metode Kooperatif Teknik Jigsaw pada Siswa Kelas X-2 Semester 2 SMA Stella Duce

Bantul Tahun Pelajaran 2011/2012”

Peneliti menggabungkan antara skripsi yang meneliti tentang menulis narasi dan teknik jigsaw. Peneliti menggunakan acuan penelitian terdahulu seperti di atas untuk menambah bahan kajiaanya mengenai teknik jigsaw.

2.2Kajian Teori

2.2.1 Pengertian dan Batasan Menulis

Menurut Lado (1979) (Tarigan, 2008) menjelaskan menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang

dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang

grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu. Gambar atau lukisan mungkin dapat menyampaikan makna-makna, tetapi tidak menggambarkan

kesatuan-kesatuan bahasa.

Menulis merupakan suatu representasi bagian dari kesatuan-kesatuan ekspresi

bahasa. Hal ini merupakan perbedaan utama antara lukisan dan tulisan, antara melukis dan menulis. Melukis gambar bukanlah menulis. Seorang pelukis dapat saja melukis huruf-huruf Cina, tetapi tidak dapat dikatakan menulis, kalau dia tidak tahu

bagaimana cara menulis bahasa Cina, yaitu kalau dia tidak tahu bagaimana cara menulis bahasa Cina beserta huruf-hurufnya. Dapat dikatakan bahwa menyalin

huruf-huruf ataupun menyusun menset suatu naskah dalam huruf-huruf tertentu


(31)

2.2.2 Fungsi Menulis

Pada prinsipnya fungsi utama dari tulisan adalah sebagai alat komunitas yang tidak langsung. Kemampuan menulis perlu dimiliki setiap orang, khusunya peserta didik. Menulis dapat memicu seseorang untuk berpikir kritis, memperdalam daya tanggap dan persepsi, membantu mengurai atau mengungkapkan perasaan. Tulisan dapat membantu kita menjelaskan pikiran-pikiran kita. Tidak jarang, kita menemui

apa yang sebenarnya kita pikirkan dan rasakan mengenai orang-orang, gagasan

-gagasan, masalah-masalah, dan kejadian-kejadian hanya dalam proses menulis yang

aktual. Menulis adalah suatu bentuk berpikir, tetapi justru berpikir bagi pembaca tertentu dan bagi waktu tertentu. Salah satu dari tugas-tugas terpenting penulis

sebagai penulis adalah menguasai prinsip-prinsip menulis dan berpikir, yang akan

dapat menolongnya mencapai maksud dan tujuannya. Yang paling penting di antara prinsip-prinsip yang dimaksudkan adalah penemuan, susunan, dan gaya. Secara

singkat: belajar menulis adalah belajar berpikir dalam/ dengan cara tertentu D’Angelo (1980) (Tarigan, 2008).

2.2.3 Tujuan Menulis

Tarigan (2008) menjelaskan maksud dan tujuan penulis adalah response atau jawaban yang diharapkan oleh penulis akan diperolehnya dari pembaca, dapatlah dikatakan bahwa tulisan yang bertujuan untuk memberitahukan atau mengajar disebut wacana informatif (informative discourse), tujuan yang bertujuan untuk menyakinkan atau mendesak disebut wacana persuasif (persuasive discourse), tulisan yang bertujuan untuk menghibur atau menyenangkan atau yang mengandung tujuan estetik disebut tulisan literer (literary discourse), tulisan yang mengekspresikan


(32)

perasaan dan emosi yang kuat atau berapi-api disebut wacana ekspresif (expressive discourse).

D’Angelo (Tarigan, 2008) menambahkan, agaknya perlu diperingatkan di sini bahwa dalam praktiknya jelas sekali terlihat bahwa tujuan-tujuan yang telah

disebutkan tadi sering bertumpang-tindih, dan setiap orang mungkin saja

menambahkan tujuan-tujuan lain yang belum tercakup dalam daftar di atas. Tetapi

dalam kebanyakan tujuan menulis, ada satu tujuan yang menonjol atau dominan, dan yang dominan inilah memberi nama atas keseluruhan tersebut.

Sehubungan dengan tujuan penulisan sesuatu tulisan Hipple (Tarigan, 2008) merangkumnya sebagai berikut: (1) assignment purpose (tujuan penugasan), tujuan penugasan ini sebenarnya tidak mempunyai tujuan sama sekali. Penulis menulis karena ditugaskan, bukan atas kemauan sendiri (misalnya para siswa yang diberi tugas merangkumkan buku; sekretaris yang ditugaskan membuat laporan atau notula rapat), (2) altruistic purpose (tujuan altruistik), penulis bertujuan untuk menyenangkan para pembaca, menghindarkan kedukaan para pembaca, ingin menolong para pembaca memahami, menghargai perasaan, dan penalarannya, ingin membuat hidup pembaca lebih mudah dan lebih menyenangkan dengan karyanya itu. Seseorang tidak akan dapat menulis secara tepat guna kalau dia percaya, baik secara sadar maupun tidak sadar bahwa pembaca atau penikmat karyanya itu adalah “lawan” atau “musuh”. Tujuan altruistik adalah kunci keterbacaan suatu tulisan, (3)

persuasive purpose ( tujuan persuasif), tulisan yang bertujuan meyakinkan para pembaca akan kebenaran gagasan yang diutarakan, (4) informational purpose (tujuan informasional, tujuan penerangan), tulisan yang bertujuan memberi informasi atau keterangan penerangan kepada para pembaca, (5) self-expressive purpose (tujuan


(33)

pernyataan diri), tulisan yang bertujuan menperkenalkan atau menyatakan diri sang pengarang kepada para pembaca, (6) creative purpose (tujuan kreatif), tujuan ini erat berhubungan dengan tujuan pernyataan diri. Tetapi keinginan kreatif melebihi pernyataan diri dan melibatkan dirinya dengan keinginan mencapai norma artistik, atau seni yang ideal, seni idaman. Tulisan yang bertujuan mencapai nilai-nilai

artistik, nilai-nilai kesenian, (7) problem-solving purpose (tujuan pemecahan

masalah), dalam tulisan seperti ini penulis ingin memecahkan masalah yang dihadapi. Penulis ingin menjelaskan, menjernihkan, menjelajahi serta meneliti secara cermat pikiran-pikiran dan gagasan-gagasannya sebdiri agar dapat dimengerti dan

diterima oleh pembaca.

2.2.4 Pengertian Narasi

Narasi merupakan bagian dari wacana. Wacana adalah teks (bacaan). Wacana merupakan rangkaian paragraf yang disusun dalam satu kesatuan maksud. Hubungan antarparagraf dalam wacana selalu saling berkaitan. Wacana terbagi atas lima: deskripsi, narasi, argumentasi, eksposisi, dan persuasi. Narasi adalah cerita yang berupa rangkaian paragraf tentang seseorang atau kisah tentang sesuatu. Seseorang yang mengisahkan kebahagiaan atau penderitaan dalam hidupnya, dengan melibatkan suasana hati, ia sesungguhnya tengah menyampaikan wacana naratif. Ciri wacana ini terlihat dari teknik penyampaian yang menampakkan suasana hati yang dialami oleh siapa pun (Dadan Suwarna, 2011).

Titik Maryuni (2007) berpendapat karangan narasi adalah karangan yang mengisahkan suatu peristiwa yang disusun secara kronologis. Karangan narasi disebut juga karangan kisahan karena isinya menceritakan suatu peristiwa atau kisah


(34)

seseorang. Cerita atau kisah yang diketengahkan di dalam narasi dapat berupa fiksi atau imajinatif dan dapat pula kisah faktual atau nyata.

Gorys Keraf (1982) berpendapat bahwa narasi merupakan suatu bentuk wacana yang mengisahkan suatu kejadian atau peristiwa yang membuat pembaca seolah-olah melihat atau mengalami sendiri peristiwa itu. Oleh karena itu, unsur yang terpenting pada sebuah narasi adalah perbuatan dan tindakan. Selain itu, ada unsur lain yang harus diperhitungkan, yaitu unsur waktu. Dengan demikian, pengertian narasi itu mencakup dua unsur, yaitu perbuatan dan tindakan yang terjadi dalam suatu rangkaian waktu. Gorys Keraf juga menegaskan bahwa karangan narasi adalah serangkaian cerita yang bersifat fiksi dan nonfiksi. Cerita yang menunjukkan imajinasi dan fakta atau pengalaman hidup sehari-hari serta didukung media gambar seri membantu siswa untuk menuangkan ide ke dalam sebuah karangan narasi. Berdasarkan uraian di atas, karangan narasi adalah karangan berupa cerita yang mengisahkan suatu peristiwa atau pengalaman dengan urutan waktu.

2.2.5 Jenis-jenis Narasi

Gorys Keraf (2007) mengemukakan bahwa berdasarkan tujuannya, narasi dapat dibedakan ke dalam dau jenis yaitu: (1) narasi ekspositoris bertujuan untuk memberi informasi kepada pembaca, agar pengetahuannya bertambah. Narasi ekspositoris pertama-tama bertujuan untuk menggugah pikiran para pembaca untuk mengetahui apa yang dikisahkan. Sasaran utamanya adalah rasio, yaitu berupa perluasan pengetahuan para pembaca sesudah membaca kisah tersebut. Narasi ekspositoris dapat bersifat khas atau khusus dan dapat pula bersifat generalisasi. Narasi ekspositoris yang bersifat generalisasi adalah narasi yang menyampaikan suatu proses yang umum, yang dapat dilakukan siapa saja, dan dapat pula dilakukan secara


(35)

berulang-ulang. Narasi yang bersifat khusus adalah narasi yang berusaha menceritakan suatu peristiwa yang khas yang hanya terjadi satu kali. Peristiwa yang khas adalah peristiwa yang tidak dapat diulang kembali, karena ia merupakan pengalaman atau kejadian pada suatu waktu tertentu saja, (2) narasi sugestif disusun dan disajikan sedemikian rupa sehingga mampu menimbulkan daya khayal pembaca. Penulis narasi sugestif berusaha untuk memberi suatu maksud tertentu atau menyampaikan suatu amanat terselubung kepada pembaca. Ia berusaha menyampaikan sebuah makna kepada para pembaca melalui daya khayal yang dimilikinya.

2.2.6 Struktur Narasi

Sebuah struktur dapat dilihat dari bermacam-macam segi penglihatan. Sesuatu dikatakan memiliki struktur apabila terdiri dari bagian-bagian yang secara fungsional saling berhubungan, demikian pula dengan narasi. Menurut Gorys Keraf (2007) struktur narasi antara lain sebagai berikut: (1) alur, alur dalam narasi merupakan kerangka dasar yang penting. Alur mengatur bagaimana tindakan-tindakan harus berhubungan, bagaimana suatu kejadian yang satu dengan yang lain berkaitan, bagaimana tokoh-tokoh harus digambarkan dan berperan dalam tindakan, dan bagaimana situasi dan perasaan karakter yang teribat dalam tindakan-tindakan itu terkait dalam suatu kesaatuan waktu, (2) penokohan, penokohan merupakan salah satu ciri khas narasi yang mengisahkan tokoh cerita bergerak dalam suatu rangkaian perbuatan atau mengisahkan tokoh cerita terlibat dalam suatu peristiwa dan kejadian yang disusun bersama-sama sehingga mendapat kesan atau efek tunggal, (3) latar, latar dalam karangan narasi terkadang tidak disebutkan secara jelas tempat tokoh mengalami peristiwa tertentu. Sering dijumpai cerita hanya mengisahkan cerita


(36)

secara umum, misalnya di tepi hutan, di sebuah desa, dan sebagainya, (4) sudut pandang, sudut pandang yang paling efektif untuk cerita harus ditentukan terlebih dahulu. Sudut pandang dalam narasi menjawab pertanyaan siapakah yang menceritakan kisah ini, orang pertama atau kedua.

2.2.7 Aspek-Aspek Karangan Narasi

Menurut Gorys Keraf (1982) karangan yang baik harus mencakup aspek judul karangan, isi atau gagasaan, organisasi, tata bahasa, diksi atau pilihan kata, ejaan, kebersihan dan kerapian. Aspek-aspek ini pun juga harus dimiliki karangan narasi. Aspek-aspek tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: (1) judul karangan, judul karangan harus menarik dan sesuai dengan tema karangan. Judul yang baik harus memenuhi syarat sebagai berikut : (a) relevan, artinya judul mempunyai hubungan dengan tema, (b) proaktif, artinya judul harus dapat menimbulkan keingintahuan pembaca terhadap isi karangan. Judul yang singkat bukan berarti judul itu pendek, akan tetapi judul itu mampu menjelaskan isi karangan, (c) singkat, artinya judul harus berbentuk rangkaian kata yang singkat, (2) isi atau gagasan, gagasan adalah pesan dalam dunia batin seseorang yang hendak disampaikan kepada orang lain Widyamartaya (Gorys Keraf, 2007). Gagasan dapat berupa pendapat, pengalaman, atau pengetahuan. Isi atau gagasan dituangkan secara tertulis sehingga dapat dibaca dan dipahami orang lain karena bagian isi karangan merupakan inti suatu karangan. Isi atau gagasan karangan narasi mengisahkan suatu kejadian atau peristiwa yang runtut dalam suatu kesatuan waktu. Isi karangan meliputi komponen-komponen pembentuk suatu karangan narasi, yaitu perbuatan, penokohan, latar, sudut pandang, dan alur, (3) organisasi, artinya karangan yang baik harus memiiki hubungan antarkata, kalimat, dan paragraf agar maksud dan tujuan karangan jelas. Dalam sebuah karangan terdapat


(37)

organisasi karangan, yaitu pendahuluan, isi, dan penutup. Berikut ini akan dijelaskan organisasi karangan secara terperinci: (a) pendahuluan, pendahuluan adalah pembukaan atau kata pengantar dari sebuah karangan, (b) isi karangan, isi karangan biasanya berupa pernyataan, data, fakta, contoh yang diambil dari pendapat para ahli, hasil penelitian, kesimpuan-kesimpulan yang dapat mengukuhkan jawaban rumusan masalah. Penyusunan isi karangan harus kritis dan logis sehingga isi karangan meyakinkan dan benar , (c) penutup, bagian ini merupakan kesimpulan yang harus tetap dijaga agar sesuai dengan tujuan dan mampu menyegarkan kembali ingatan pembaca (Gorys Keraf, 1982: 104-107).

2.2.8 Tata Bahasa

Tata bahasa suatu karangan adalah susunan bahasa yang dapat dipahami pembaca. Susunan bahasa yang baik akan membentuk suatu kalimat yang baik atau kalimat yang efektif. Kalimat yang efektif adalah kalimat yang secara tepat dapat mewakili gagasan atau perasaan penulis, dan sanggup menimbulkan gagasan yang tepat dalam pikiran pendengar atau pembaca seperti yang dipikirkan penulis. Kalimat efektif membentuk paragraph, dan dari paragraf-paragraf itu akan membentuk karangan. Paragraf yang baik harus mengandung beberapa asas yang berkenaan dengan gagasan. Menurut The Liang Gie (Gorys Keraf, 2007), asas-asas itu adalah sebagai berikut : (1) kejelasan, karangan harus jelas, benar dan dapat dibaca dan dimengerti oleh pembaca. Tanpa asas kejelasan, suatu karangan sukar dibaca dan dimengerti oleh pembaca. Menurut Gorys Keraf (2007), kejelasan sebuah karangan dapat dilihat dari gagasan-gagasan yang disampaikan kepada pembaca, (2) keringkasan, suatu karangan harus ringkas, tidak menghamburkan kata-kata secara semena-mena, tidak mengulang butir ide yang dikemukakan, dan tidak berputar-putar dalam menyampaikan suatu gagasan dengan


(38)

berbagai kalimat yang berkepanjangan, (3) ketepatan, suatu karangan harus memuat butir-butir gagasan dan menyampaikannya kepada pembaca sesuai yang dimaksud penulis. Oleh karena itu, agar karangannya tepat harus menaati berbagai aturan dan ketentuan bahasa, ejaan, tanda baca, dan kelaziman bahasa tulis yang ada, (4) kesatupaduan, sesuatu yang disajikan dalam karangan harus berkisar pada gagasan pokok atau tema karangan. Menurut Gorys Keraf (2007), kesatuan gagasan menjadi landasan seluruh karangan. Ada tulisan yang tidak memperlihatkan kesatuan, yaitu tidak mengungkapkan dengan tegas apa yang dimaksud dalam karangan sehingga pembaca tidak memahami apa yang dibacanya, (5) pertautan, suatu karangan antara kalimat yang satu dengan yang lain, paragraf yang satu dengan yang lain harus berkaitan, (6) penegasan, butir-butir ide harus diungkapkan dengan penekanan atau penonjolan tertentu sehingga mengesan bagi pembaca.

2.2.9 Diksi atau Pilihan Kata

Suatu karangan harus memilih kata yang tepat. Oleh karena itu, suatu karangan harus menggunakan pengulangan kata atau afiksasi yang tepat dan penghubung yang tepat.

2.2.10 Ejaan

Ejaan adalah perlambangan fonem dengan huruf. Seain perlambangan fonem dengan huruf, ejaan juga mengatur (1) ketepatan menuliskan satuan-satuan morfologi, misalnya kata sambung, kata dasar, kata ulang, kata majemuk, kata berimbuhan, dan partikel-partikel, (2) ketepatan menuliskan kalimat dan bagian-bagian kalimat dengan pemakaian tanda baca seperti titik, tanda kurung, koma, dan sebagianya Badudu (Keraf, 2007). Karangan yang baik harus memperhatikan pemakaian ejaan yang berlaku. Menurut Parera (Keraf, 2007), pemakaian ejaan meliputi penulisan


(39)

huruf capital, penulisan kata, dan penggunaan tanda baca yang tepat. Menurut Pedoman Umum (EYD, 2011), pemakaian ejaan meliputi pemakaian huruf kapital, penulisan kata, penulisan unsur serapan, dan pemakaian tanda baca. Ejaan yang benar harus sesuai dengan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD).

2.2.11 Kebersihan dan Kerapian

Menurut Gorys Keraf (1982), karangan dikatakan bersih dan rapi, apabila tidak ada coretan, penulisan antara kata yang satu dengan kata yang lain tidak berjejal-jejal, sehingga karangan tersebut kelihatan rapi dan bersih. Kebersihan dan kerapian merupakan salah satu faktor yang dinilai dalam karangan. Keraf menegaskan bahwa karangan narasi adalah serangkaian cerita yang bersifat fiksi dan nonfiksi. Serangkaian cerita menunjukkan bahwa daya imajinasi dan fakta (pengalaman hidup sehari-hari) yang didukung dengan media gambar seri dapat menjadi daya bagi siswa untuk menuangkan ide dalam karangan narasi. Jadi, selain itu siswa dapat merangkaikan ide cerita berdasarkan aspek-aspek dalam mengarang.

2.3 Metode Kooperatif (Cooperative Learning) Tipe Jigsaw

2.3.1 Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif dikembangkan dari teori belajar konstruktivisme yang lahir dari gagasan Piaget dan Vygotsky. Berdasarkan penelitian Piaget yang pertama, dikemukakan bahwa pengetahuan itu dibangun dalam pikiran anak Ratna (Tukiran, 2014)

Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang mengutamakan kerja sama untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajardan bekerja dalam


(40)

kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif, yang anggotanya terdiri dari 4 sampai 6 orang, dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen.

Pada hakikatnya, pembelajaran kooperatif sama dengan kerja kelompok. Seperti dijelaskan oleh Abdulhak (Tukiran, 2014) pembelajaran kooperatif dilaksanakan melalui sharing proses antara peserta didik, sehingga dapat mewujudkan pemahaman bersama antara peserta didik itu sendiri.

Tom V. Savage (Tukiran, 2014) mengemukakan bahwa cooperative learning merupakan satu pendekatan yang menekankan kerja sama dalam kelompok. Pembelajaran kooperatif adalah strategi pembelajaran yang melibatkan partisipasi siswa dalam suatu kelompok kecil untuk saling berinteraksi.

2.3.2 Tujuan dan Manfaat Model Pembelajaran Kooperatif

Elliot (2011) Pembelajaran kooperatif mempunyai 3 tujuan, diantaranya: (1) meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. Model kooperatif ini memiliki keunggulan dalam membantu siswa untuk memahami konsep-konsep yang sulit, (2) agar siswa dapat menerimateman-temannya yang mempunyai berbagai perbedaan latar belakang, (3) mengembangkan keterampilan sosial siswa; berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, memancing teman untuk bertanya, mau menjelaskan ide tau pendapat, dan bekerja dalam kelompok.

Menurut Linda Lungren (Tukiran, 2014), ada 14 manfaat pembelajaran kooperatif bagi siswa dengan prestasi belajar yang rendah, yaitu : (1) meningkatkan pencurahan waktu pada tugas, (2) Rasa harga diri menjadi lebih tinggi, (3) memperbaiki sikap terhadap sekolah, (4) memperbaiki kehadiran, (5) angka putus sekolah menjadi rendah, (6) penerimaan terhadap perbedaan individu yang lebih besar, (7) perilaku mengganggu menjadi lebih kecil, (8) konflik antar pribadi berkurang, (9), sikap apatis


(41)

berkurang, (10) pemahaman yang lebih mendalam, (11) meningkatkan motivasi lebih besar, (12) hasil belajar lebih tinggi, (13) retensi lebih lama, (14) meningkatkan kebaikan budi, kepekaan, dan toleransi.

2.3.3 Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif mempunyai ciri atau karakteristik sebagai berikut: (1) siswa bekerja dalam kelompok untuk menuntaskan materi belajar, (2) kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki keterampilan tinggi, sedang, dan rendah (heterogen), (3) apabila memungkinkan, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, dan jenis kelamin yang berbeda, (4) penghargaan lebih berorientasi pada kelompok daripada individu (Ibrahim, 1989).

Pembelajaran kooperatif mencerminkan pandangan bahwa manusia belajar dari pengalaman mereka dan partisipasi aktif dalam kelompok kecil membantu siswa belajar keterampilan sosial, sementara itu secara bersamaan mengembangkan sikap demokrasi dan keterampilan berpikir logis.

2.3.4 Strategi pembelajaran Kooperatif

Strategi pembelajaran kooperatif merupakan serangkaian kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh siswa di dalam kelompok-kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Terdapat 5 hal penting dalam strategi pembelajaran yang telah ditetapkan, yaitu : (1) adanya peserta didik dalam kelompok, (2) adanya aturan main, (3) adanya upaya belajar dalam kelompok, (4) tatap muka, (5) evaluasi proses kelompok (Elliot, 2011).

Sihaan (Tukiran, 2014) mengemukakan 5 unsur penting yang ditekankan dalam proses pembelajaran kooperatif, yaitu : (1) saling ketergantungan yang positif, (2)


(42)

interaksi berhadapan, (3) tanggung jawab individu, (4) keterampilan sosisal, (5) terjadinya proses dalam kelompok.

Anita Lee (2010) menyebutkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif terdapat lima prinsip, yaitu sebagai berikut: (1) prinsip ketergantungan positif (positive interpendence), yaitu keberhasilan dalam penyelesaian tugas tergantung pada usaha yang dilakukan oleh kelompok tersebut. Keberhasilan kerja kelompok ditentukan oleh kinerja masing-masing anggota kelompok. Oleh karena itu, semua anggota dalam kelompok akan merasa saling ketergantungan, (2) tanggung jawab perseorangan (individual accountability), yaitu keberhasilan kelompok sangat tergantung dari masing-masing anggota kelompoknya. Oleh karena itu, setiap anggota kelompok mempunyai tugas dan tanggung jawab yang harus dikerjakan dalam kelompok tersebut, (3) interaksi tatap muka (face to face promation interaction), yaitu memberikan kesempatan yang luas kepada setiap anggota kelompok untuk bertatap muka dalam melakukan interaksi dan diskusi untuk saling memberi dan menerima informasi dari kelompok lain, (4) partisipasi dan komunikasi (participation and communication), yaitu melatih siswa untuk dapat berpatisipasi aktif dan berkomunikasi dalam kegiatan pembelajaran, (5) evaluasi proses kelompok, yaitu menjadwalkan waktu secara khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka, agar selanjutnya dapat bekerjasama lebih efektif.

Untuk mengimplementasikan pembelajaran kooperatif, dapat ditempuh prosedur sebagai berikut: (1) penjelasan materi, tahap ini merupakan tahapan penyampaian pokok-pokok materi pembelajaran sebelum siswa belajar dalam kelompok. Tujuan utama tahapan ini adalah pemahaman siswa terhadap pokok materi pelajaran, (2)


(43)

belajar kelompok, tahapan ini dilakukan setelah guru memberikan penjelasan materi dan siswa bekerja dalam kelompok yang telah dibentuk selumnya, (3) penilaian, penilaian dalam pembelajaran kooperatif bisa dilakukan melalui tes atau kuis yang dilakukan secara individu atau kelompok. Tes individu akan memberikan penilaian kemampuan individu, sedangkan kelompok akan memberikan penilaian pada kemampuan kelompoknya. Seperti dijelaskan Sanjaya (2010) bahwa hasil akhir setiap siswa adalah penggabungan keduanya dan dibagi dua. Hal ini disebabkan nilai kelompok adalah bilai bersama dalam kelompoknya.

2.3.5 Teknik Jigsaw

Ada beberapa pendekatan untuk model kooperatif, yaitu STAD (Student Teams Achievement Devisions), tipe jigsaw, tipe investigasi kelompok, dan tipe pendekatan struktural.

Jigsaw telah dikembangkan dan diuji coba oleh Elliot Aronson dkk di Universitas Texas, kemudian diadaptasi oleh Slaven dkk di Universitas Jhon Hopkins. Ditinjau dari sisi etimologi, jigsaw berasal dari bahasa Inggris yang berarti “gergaji”. Ada juga yang menyebutnya dengan istilah fuzzle, yaitu sebuah teka-teki menyusun potongan gambar. Pembelajaran kooperatif model jigsaw ini juga mengambil pola cara bekerja sebuah gergaji (jigsaw), yaitu siswa melakukan kegiatan belajar dengan cara bekerjasama dengan siswa lain untuk mencapai tujuan bersama.

Pembelajaran kooperatif model jigsaw adalah sebuah model belajar kooperatif yang menitikberatkan pada kerja kelompok siswa dalam bentuk kelompok kecil. Seperti yang diungkapkan Anita Lee (2010) bahwa pembelajaran kooperatif model jigsaw ini merupakan model belajar kooperatif dengan cara siswa belajar dalam kelompok kecil


(44)

yang terdiri atas empat sampai dengan enam orang secara heterogen, dan siswa bekerjasama saling ketergantungan positif dan bertanggung jawab secara mandiri.

Dalam terapan tipe jigsaw, siswa dibagi menjadi berkelompok dengan lima atau enam anggota kelompok belajar heterogen. Materi pelajaran diberikan pada siswa dalam bentuk teks. Setiap anggota bertanggungjawab untuk mempelajari bagian tertentu dari bahan yang diberikan. Anggota dari kelompok lain mendapat tugas topic yang sama, yakni berkumpul dan berdiskusi tentang topik tersebut. Kelompok ini disebut dengan kelompok ahli (Ibrahim, 1989).

Langkah-langkah model jigsaw dibagi menjadi enam tahapan Nurhadi dan Agus Gerrard (Tukiran, 2014), yaitu: (1) menyampaikan tujuan belajar dan membangkitkan motivasi, (2) menyajikan informasi kepada siswa dengan demonstrasi disertai penjelasan verbal, buku teks, atau bentuk lain, (3) mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok belajar, (4) mengelola dan membantu siswa dalam belajar kelompok dan kerja di tempat duduk masing-masing, (5) mengetes penguasaan kelompok atas bahan ajar, (6) memberian penghargaan atau pengakuan terhadap hasil belajar siswa. Adapun kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut (1) melakukan kegiatan membaca untuk menggali informasi. Siswa memperoleh topik-topik permasalahan untuk dibaca, sehingga mendapatkan informasi dari permasalahan tersebut, (2) diskusi kelompok ahli, siswa telah mendapatkan topik permasalahan yang sama bertemu dalam satu kelompok, atau kita sebut dengan kelompok ahli untuk menbicarakan topik permasalahan tersebut, (3) laporan kelompok, kelompok ahli kembali ke kelompok asal dan menjelaskan hasil yang didapatkan dari diskusi tim ahli, (4) kuis dilakukan mencakup semua topik permasalahan yang dibicarakan tadi, (5) perhitungan skor kelompok dan menentukan penghargaan kelompok.


(45)

Menurut Stepen, Sikes dan Snapp (1978) (Abdul Majid, 2013), mengemukakan langkah-langkah kooperatif model jigsaw sebagai berikut : (1) siswa dikelompokkan sebanyak 1-5 orang siswa, (2) tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda, (3) tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan, (4) anggota dari tim yang berbeda yang telah memperlajari sib bagian yang sama bertemu dengan kelompok baru (kelompok ahli) yang mendiskusikan sub bab mereka, (5) setelah selesai diskusi, sebagai tim ahli tiap anggota kembali kepada kelompok asli dan bergantian mengajar teman satu tim tentang sub bab yang mereka kuasai, dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan seksama, (6) tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi, (7) guru memberi evaluasi.

Dalam pelaksanaannya, pembelajaran kooperatif tipe jigsaw memiliki kelebihan dan kekurangan Ibrahim (1989), di antara kelebihannya adalah: (1) dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkerjasama dengan siswa lain, (2) siswa dapat menguasai pelajaran yang disampaikan, (3) setiap anggota siswa berhak menjadi ahli dalam kelompoknya, (4) dalam proses belajar mengajar siswa saling ketergantungan positif, (5) setiap siswa dapat saling mengisi satu sama lain. Sedangkan kekurangannya adalah: (1) membutuhkan waktu yang lama, (2) siswa yang pandai cenderung tidak mau disatukan dengan temannya yang kurang pandai, dan kurang pandai pun merasa minder apabila digabungkan dengan temannya yang pandai, walaupun lama kelamaan perasaan itu akan hilang dengan sendirinya.


(46)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), penelitian ini dilakukan karena peneliti menemukan permasalahan di SMA BOPKRI Banguntapan. Melalui observasi awal yaitu wawancara dengan para guru bahasa Indonesia SMA BOPKRI Banguntapan, maka ditemukanlah satu permasalahan yang ingin diteliti yaitu menulis narasi. Pengambilan data dilakukan dengan cara terjun langsung ke lapangan untuk melihat situasi dan kondisi. Penelitian ini juga termasuk ke dalam ranah penelitian eksperimental, dikarenakan para siswa siswi kelas X SMA BOPKRI Banguntapan menjadi subjek penelitian untuk pengambilan data awal, kemudian menerapkan metode kooperatif teknik jigsaw dalam pembelajaran, setelah itu dilakukan pengambilan data ulang untuk kemudian dibandingkan dengan data awal.

Kasihani Kasbolah (2000) (Hermawan, 2015) penelitian tindakan kelas adalah penelitian praktis yang dimaksudkan untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu pembelajaran di kelas dan upaya perbaikan ini dilakukan dengan melaksanakan tindakan untuk mencari jawaban atas permasalahan yang diangkat dari kegiatan tugas sehari-hari di kelas.

Penelitian ini pada dasarnya dilakukan untuk perbaikan pembelajaran bahasa Indonesia, terutama untuk meningkatkan kemampuan menulis para siswa-siswi kelas X SMA BOPKRI Banguntapan.


(47)

3.2 Populasi dan Sampel

Subjek penelitian adalah para siswa kelas X SMA BOPKRI Banguntapan Bantul.

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat :

 SMA BOPKRI Banguntapan Bantul, yang berlokasi di Jalan Sukun No.94 Karangbendo, Banguntapan, Bantul, Yogyakarta.

2. Waktu :

 Penelitian diperkirakan dilaksanakan pada awal semester ganjil, sekitar bulan Agustus-September.

3.4 Model Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). PTK banyak dikembangkan oleh beberapa ahli, diantaranya adalah (a) Kemmis dan Carr (1986), (b) Ebbut (1985), (c) Kemmis dan Mc Taggart (1982), (d) Kurt Lewin (1992).

Model penelitian yang diambil adalah model PTK Kemmis dan Mc Taggart, dengan empat komponen utama, yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Empat langkah tersebut digambarkan seperti berikut (Hermawan, 2015).


(48)

3.5 Prosedur Penelitian

Pelaksanaan penelitian terbagi dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri dari satu kali pertemuan, setiap pertemuan diadakan penelitian guna mengambil data. Rincian pelaksanaan tiap siklus sebagai berikut.

3.5.1 Siklus 1

Siklus pertama diadakan dalam kurun waktu satu kali pertemuan. Pertemuan dilakukan dan diberi tindakan atas dasar rencana yang dipersiapkan sebelumnya, yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi. Berikut uraiannya.

1. Perencanaan

Tahap ini adalah tahap menentukan materi dan media penelitian, kemudian dirangkum dalam RPP (Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran) dengan memperhatikan silabus. Materi berupa menulis narasi kelas X dan metode yang digunakan adalah metode kooperatif tipe jigsaw. Pada siklus pertama, guru menyampaikan materi sesuai dengan RPP yang telah dibuat sebelumnya.

2. Pelaksanaan tindakan

Sesuai dengan RPP, guru mengajarkan materi dengan metode kooperatif teknik jigsaw, dengan rincian sebagai berikut.

a) Guru memberikan tes awal untuk mengetahui kondisi siswa. b) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. c) Guru menyampaikan materi mengenai menulis narasi.

d) Guru menyampaikan mengenai teknik jigsaw, membagi siswa ke dalam kelompok asal.


(49)

e) Guru menerangkan tugas masing-masing siswa, kemudian membagi lagi ke dalam kelompok ahli.

f) Di dalam kelompok ahli, guru memberikan teks narasi untuk didiskusikan. Tiap kelompok mendapat teks yang berbeda.

g) Siswa kembali ke kelompok asal, setiap siswa secara bergiliran menceritakan teks yang didapat dalam kelompok ahli.

h) Siswa dalam kelompok asal menyusun cerita narasi kembali menurut versi mereka.

i) Beberapa kelompok maju ke depan untuk menjabarkan hasil kerja kelompoknya. 3. Pengamatan dan Observasi

Selama pelaksanaan tindakan, peneliti melakukan pengamatan dan observasi. Pengamatan dilakukan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan untuk refleksi siklus berikutnya.

4. Refleksi

Pada tahapan ini, peneliti bersama guru melakukan refleksi terkait penelitian yang telah dilakukan.

3.5.2 Siklus 2

Sama seperti siklus satu, siklus dua diadakan dalam jangka waktu satu kali pertemuan, dengan tindakan yang telah dipersiapkan sebelumnya (1) perencanaan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi. Keempat hal tersebut diuraikan sebagai berikut.

1. Perencanaan

Mengacu pada siklus satu. Materinya adalah menulis narasi dengan menggunakan metode kooperatif tipe jigsaw.


(50)

2. Pelaksanaan tindakan

Langkah-langkah siklus dua sebagai berikut.

1) Guru memberikan tes awal untuk mengetahui perkembangan siswa. 2) Guru menyampaikan tujuan yang hendak dicapai.

3) Guru menyampaikan materi pembelajaran

4) Guru menerapkan teknik jigsaw, membagi siswa ke dalam kelompok asal.

5) Guru menerangkan tugas masing-masing siswa, kemudian membagi lagi ke dalam kelompok ahli.

6) Di dalam kelompok ahli, guru memberikan teks narasi untuk didiskusikan. Tiap kelompok mendapat teks yang berbeda.

7) Siswa kembali ke kelompok asal, setiap siswa secara bergiliran menceritakan teks yang didapat dalam kelompok ahli.

8) Siswa dalam kelompok asal menyusun cerita narasi kembali menurut versi mereka.

9) Beberapa kelompok maju ke depan untuk menjabarkan hasil kerja kelompoknya. 10) Hasil kerja dikumpulkan kepada guru.

11) Peneliti memeriksa perkembangan siswa. 3. Pengamatan dan Observasi

Peneliti melakukan pengamatan dan observasi ketika pembelajaran berlangsung. Peneliti mengamati perbandingan siklus dua dengan siklus pertama.

4. Refleksi

Pada tahap ini, peneliti bersama guru melakukan refleksi mengenai proses, masalah, dan kendala selama penelitian. Guru memberi saran dan tanggapan kepada peneliti mengenai tindakan yang telah dilaksanakan.


(51)

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Wawancara

Wawancara yang dipakai adalah wawancara mendalam (in-depth interviewing) yang bersifat lentur, tidak berstruktur ketat, tidak dalam suasana formal, dan dilakukan berulang pada informan yang sama Sutopo (1996) (Sudiatmi,dkk, 2010). Wawancara ini memang dilakukan pada keadaan santai, di mana guru dan peneliti dalam keadaan nyaman untuk berbincang-bincang. Seperti pernyataan Sutopo di atas bahwa wawancara ini bersifat lentur, tidak ketat, dan dalam suasana non formal. Peneliti mewawancarai guru dalam keadaan sedang istirahat, sekedar pertanyaan sederhana yang dapat dijadikan fakta untuk penelitian ini. Guru yang diwawancarai ada dua orang guru bahasa Indonesia. Selain guru, wawancara ini juga dilakukan pada beberapa siswa.

Instrumen wawancara: Guru

1) Apa saja persiapan guru sebelum mengajar?

2) Bagaimanakah cara untuk menyambungkan antara materi dengan kehidupan nyata?

3) Apa saja kesulitan dalam mengajar?

4) Apakah siswa mengalami kesulitan atau hambatan keterampilan berbahasa? 5) Apa saja metode yang digunakan untuk mengatasi hambatan tersebut? 6) Bagaimana hasil yang diperoleh siswa dengan metode yang digunakan?


(52)

7) Berapa Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) siswa dalam mata pelajaran bahasa Indonesia?

8) Apakah siswa telah mencapai KKM tersebut? Siswa

1) Apa persiapan yang dilakukan sebelum mengikuti proses belajar pelajaran bahasa Indonesia?

2) Apakah Anda menyukai mata pelajaran bahasa Indonesia? 3) Apakah Anda gemar menulis?

4) Apa saja hambatan ketika Anda mulai menulis? 5) Bagaimana cara untuk mengatasi hambatan tersebut? 2. Observasi langsung

Observasi ini dalam penelitian kualitatif sering disebut dengan observasi berperan pasif Spradley (Bambang dan Titik, 2010:32). Ada beberapa alasan mengapa observasi ini dilakukan, yakni :

1) Teknik ini didasarkan atas pengalaman secara langsung. Pengalaman langsung merupakan alat yang ampuh untuk mengetes suatu kebenaran

2) Teknik ini memungkinkan peneliti melihat dan mengamati sendiri, kemudian mencatat perilaku dan kejadian sebagaimana yang pernah terjadi pada keadaan sebenarnya

3) Pengamatan memungkinkan peneliti untuk mencatat peristiwa dalam situasi yang berkaitan dengan proporsional maupun pengetahuan yang langsung diperoleh dari data


(53)

4) Dapat dipakai untuk mengecek, mengurangi bias manakala peneliti sulit mengingat peristiwa atau hasil wawancara sebelumnya, ataupun karena reaksi peneliti yang emosional pada suatu saat

5) Peneliti mampu memahami situasi-situasi yang rumit dan untuk perilaku yang kompleks Moleong (Sudiatmi, 2010)

6) Pengalaman langsung menjadi alat yang ampuh untuk mengetes suatu kebenaran, hal itu tampaknya cocok untuk penelitian ini karena peneliti pernah Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA BOPKRI Banguntapan dan sampai saat ini peneliti masih menjadi pengajar di sana.

3. Dokumentasi

Dokumen ini dimanfaatkan untuk teknik pengumpulan data karena dalam banyak hal dokumen sebagai sumber data dapat digunakan untuk menguji, menafsirkan, bahkan untuk meramalkan Moleong (Sudiatmi,2010). Teknik mencatat dokumen ini digunakan untuk mengumpulkan data yang bersumber pada arsip dan dokumen yang terdapat di sekolah yang berkaitang dengan masalah yang diteliti.

3.7 Instrumen Observasi

Tabel I Daftar

No. Butir-butir Observasi YA TIDAK

1. Guru membuka pelajaran

2. Guru melakukan presensi kehadiran 3. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran 4. Guru bertanya kepada siswa

5. Guru menggunakan metode pembelajaran yang menarik

6. Guru mengaitkan materi dengan kehidupan nyata

7. Guru menarik kesimpulan dan memberikan penegasan kembali


(54)

8. Guru mengevaluasi hasil belajar Tabel II

Pedoman Observasi Aktifitas Siswa

No. Butir-butir Observasi YA TIDAK

1. Siswa siap untuk mengikuti pelajaran bahasa Indonesia

2. Siswa memperhatikan dengan seksama penjelasan guru

3. Siswa aktif dalam mengerjakan tugas yang diberikan guru

4. Siswa memahami instruksi yang diberikan guru 5. Siswa dapat menarik kesimpulan dari

pembelajaran

6. Siswa mendapat manfaat dari pembelajaran 7. Siswa kritis terhadap materi yang disampaikan

guru

3.8 Teknik Analisis Data

Peneliti akan mencari rata-rata nilai/mean dari hasil tes siswa menggunakan rumus : X = ∑

N

Dalam analisis ini, hasil tes diberi skor angka dan dimasukkan pada tabel statistik, kemudian dicari skor rata-rata dalam satu kelas yang dijadikan sebagai objek penelitian. Setelah itu hitung angka persentase yang dicapai siswa dalam kegiatan belajar. Rumus untuk mencari persentasi keberhasilan prestasi belajar siswa adalah sebagai berikut:

Prosentase = 100% N F × Keterangan :

F = Jumlah skor yang diperoleh siswa N = Jumlah siswa

Cara yang digunakan oleh peneliti agar memperoleh kesimpulan yang valid adalah sebagai berikut:


(55)

a. Merekapitulasi hasil tes

b. Merekapitulasi hasil pengamatan dan observasi

Siswa dikatakan tuntas dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia apabila memperoleh nilai 75.

Selain itu, peneliti juga akan mencari uji normalitas dan uji t dua sampel berpasangan (paired sample t test) menggunakan program SPSS 16 (Statistical Product and Service Solution). Uji normalitas digunakan untuk memperlihatkan bahwa sampel diambil dari populasi yang berdistribusi normal. Sedangkan, uji t dua sampel berpasangan adalah sebuah sampel dengan subjek yang sama namun mendapat perlakuan berbeda, dalam hal ini perlakuan diberikan pada prasiklus, siklus I, dan siklus II.

3.9. Indikator Target Pencapaian

Indikator target pencapaian digunakan untuk mengetahui apakah hasil yang didapat sudah meningkat dan sesuai target atau masih perlu peningkatan. Indikator akan disajikan seperti tabel di bawah ini

Target Pencapaian

Prasiklus Siklus I Siklus II

Sebesar 0% dari jumlah seluruh siswa kelas X (22 orang).

Sebesar 50% dari jumlah seluruh siswa kelas X (22 orang).

Sebesar 70 % atau lebih dari seluruh siswa kelas X (22 orang).

3.10. Rubrik Penilaian Produk

ASPEK RINCIAN RUBRIK PENILAIAN NILAI

(0-10)

Isi Cerita Selaras

dengan Judul 

Isi cerita sangat selaras dengan judul


(56)

ISI

 Isi cerita kurang selarang dengan judul

 Isi cerita menyimpang dari judul

Mengandung Amanat yang Relevan dengan Cerita

 Mengandung amanat

yang relevan dan berkaitan dengan cerita

 Mengandung amanat

yang kurang relevan dengan cerita

 Mengandung amanat

yang jauh dari relevan dan tidak berkaitan dengan cerita Jalan Cerita

Runtut dan Jelas 

Jalan cerita sangat runtut dan sangat jelas

 Jalan cerita kurang runtut tetapi masih jelas

 Jalan cerita tidak runtut dan tidak jelas

Utuh dan Tuntas  Terdapat judul, isi, dan penutup serta jalan ceritanya tuntas

 Terdapat judul dan isi, tetapi tidak ada penutup sehingga tidak tuntas

 Terdapat isi tetapi tidak ada judul dan ceritanya belum tuntas KEBAHASAAN Mencerminkan Kekayaan Pembendaharaan Kata

 Narasi mengandung

kata-kata yang bervariasi sehingga menggambarkan kekayaan

pembendaharaan kata

 Narasi mengandung

kata-kata yang sederhana namun mencerminkan kekayaan

pembendaharaan kata

 Narasi mengandung

kata-kata yang monoton dan cenderung diulang-ulang

Bervariatif dan

Sesuai Konteks 

Narasi yang dibuat bervariatif namun tidak menimpang dari konteks

 Narasi yang dibuat kurang bervariatif,


(57)

tetapi tidak menyimpang dari konteks

 Narasi yang dibuat monoton dan keluar dari konteks

Bergaya Bahasa

Secara Variatif 

Memiliki gaya bahasa yang variatif

 Memiliki gaya bahasa sederhana

 Tidak memiliki gaya bahasa dalam penulisan

KERANGKA DAN POLA URUTAN WAKTU & TEMPAT Mencerminkan Kerangka Berfikir yang Kompleks dan Saling Berkaitan

 Kerangka berfikir utuh, kompleks, dan saling berkaitan

 Kerangka berfikir komples tetapi tidak berkaitan

 Kerangka berfikir kurang kompleks dan tidak saling berkaitan Pola Urutan

Waktu dan Tempat Saling Berkaitan

 Memiliki pola urutan waktu dan tempat yang saling berkaitan

 Memiliki pola urutan waktu yang saling berkaitan namun urutan tempat kurang berkaitan

 Tidak memiliki keterkaitan antara pola urutan waktu dan tempat

Pola Urutan Waktu dan Tempat Sesuai dengan Konteks Teks Naratif

 Memiliki keterkaitan antara pola urutan tempat dan waktu dengan konteks teks naratif

 Kurang memiliki keterkaitan antara pola urutan tempat dan waktu dengan konteks teks naratif

 Tidak memiliki

keterkaitan sama sekali

Skor maksimum No 1 : 10 No 2 : 10 No 3 : 10 No 4 : 10 No 5 : 10


(58)

No 6 : 10 No 7 : 10 No 8 : 10 No 9 : 10 No 10 : 10

Jumlah skor maksimum : 100

Penghitungan nilai akhir dalam skala 0 – 100 adalah sebagai berikut : Nilai Akhir : jumlah skor yang didapat siswa


(59)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini disajikan hasil dan pembahasan dari hasil penelitian. Dalam bab ini penulis akan menguraikan : (1) deskripsi data, (2) hasil penelitian, (3) pembahasan. Berikut uraiannya mengenai ketiga hal tersebut

4.1 Deskripsi Data Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan di SMA BOPKRI Banguntapan Bantul . Sekolah tersebut beralamat di Jln.Sukun No.94 Karangbendo, Banguntapan, Bantul. Penelitian ini diterapkan pada peserta didik kelas X yang berjumlah 22 orang dengan latar belakang yang berbeda-beda. Penelitian dilakukan dalam dua tahap yang dinamakan siklus, yaitu siklus satu dan siklus dua. Tetapi, sebelum siklus tersebut dimulai diadakan prasiklus untuk mengetahui kondisi siswa. Prasiklus dilakukan pada tanggal 21 Agustus 2015 dilakukan oleh Dra. Yasingta Prapti sebagai guru bahasa Indonesia kelas X, peneliti mengamati guru dan siswa di dalam kelas. Guru memberikan tugas kepada siswa berupa menulis narasi mengenai perjalanan dari rumah ke sekolah. Hasil dari tugas itu kemudian dikonfirmasi menjadi nilai awal. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia adalah 75. Siklus satu dilaksanakan pada tanggal 28 Agustus 2015 dan siklus dua dilaksanakan pada tanggal 1 September 2015. Siklus satu dan siklus dua diterapkan oleh peneliti yang dibantu Dra. Yasingta Prapti sebagai observer dan mendokumentasikan proses penelitian.

Peneliti menggunakan metode kooperatif teknik jigsaw untuk meningkatkan kemampuan peserta didik kelas X khususnya dalam materi menulis narasi. Peserta


(60)

didik dikatakan berhasil jika mengalami peningkatan atau nilainya telah mencapai kriteria.

4.2 Hasil Penelitian 4.2.1 Analisis Siklus I

Siklus satu terdiri dari empat tahap, yaitu tahap perencanaan, tahap tindakan, tahap observasi, dan tahap evaluasi

1. Perencanaan

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan bahan ajar berupa silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), bahan bacaan berupa contoh teks narasi, vidio

“Candi Prambanan”, teks materi narasi untuk jigsaw, lembar kerja siswa, dan panduan observasi. Peneliti juga mempersiapkan alat dokumentasi berupa handphone untuk mengambil foto proses penelitian.

2. Tindakan

Penelitian siklus I dilaksanakan pada Jumat, 28 Agustus 2015 pukul 07.15-08.25 WIB (2x40 menit). Pembelajaran dilakukan pada waktu pagi hari dengan alasan kondisi peserta didik masih segar.

Pada tahapan ini, peneliti masuk ke dalam kelas untuk mengajar dan

mengambil nilai. Kegiatan dimulai dengan apersepsi berupa pemutaran video “ Candi Prambanan” namun gagal ditayangkan karena proyektor milik sekolah

rusak. Video tersebut diganti berupa teks berjudul “Candi Prambanan” yang telah

peneliti siapkan sebelumnya guna mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan. Peneliti juga bertanya pada siswa tentang pengalaman membaca atau menulis teks narasi. Kegiatan apersepsi ditutup dengan penyampaian tujuan pembelajaran.


(61)

Kegiatan selanjutnya berupa kegiatan inti. Peneliti menerangkan pengertian dan jenis-jenis paragraf narasi sebagai rangsangan kepada siswa untuk mengetahui paragraf narasi. Selanjutnya, teknik jigsaw diterapkan dengan membagikan materi mengenai narasi yang berbeda-beda.

Langkah selanjutnya berupa konfirmasi, yaitu tiap siswa mengerjakan tugas berupa menulis narasi pengalaman menarik. Namun, belum sempat menyelesaikan tugasnya waktu telah habis. Waktu yang singkat membuat banyak siswa belum menyelesaikan tugasnya dengan baik. Dampak lain dari kekurangan waktu adalah peneliti belum sempat menutup pembelajaran.

3. Pengamatan

Pengamatan atau observasi dilakukan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan siswa guna memperbaiki siklus berikutnya. Ternyata, dengan menerapkan teknik jigsaw siswa menjadi lebih antusias dan bersemangat mengikutinya. Peneliti meminta penggunaan proyektor kepada kepala sekolah untuk lebih meningkatkan antusias peserta didik. Sebagian besar siswa masih dalam keadaan yang bersemangat untuk mengikuti pembelajaran, oleh karena itu peneliti meminta jam pagi untuk siklus kedua.

4. Refleksi

Refleksi dugunakan untuk meninjau kembali hasil yang telah dicapai dalam siklus satu. Siswa antusias dalm mengikuti pembelajaran, namun tugas mereka terhambat waktu yang singkat sehingga hanya ada 3 orang siswa yang tuntas KKM, sementara yang belum tuntas ada 19 orang. Gagalnya siklus satu dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu, (1) peneliti sudah kehabisan waktu sekitar 5 menit karena proyektor rusak, (2) waktu yang disediakan untuk penelitian terlalu


(62)

singkat yaitu 2x40 menit, dan (3) sebagian besar siswa belum menyelesaikan tugasnya karena keterbatasan waktu sehingga berdampak buruk pada nilai. Selebihnya, tidak ada masalah berarti yang bisa mengakibatkan kegagalan.

Peneliti menyiapkan beberapa hal untuk mengatasi kegagalan di siklus satu, yaitu (1) meminta proyektor baru kepada kepala sekolah untuk penelitian, (2) meminta penelitian di hari selasa karena jam pelajaran lebih panjang yaitu 2x45 menit, serta (3) meminta waktu penelitian di pagi hari agar siswa lebih bersemangat.

Tabel 4.2.1

Tabel Perbandingan Prasiklus dan Siklus 1

No Nilai Akhir Kemampuan Menulis Narasi

Frekuensi Presentase

Prasiklus Siklus 1 Prasiklus Siklus 1

1. 95-100 - - 0% 0%

2. 85-94 - - 0% 0%

3. 75-84 - 3 0% 13,6%

4. 65-74 9 8 40,9% 36,3%

5. 55-64 10 3 45,4% 13,6%

6. 45-54 3 7 13,6% 31,8%

7. 35-44 - - 0% 0%

8. 25-34 - - 0% 0%

9. 15-24 - - 0% 0%

10. 0-14 - - 0% 0%

Jumlah Siswa 22 22


(63)

Gambar 4.2.1

Diagram Ketuntasan KKM pada Siklus 1

4.2.2 Analisis Siklus II 4.4.2.1Perencanaan

Kegiatan penelitian siklus dua dilaksanakan pada Selasa, 1 September 2015 pada jam pelajaran pertama dan kedua dengan durasi 2x45 menit. Pada pelaksanaan siklus dua peneliti sudah sangat siap. Peneliti datang ke sekolah pada pukul 06.30 WIB untuk mengecek proyektor. Persiapan untuk siklus dua kurang lebih sama dengan siklus satu, hanya saja pada siklus dua menggunakan video untuk merangsang siswa berfikir.

4.4.2.2 Tindakan

Sama seperti siklus satu, hanya saja waktu yang disediakan lebih panjang yaitu 2x45 menit. Peneliti mencoba menggunakan bahasa yang lebih komunikatif agar siswa merasa nyaman dengan pembelajaran. Pada siklus dua ditekankan agar


(64)

siswa dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik dan peneliti dapat menutup pembelajaran dengan baik.

Langkah pembelajaran kali ini diawali dengan salam dan absensi siswa dilanjutkan pemutaran video “Legenda Danau Toba”, kemudian peneliti mengajak siswa untuk menganalisis video tersebut. kegiatan apersepsi diakhiri dengan peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran

Kegiatan selanjutanya adalah kegiatan inti. Dalam kegiatan inti, teknik jigsaw diterapkan, kemudian peneliti membagikan lembar kerja siswa. Siswa dituntut untuk bisa menyelesaikan tugasnya berupa menulis narasi pengalaman menarik. Pembelajaran ditutup dengan kegiatan akhir, yaitu peneliti bersama siswa merefleksikan dan membuat kesimpulan tentang pembelajaran yang sudah dilalui. 4.4.2.3 Pengamatan

Kondisi siswa sangat antusias setelah disuguhi video “Legenda Danau Toba”.

Demikian juga dengan pelaksanaan teknik jigsaw, siswa terlihat sangat antusias. Siswa mengikuti pembelajaran dengan penuh konsentrasi. Tidak ada halangan dalam penerapan siklus dua ini, semuanya berjalan lancar dan sesuai rencana. Siswa mampu menyelesaikan tugasnya dengan baik, rata-rata siswa mengerjakan tugasnya sebanyak satu halaman folio.

4.4.2.4 Refleksi

Peneliti merasa puas dengan hasil yang didapat dari siklus dua. Seluruh siswa yang hadir yang berjumlah 18 orang tuntas. Siklus dua menandakan adanya peningkatan yang cukup tajam. Hal tersebut dikarenakan kesalahan dalam siklus satu tidak terulang di siklus dua.


(65)

Tabel 4.2.2

Tabel Perbandingan Siklus 1 dan Siklus 2

No Nilai Akhir Kemampuan Menulis Narasi

Frekuensi Presentase

Siklus 1 Siklus 2 Siklus 1 Siklus 2

1. 95-100 - 9 0% 40,9%

2. 85-94 - 3 0% 13,6%

3. 75-84 3 6 13,6% 27,2%

4. 65-74 8 - 36,3% 0%

5. 55-64 3 - 13,6% 0%

6. 45-54 7 - 31,8% 0%

7. 35-44 - - 0% 0%

8. 25-34 - - 0% 0%

9. 15-24 - - 0% 0%

10. 0-14 - - 0% 0%

Jumlah Siswa 22 22


(66)

Gambar 4.2.1

Diagram Ketuntasan KKM pada Siklus 2

4.3 Uji Normalitas

Uji normalitas dimaksudkan untuk memperlihatkan bahwa sampel diambil dari populasi yang berdistribusi normal. Berikut adalah uji normalitas untuk prasiklus, siklus I, dan siklus II

4.3.1 Uji Normalitas Prasiklus

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent


(67)

Descriptives

Statistic Std. Error

Prasiklus Mean 56.1364 1.54064

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 52.9324

Upper Bound 59.3403

5% Trimmed Mean 56.5152

Median 57.5000

Variance 52.219

Std. Deviation 7.22624

Minimum 40.00

Maximum 65.00

Range 25.00

Interquartile Range 11.25

Skewness -.437 .491

Kurtosis -.601 .953

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Prasiklus .204 22 .018 .905 22 .037

a. Lilliefors Significance Correction

Maka akan keluar beberapa tampilan output. Namun, untuk pengujian normalitas hanya output Tests of Normality yang digunakan.

Uji Hipotesis :

a. H0 : Data diambil dari populasi yang berdistribusi normal. H1 : Data diambil bukan dari populasi yang berdistribusi normal. b. α = 0.05

c. daerah kritis.

H0 ditolak jika p value (sig.)<0.05. d. satistik uji.


(68)

P value (sig.) = 0.018. e. Kesimpulan.

Karena p value (sig.) >0.05 maka H0 ditolak, sehingga dapat disimpulkan data yang diambil berdistribusi normal.

4.3.2 Uji Normalitas Siklus I

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Siklus I 22 100.0% 0 .0% 22 100.0%

Descriptives

Statistic Std. Error

Siklus I Mean 57.0455 3.44498

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 49.8812

Upper Bound 64.2097

5% Trimmed Mean 58.9899

Median 62.5000

Variance 261.093

Std. Deviation 1.61584E1

Minimum .00

Maximum 75.00

Range 75.00

Interquartile Range 16.25

Skewness -2.138 .491

Kurtosis 6.774 .953

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Siklus I .209 22 .013 .775 22 .000


(69)

Uji Hipotesis:

a. H0 : Data diambil dari populasi yang berdistribusi normal. H1 : Data diambil bukan dari populasi yang berdistribusi normal. b. α = 0.05

c. daerah kritis.

H0 ditolak jika p value (sig.)<0.05. d. satistik uji.

P value (sig.) = 0.013. e. Kesimpulan.

Karena p value (sig.) >0.05 maka H0 ditolak, sehingga dapat disimpulkan data yang diambil berdistribusi normal.

4.3.3 Uji Normalitas Siklus II

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

VAR00001 22 100.0% 0 .0% 22 100.0%

Descriptives

Statistic Std. Error

VAR00001 Mean 74.0909 7.84479

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 57.7768

Upper Bound 90.4050

5% Trimmed Mean 76.7677

Median 90.0000

Variance 1.354E3

Std. Deviation 3.67953E1

Minimum .00


(70)

Range 100.00

Interquartile Range 25.00

Skewness -1.550 .491

Kurtosis .817 .953

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

VAR00001 .328 22 .010 .664 22 .000

a. Lilliefors Significance Correction

Uji Hipotesis:

a. H0 : Data diambil dari populasi yang berdistribusi normal. H1 : Data diambil bukan dari populasi yang berdistribusi normal. b. α = 0.05

c. daerah kritis.

H0 ditolak jika p value (sig.)<0.05. d. satistik uji.

P value (sig.) = 0.010. e. Kesimpulan.

Karena p value (sig.) >0.05 maka H0 ditolak, sehingga dapat disimpulkan data yang diambil berdistribusi normal.

4.4 Uji T Dua Sampel Berpasangan (Paired Sample T Test)

Sampel berpasangan adalah sebuah sampel dengan subjek yang sama namun mengalami perlakuan yang berbeda, dalam hal ini subjeknya adalah siswa kelas X SMA BOPKRI Banguntapan dengan hasil dari prasiklus, siklus I, dan siklus II


(1)

52 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(2)

53 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(3)

54 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(4)

55 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(5)

56 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(6)

57 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


Dokumen yang terkait

Peningkatan keterampilan mebaca intensif dengan metode kooperatif jingsaw pada siswa kelas VII Madasah Tsanawiyah (MTs) Al-Mujahidin Cikarang tahun ajaran 2011-2012

0 3 100

Peningkatkan kemampuan menulis paragraf persuasi melalui penerapan metode pembelajaran kooperatif teknik student team Achievement division (STAD) : penelitian tindakan kelas pada siswa X SMA Yasih Bogor

1 27 140

Peningkatan kemampuan reduplikasi dalam karangan narasi dengan metode tugas individu: penelitian tindakan kelas pada siswa kelas VIII SMP PGRI 2 Ciputat

12 84 118

Peningkatan kemampuan menulis paragraf narasi dengan penggunaan metode field trip pada siswa kelas IX di SMP Dwiguna Depok

0 7 58

Peningkatan kemampuan penggunaan konjungsi dalam karangan argumentasi melalui penerapan metode latihan individual (penelitian tindakan kelas pada siswa kelas X SMA PGRI 56 Ciputat)

1 28 108

Pengaruh penerapan metode menulis berantai terhadap keterampilan menulis karangan narasi di kelas IV SD Islam Annajah Petukangan Selatan Jakarta Selatan Tahun ajaran 2013/2014

0 14 165

Peningkatan kemampuan pemahaman matematis peserta didik melalui metode inkuiri model Alberta

0 0 8

Peningkatan kemampuan koneksi matematik peserta didik dengan menggunakan model pembelajaran means ends analysis (MEA)

0 1 8

Peningkatan kemampuan komunikasi matematik peserta didik yang menggunakan model creative problem solving (CPS)

0 1 6

Peningkatan kemampuan koneksi matematik peserta didik menggunakan model problem based learning (PBL) dengan berbantuan Software Geogebra

0 5 6