Peningkatan kemampuan penggunaan konjungsi dalam karangan argumentasi melalui penerapan metode latihan individual (penelitian tindakan kelas pada siswa kelas X SMA PGRI 56 Ciputat)

(1)

ABSTRAK

Ratu Nurroh, 106013000314. Peningkatan Kemampuan Penggunaan Konjungsi dalam Karangan Argumentasi melalui Penerapan Metode Latihan Individual. Jurusan: Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011.

Kata dalam mengarang pada hakikatnya adalah mengungkapkan atau menyampaikan suatu gagasan atau ide, pesan dan informasi dengan bahasa tulis. Pengamatan awal peneliti menemukan bahwa permasalahan yang dihadapi guru diantaranya adalah pemahaman siswa yang rendah terhadap kemampuan menulis karangan argumentasi di SMA PGRI 56 Ciputat. Untuk kompetensi ini kepala sekolah menetapkan standar KKM yang cukup (65) dengan pertimbangan tingkat kesulitan materi tersebut bagi siswa. Berdasarkan permasalahan tersebut, peneliti tertarik untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap kemampuan menulis sehingga siswa dapat memahami penggunaan konjungsi dalam karangan argumentasi dengan tepat melalui penerapan metode latihan individual. Teori yang digunakan peneliti adalah teori menulis dan teori latihan secara individu.

Metode yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas karena peneliti bertujuan memberikan solusi untuk permasalahan yang dihadapi oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar (KBM). Penelitian ini dilakukan di SMA PGRI 56 Ciputat kelas X-2 dengan jumlah siswa perempuan 18 sedangkan jumlah siswa laki-laki 15, jumlah keseluruhan 33 siswa.

Hasil yang diperoleh dalam siklus I dengan penerapan metode latihan individu menunjukkan kenaikan nilai rata-rata. Pada pretest, nilai 63,8. Setelah postest meningkat menjadi 74,9 (> nilai KKM 65). Secara kualitatif, penilaian angket menunjukkan terdapat bahwa hasil tingkat antusiasme siswa bertambah dan siswa mampu membuat karangan argumentasi dalam pembelajaran karena adanya penggunaan konjungsi yang tepat.


(2)

PENINGKATAN KEMAMPUAN PENGGUNAAN KONJUNGSI

DALAM KARANGAN ARGUMENTASI MELALUI

PENERAPAN METODE LATIHAN INDIVIDUAL

(Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas X SMA PGRI 56 Ciputat)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S1)

Disusun oleh

Ratu Nurroh 106013000314

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(3)

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

PENINGKATAN KEMAMPUAN PENGGUNAAN KONJUNGSI

DALAM KARANGAN ARGUMENTASI MELALUI PENERAPAN

METODE LATIHAN INDIVIDUAL

(Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas X SMA PGRI 56 Ciputat)

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Yang mengesahkan, Dosen Pembimbing,

Makyun Subuki, M.Hum. NIP. 19800305 200901 1 015

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATAULLAH

JAKARTA 1431 H / 2011 M


(4)

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN MUNAQASAH

Skripsi berjudul; “Peningkatan Kemampuan Penggunaan Konjungsi dalam Karangan Argumentasi melalui Penerapan Metode Latihan Individual” diajukan

kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasah pada hari Jumat, 18 Maret 2011 dihadapan dewan penguji. Oleh karena itu, peneliti berhak memperoleh gelar sarjana S1 (S.Pd.) dalam bidang Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

Jakarta, 15 Juni 2011

Panitia Ujian Munaqasah

Tanggal Tanda Tangan Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Program Studi)

Dra. Mahmudah Fitriyah, ZA., M.Pd. ( ) ( ) NIP. 1964212 199703 2 001

Penguji I

Drs. E. Kusnadi ( ) ( )

NIP. 19460201 196510 1 001

Penguji II

Dra. Mahmudah Fitriyah, ZA., M.Pd. ( ) ( )

NIP. 1964212 199703 2 001

Mengetahui,

Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Prof. Dr. H. Dede Rosyada, MA. NIP. 19571005 198703 1 003


(5)

SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Ratu Nurroh

Tempat/Tanggal Lahir : Serang, 3 September 1987

NIM : 106013000314

Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Angkatan Tahun : 2006

Alamat : Jl. Raya Anyer Kp. Pakojan RT. 004/02 No. 15 Serang-Banten 42466

Dengan ini menyatakan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul “Peningkatan

Kemampuan Penggunaan Konjungsi dalam Karangan Argumentasi Melalui

Penerapan Metode Latihan Individual” adalah benar hasil karya sendiri di bawah

bimbingan dosen:

Nama : Makyun Subuki, M.Hum NIP : 19800305 200901 1 015

Dosen : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap menerima segala konsekuensinya apabila ternyata skripsi ini bukan hasil karya sendiri.

Jakarta, 28 Februari 2011 Menyatakan


(6)

ABSTRAK

Ratu Nurroh, 106013000314. Peningkatan Kemampuan Penggunaan Konjungsi dalam Karangan Argumentasi melalui Penerapan Metode Latihan Individual. Jurusan: Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011.

Kata dalam mengarang pada hakikatnya adalah mengungkapkan atau menyampaikan suatu gagasan atau ide, pesan dan informasi dengan bahasa tulis. Pengamatan awal peneliti menemukan bahwa permasalahan yang dihadapi guru diantaranya adalah pemahaman siswa yang rendah terhadap kemampuan menulis karangan argumentasi di SMA PGRI 56 Ciputat. Untuk kompetensi ini kepala sekolah menetapkan standar KKM yang cukup (65) dengan pertimbangan tingkat kesulitan materi tersebut bagi siswa. Berdasarkan permasalahan tersebut, peneliti tertarik untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap kemampuan menulis sehingga siswa dapat memahami penggunaan konjungsi dalam karangan argumentasi dengan tepat melalui penerapan metode latihan individual. Teori yang digunakan peneliti adalah teori menulis dan teori latihan secara individu.

Metode yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas karena peneliti bertujuan memberikan solusi untuk permasalahan yang dihadapi oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar (KBM). Penelitian ini dilakukan di SMA PGRI 56 Ciputat kelas X-2 dengan jumlah siswa perempuan 18 sedangkan jumlah siswa laki-laki 15, jumlah keseluruhan 33 siswa.

Hasil yang diperoleh dalam siklus I dengan penerapan metode latihan individu menunjukkan kenaikan nilai rata-rata. Pada pretest, nilai 63,8. Setelah postest meningkat menjadi 74,9 (> nilai KKM 65). Secara kualitatif, penilaian angket menunjukkan terdapat bahwa hasil tingkat antusiasme siswa bertambah dan siswa mampu membuat karangan argumentasi dalam pembelajaran karena adanya penggunaan konjungsi yang tepat.


(7)

KATA PENGANTAR

Assalammu’alaikum wr.wb

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT penguasa seluruh alam yang senantiasa mencurahkan rahmat dan karunia-Nya, pemberi nikmat tanpa perhitungan, tempatku bersandar, meminta, dan berdoa serta tempatku bersyukur atas segala nikmat yang tak terhitung jumlahnya yang terlimpah kepada diriku sehingga penulis menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, hanya kepada-Nya segala pengabdian dan rasa syukur dikembalikan. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada suri tauladan seluruh umat manusia yakni nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, dan pengikutnya yang setia.

Selama penulisan skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang dialami. Namun, berkat kerja keras dan doa serta kesungguhan hati penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Selain itu keteguhan hati, penulis juga banyak mendapat bantuan dan dorongan motivasi yang tinggi dari luar sehingga penyelesaian skripsi ini dapat dilaksanakan dengan baik. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Ibu Dra. Mahmudah Fitriyah ZA, M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan

Bahasa dan Sastra Indonesia UIN Syarrif Hidayatullah Jakarta, dengan keikhlasan, pengertian, dan kesabaran yang tak henti mengingatkan kepada mahasiswa untuk selalu mengerjakan skripsi hingga termotivasi untuk menyelesaikan skripsi hingga selesai.

3. Bapak Drs. E. Kusnadi, sebagai dosen penasehat angkatan 2006, yang telah memberikan ilmu dan waktunya dengan keihklasan, pengertian, dan kesabaran sampai kita selesai kuliah.


(8)

4. Bapak Makyun Subuki, M.Hum., sebagai dosen pembimbing skripsi yang senantiasa memberikan pengarahan kepada penulis dengan penuh kesabaran dan keikhlasan selama membimbing penulis hingga terselesaikannya skripsi ini.

5. Ibu Rosida Erowati, M.Hum., sebagai dosen PBSI yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan bimbingan serta memberikan masukan-masukan dan semangat dalam mengarahkan penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

6. Seluruh Dosen Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah mengajarkan dan memberikan ilmu pengetahuan serta bimbingan kepada penulis selama mengikuti perkuliahan dan senantiasa meluangkan waktu serta memberikan arahan dan motivasi. Semoga Allah memberikan balasan dan pahala berganda atas ilmu yang telah diberikan dengan ikhlas kepada kami semua.

7. Teristimewa untuk (Alm.) Apak dan Umi tercinta yang selalu dan setiap saat mendoakan serta mencurahkan segala kasih sayang dengan tulus. Untuk teteh, aa, dan adikku serta seluruh keluarga besarku tersayang yang selalu memberi penulis motivasi, materi dan doa serta pengertiannya. Semoga Allah SWT membalasnya dengan segala keindahan dan kebaikan berlipat ganda.

8. Sahabat-sahabatku Ifalani, Yeti, Ani, Yanti, Sri, Hastri, Syarif, Fauzi dan sahabat seperjuangan di PBSI yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang selalu memotivasi hingga penulisan skripsi ini selesai. Terima kasih atas kebersamaannya semoga persahabatan kita tetap abadi, sampai jumpa dalam kesuksesan.

9. Empo Ana dan Abang yang selalu meluangkan waktu untuk mendengarkan curhatan penulis dikala sedih. Terimakasih atas kebersamaannya semoga kalian merasa tidak jenuh mendengarkan curhatan penulis.


(9)

Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan konstribusi yang berharga untuk penulis. Semoga bantuan,

bimbingan, dukungan serta semangat, dan do’a yang telah diberikan menjadi pintu

datangnya ridho dan kasih sayang Allah SWT di dunia dan akhirat. Amin yaa

robbal’alamin. Semoga penulisan skripsi ini dapat bermanfaat untuk penulis dan juga para pembaca serta untuk kemajuan ilmu pengetahuan khususnya dalam dunia pendidikan.

Jakarta, Februari 2011


(10)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 2

C. Pembatasan Masalah ... 2

D. Perumusan Masalah ... 3

E. Tujuan Masalah ... 3

F. Manfaat Penelitian ... 3

G. Tinjauan Pustaka ... 5

BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pengertian Konjungsi ... 6

B. Pengertian Karangan Argumentasi ... 9

C. Konjungsi dalam Karangan Argumentasi ... 14

D. Metode Latihan Individual atau Drill ... 15

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tujuan Khusus Penelitian ... 19

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 19

C. Metode dan Rancangan Siklus Penelitian ... 19

D. Subjek Penelitian ... 25

E. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian ... 25


(11)

G. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan ... 26

H. Data dan Sumber Data ... 27

I. Instrumen Pengumpulan Data ... 27

J. Teknik Pengumpulan Data ... 29

K. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan Studi ... 29

L. Analisis Data dan Instrumen Hasil Analisis ... 30

M. Pengembangan Perencanaan Tindakan ... 31

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data Hasil Pengamatan Tindakan ... 32

1. Gambaran Umum Sekolah ... 32

2. Penelitian Pendahuluan ... 37

3. Tindakan Pembelajaran Siklus I ... 38

3.1 Pertemuan Pertama ... 38

3.2 Pertemuan Kedua ... 47

B. Pemeriksaan Keabsahan Data ... 55

C. Analisis Data ... 56

D. Interpretasi Hasil Analisis ... 61

E. Pembahasan Temuan Penelitian ... 62

BAB V PENUTUP A. Simpulan ... 64

B. Saran ... 65

DAFTAR PUSTAKA ... 66 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Desain Penelitian ... 24

3.2 Tingkat Keberhasilan Belajar Siswa ... 31

4.1 Kurikulum SMA PGRI 56 Ciputat ... 33

4.2 Keadaan Tenaga Pengajar SMA PGRI 56 Ciputat ... 34

4.3 Keadaan Staf TU SMA PGRI 56 Ciputat ... 36

4.4 Keadaan Penjaga Sekolah SMA PGRI 56 Ciputat ... 36

4.5 Keadaan Siswa SMA PGRI 56 Ciputat Menurut Jenis Kelamin ... 36

4.6 Sarana dan Prasarana SMA PGRI 56 Ciputat Menurut Kondisinya ... 37

4.7 Hasil Rata-Rata Keaktifan Siswa Pertemuan Pertama ... 40

4.8 Rata-Rata Skor Penilaian Siswa terhadap Guru Pertemuan Pertama ... 41

4.9 Tanggapan Siswa terhadap Tindakan Pertama ... 43

4.10 NilaiPretest Memahami Karangan Argumentasi ... 44

4.11 Presentase Tingkat Penguasaan Belajar untuk Akhir Siklus ... 45

4.12 Catatan Lapangan Pertemuan Pertama ... 46

4.13 Data Perolehan Siswa NilaiPostest pada Akhir Siklus ... 48

4.14 Presentase Tingkat Penguasaan Belajar untuk Akhir Siklus ... 50

4.15 Hasil Rata-Rata Keaktifan Siswa Pertemuan Kedua ... 50

4.16 Rata-Rata Skor Penilaian Siswa terhadap Guru Pertemuan Kedua ... 52

4.17 Hasil Angket Persepsi Siswa terhadap Metode Latihan Individu ... 54

4.18 Data Perolehan Nilai Tes pada Akhir Siklus ... 56

4.19 Hasil Rata-rata Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran Siklus I ... 58


(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1 Siklus Kegiatan PTK ... 23 2 Grafik Prestasi Siswa Siklus I ... 63


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 2. Lembar Wawancara Guru

3. Kutipan Wawancara dengan Guru 4. Catatan Lapangan

5. Hasil Lembar Observasi Guru 6. Hasil Lembar Observasi Siswa 7. Lembar Kerja Siswa (Pretest)

8. Wacana Lembar Kerja Siswa (Pretest) 9. Lembar Kerja Siswa (Postest)

10. Jurnal Siswa 11. Hasil Jurnal Siswa 12. Lembar Angket Siswa 13. Hasil Angket Siswa


(15)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kata memiliki peranan yang sangat penting bagi penuturnya sebagai alat komunikasi. Secara ortografis, kata terdiri atas beberapa huruf berjajar yang membentuk suatu makna. Dalam hal ini, kata juga menjadi suatu pembentuk kalimat, seperti dalam karang-mengarang. Kata dalam mengarang pada hakikatnya adalah mengungkapkan atau menyampaikan suatu gagasan atau ide, pesan dan informasi dengan bahasa tulis. Di dalam komunikasi tertulis terdapat empat unsur, yaitu penulis sebagai penyampai pesan, pesan atau isi tulisan, penulis sebagai medium tulisan, dan pembaca sebagai penerima pesan. Sebagai salah satu bentuk komunikasi bahasa, mengarang dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan penyampaian pesan dengan menggunakan tulisan sebagai medium kepada pembaca.1

Kegiatan mengarang merupakan kegiatan menulis yang mengikuti alur secara bertahap dan berurutan. Dalam hal tersebut kita ketahui kegiatan mengarang itu terbagi tiga tahap, yakni (1) tahap kegiatan prapenulisan (prewriting), (2) tahap kegiatan penulisan (writing), dan (3) tahap kegiatan pascapenulisan (post-writing). Dengan begitu, pada saat akan menuangkan pikiran atau gagasan dalam bentuk tulisan, kita mencari kata yang tepat untuk mewadahi pikiran tersebut, yakni diksi. Diksi yang dimaksud adalah mengacu pada pemakaian konjungsi dalam karangan argumentasi.

Diksi di sini mengandung teknis sebagai pemilihan kata dalam mengarang. Tujuan pemilihan kata tersebut agar orang lain dapat memahami pikiran dan perasaan pengarang secara mengena. Oleh karena itu, pemilihan kata merupakan unsur yang sangat penting dalam mengarang. Dalam mengarang itu sendiri tidak terlepas dengan penggunaan kata penghubung atau konjungsi. Konjungsi adalah kata tugas yang menghubungkan dua satuan bahasa yang sederajat; kata dengan

1


(16)

kata, frasa dengan frasa, klausa dengan klausa, kalimat dengan kalimat, atau paragraf dengan paragraf.2

Untuk memudahkan penggunaan dan pemilihan kata penghubung atau konjungsi dalam mengarang, maka kita dapat menggunakan metode latihan. Metode latihan disebut metode drill karena metode ini sesuai untuk memperoleh suatu ketangkasan, ketepatan, kesempatan, dan keterampilan latihan terhadap apa yang dipelajari.3 Dengan menggunakan metode ini memudahkan siswa dalam memilih dan menyesuaikan kata dalam mengarang. Dalam penelitian ini, peneliti mengutamakan diksi yang digunakan dalam mengarang, yakni pemilihan dan penggunaan kata penghubung dalam karangan.

Berdasarkan yang telah diuraikan di atas maka penulis merasa tertarik untukmengambil judul: “Peningkatan Kemampuan Penggunaan Konjungsi dalam Karangan Argumentasi Melalui Penerapan Metode Latihan Individual pada Siswa Kelas X SMA PGRI 56 Ciputat”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, penelitian ini dapat teridentifikasi sebagai berikut:

1. Bagaimana pemahaman siswa mengenai penggunaan konjungsi dalam karangan argumentasi?

2. Seberapa besar peningkatan kemampuan siswa mengenai penggunaan konjungsi dalam karangan argumentasi?

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah, maka penulis membatasi permasalahan sebagai berikut:

1. Pemahaman yang dimaksud di sini adalah di mana kemampuan siswa kelas X SMA PGRI 56 Ciputat dalam menerima dan memahami serta

2

Yayat Sudaryat, Makna dalam Wacana “Prinsip-prinsip Semantik dan Pragmatik”,

(Bandung: Yrama Widya, 2008), h. 155.

3

Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), h. 55.


(17)

menguasai materi pelajaran bahasa Indonesia yang disampaikan. Khususnya mengenani materi penggunaan konjungsi dalam karangan argumentasi.

2. Peningkatan kemampuan siswa di sini adalah siswa lebih banyak belajar sendiri dalam penggunaan konjungsi yang tepat dalam mengarang. Sehingga siswa dapat mengembangkan krativitasnya dalam menggunaakan konjungsi yang tepat sesuai dengan ejaan yang disempurnakan.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah tersebut, rumusan masalah penelitian ini sebagai berikut: “Bagaimana peningkatan kemampuan penggunaan konjungsi dalam karangan argumentasi melalui penerapan metode latihan individual dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas X SMA PGRI 56 Ciputat?”

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk:

1. mengetahui pemahaman siswa mengenai penggunaan konjungsi dalam karangan argumentasi.

2. mengetahui peningkatan kemampuan siswa mengenai penggunaan konjungsi dalam karangan argumentasi?

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada semua pihak yang terkait secara khusus manfaat penelitian ini.

1. Manfaat Teoretis,

Secara teoretis, hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk: (a) bahan perbandingan bagi guru dalam penggunaan metode latihan individual untuk peningkatan kemampuan penggunaan konjungsi dalam karangan argumentasi; (b) bahan referensi belajar bagi siswa atau


(18)

pihak-pihak sekolah yang bersimpati; dan (c) konsep tentang metode latihan individual dan aspek-aspek lain yang berkaitan dengan penggunaan konjungsi dalam karangan argumentasi.

2. Manfaat Praktis

Sesuai dengan manfaat praktis dalam penelitian ini terbagi menjadi empat bagian, yaitu:

a. Untuk Pendidik

Manfaat bagi pendidik, khususnya guru bahasa Indonesia dapat menjadikan penelitian ini sebagai: (1) acuan dalam interaksi belajar mengajar di sekolah; (2) arahan yang jelas bagi guru dalam melaksanakan pembelajaran dan membimbing kegiatan siswa secara bertahap.

b. Unttuk Siswa

Manfaat bagi siswa dalam penelitian ini bermaksud agar siswa dapat: (1) menemukan kebebasan bagi siswa untuk menemukan hal-hal baru bagi dirinya di dalam pembelajaran bahasa Indonesia; (2) menghilangkan rasa jenuh pada saat pembelajaran berlangsung; (3) mempermudah penguasaan konsep, memberikan pengalaman nyata, memberikan dasar-dasar berfikir konkret sehingga mengurangi verbalisme, meningkatkan minat belajar dan meningkatkan hasil belajar.

c. Untuk Sekolah

Manfaat bagi sekolah dalam penelitian ini bermaksud agar sekolah dapat: (1) memberikan sumbangan yang positif terhadap kemajuan sekolah serta kondusifnya iklim pendidikan di sekolah, khususnya pembelajaran bahasa Indonesia dalam karangan argumentasi; dan (2) memberikan masukan dalam mengaktifkan


(19)

pembinaan dan pengelolaan proses belajar mengajar dalam pelaksanaan pendidikan.

d. Untuk Peneliti, sebagai pengalaman dalam menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan pembelajaran bahasa Indonesia dan menambah pengetahuan serta wawasan mengenai diksi, yakni penggunaan konjungsi dalam pembelajaran menulis karangan.

G. Tinjauan Pustaka

Banyak penelitian yang mengangkat tentang menulis khususnya tentang menulis karangan dengan berbagai media. Ada beberapa penelitian yang

mengangkat tentang karangan, misalnya skripsi yanmg berjudul “Penggunaan Konjungsi dalam Karangan Deskripsi Siswa Kelas VII Semester Genap SMP PGRI Banjaratma Kecamatan Bulakamba Kabupaten Brebes Tahun Pelajaran 2009/ 2010,” yang ditulis oleh Adi Abdul Syukur, NPM : 1506500575, dan Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Argumentasi dengan Media Gambar Berita Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Gemolong Tahun Pelajaran 2008/2009, yang di tulis oleh Winardi, A. 310 050 151.

Berdasarkan tinjauan tersebut, tampaknya sangat memungkinkan bagi

penulis untuk menulis skripsi dengan judul “Peningkatan Kemampuan

Penggunaan Konjungsi dalam Karangan Argumentasi melalui Penerapan latihan


(20)

BAB II

ACUAN TEORETIS

A. Konjungsi

1. Pengertian Konjungsi

Konjungsi yang juga dinamakan kata penghubung adalah kata tugas yang menghubungkan dua satuan bahasa yang sederajat; kata dengan kata, frasa dengan frasa, klausa dengan klausa, kalimat dengan kalimat, atau paragraf dengan paragraf.4 Konjungsi pun berfungsi untuk meluaskan satuan yang lain dalam konstruksi hipotaktis (bersifat), dan selalu menghubungkan dua satuan lain atau lebih dalam konstruksi. Konjungsi pun menghubungkan bagian-bagian ujaran yang setataran maupun yang tidak setataran.5 Perhatikan contoh kalimat berikut: (a) Ia pergikarena saya, (b) Ia pergi karena saya mengusirnya. Pada kalimat (a) karena merupakan preposisi karena diikutioleh satuan kata sehingga merupakan konstruksi eksosentris. Sedangkan kalimat (b) karena merupakan konjungsi karena menghubungkan klausa dengan klausa.

Konjungsi ada yang hanya dapat digunakan untuk intra kalimat, tetapi ada pula yang dapat digunakan untuk antarkalimat, untuk menghubungkan kalimat dengan kalimat. Konjungsi yang dapat digunakan untuk menghubungkan kalimat dengan kalimat adalah.6

b. Konjungsi yang digunakan untuk menghubungkan kalimat dengan kalimat, dengan makna yang menyatakan akibat atau alasan, yaknisebab itu, karena itu, oleh karena itu,dan itulah sebabnya.

c. Konjungsi yang digunakan untuk menghubungkan kalimat dengan kalimat, dengan makna yang menyatakan kesimpulan, yakni jadi, maka, kalau begitu, jika demikian, begitulah,dan jika begitu.

4

Yayat Sudaryat, Makna dalam Wacana “Prinsip-prinsip Semantik dan Pragmatik”, (Bandung: Yrama Widya, 2008), h. 155.

5

Harimurti Kridalaksana,Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia Edisi Kedua, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 102.

6

Abdul Chaer,Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h. 374–375.


(21)

d. Konjungsi yang digunakan untuk menghubungkan kalimat dengan kalimat, dengan makna yang menyatakan waktu, yaknisebelum itu, sesudah itu,dan sementara itu.

e. Konjungsi yang digunakan untuk menghubungkan kalimat dengan kalimat, dengan makna yang menyatakan menguatkan atau menegaskan, yakni itu pun, lagi pula, apa lagi, selain itu,dan tambahan lagi.

f. Konjungsi yang digunakan untuk menghubungkan kalimat dengan kalimat, dengan makna yang menyatakan pertentangan, yaknisebaliknya.

2. Jenis-Jenis Konjungsi

Jenis-jenis konjungsi dibagi menjadi empat jenis: (1) konjungsi koordinatif, (2) konjungsi korelatif, (3) konjungsi subordinatif, dan (4) konjungsi antarkalimat, yang berfungsi pada tataran wacana.7

a. Konjungsi Koordinatif

Konjungsi koordinataif yaitu konjungsi yang menghubungkan dua unsur atau lebih yang sama pentingnya, atau memiliki status yang sama. Konjungtor koordinatif agak berbeda dengan konjungsi lain karena konjusngsi itu, di samping menghubungkan klausa, juga dapat menghubungkan kata. Meskipun demikian, frasa yang dihasilkan bukanlah frasa preposisional. Perhatikan contoh berikut: (1) Toni dan Ali sedang belajar bahasa Indonesia di kamar, (2) Kamu mau ikutatau tinggal di rumah saja?

Mengenai konjungsi dan dan atau, orang kadang-kadang memakai keduanya secara bersamaan. Dalam hal ini cara menulisnya adalah dengan memakai garis miring di antara kedua konjungsi tersebut: dan/atau. Makna

konjungsi dan berarti ‘penambahan’. Di samping konjungsi atau bermakna ‘pemilihan’, konjungsiatau juga mempunyai makna ‘penambahan’. Untuk makna penambahan seperti itu, konjungsi atau pada umumnya dipakai bila makna kalimatnya berkaitan dengan hal-hal yang dirasakan kurang baik.

7

Alwi Hasan, dkk., Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, (Jakarta: Balai Pustaka, 2003), h. 297.


(22)

b. Konjungsi Korelatif

Konjungsi korelatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua kata, frasa, atau klausa yang memiliki status sintaksis yang sama.8 Konjungsi korelatif terdiri atas dua bagian yang dipisahkan oleh salah satu kata, frasa, atau klausa yang dihubungkan. Misalnya pada entah disetujui entah tidak, dia tetap akan mengusulkan gagasannya.

c. Konjungsi Subordinatif

Konjungsi Subordinatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua klausa atau lebih, dan klausa itu tidak memiliki status sintaksis yang sama. Salah satu dari klausa itu merupakan anak kalimat. Konjungsi subordinatif dapat dibagi menjadi tiga belas kelompok sebagai berikut:

1) Konjungsi subordinatif waktu, yaitu sejak, semenjak, sedari, sewaktu, ketika, tatkala, sementara, begitu, selama, serta, demi, setelah, sesudah, sebelum, sehabis, selesai, seusai, hingga,dan sampai.

2) Konjungsi subordinatif syarat, yaitujika, kalau, jikalau, asal(kan), bila, dan manakala.

3) Konjungsi subordinatif pengandaian, yaitu andaikan, seandainya, umpanya,dan sekiranya.

4) Konjungsi subordinatif tujuan, yaituagar, supaya,dan biar.

5) Konjungsi subordinatif konsesif, yaitu konjungsi atau kluasa yang menyatakan keadaan atau kondisi yang berlawanan dengan apa yang dinyatakan di dalam klausa utama.9 Penggunaan konjungsi subordinatif konsesif, yakni biarpun, meski(pun), walau(pun), sekalipun, sungguhpun,dan kendati(pun).

6) Konjungsi subordinatif pembandingan, yaituseakan-akan, seolah-olah, sebagaimana, seperti, sebagai, laksana, ibarat,dan daripada.

8

Alwi Hasan, dkk., Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, (Jakarta: Balai Pustaka, 2003), h. 289.

9

Harimurti Kridalaksana, Kamus Linguistik Edisi Ketiga, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1993), h. 118.


(23)

7) Konjungsi subordinatif sebab, yakni sebab, karena, oleh karena, dan oleh sebab.

8) Konjungsi subordinatif hasil, yaitusehingga, sampai,dan maka(nya). 9) Konjungsi subordinatif alat, yaitudengandan tanpa.

10) Konjungsi subordinatif cara, yaitudengandan tanpa.

11) Konjungsi subordinatif komplementasi, yaitu proses penggabungan proposisi untuk mengisi bagian yang kosong dari proposisi lain.10 Penggunaan konjungsi komplementasi, yaknibahwa.

12) Konjungsi subordinatif atributif, yaituyang.

13) Konjungsi subordinatif perbandingan, yaitu sama ... dengan, lebih ... dari(pada).

d. Konjungsi Antarkalimat

Berbeda dengan konjungsi di atasa, konjungsi antarkalimat menghubungkan satu kalimat dengan kalimat yang lain. Oleh karena itu, konjungsi seperti ini selalu memulai suatu kalimat yang baru dan tentu saja huruf pertamanya ditulis dengan huruf kapital. Contoh konjungsi antarkalimat: (1) Keadaan memang sudah aman; (2) Kita harus tetap waspada. Pada kalimat (1) dan (2) maka digunakan konjungsi antarkalimat akan tetapi, sehingga menjadi (3) Keadaan memang sudah aman.Akan tetapi, kita harus tetap waspada. Dari contoh tersebut jelas bahwa konjungsi antarkalimat menghubungkan dua kalimat yang utuh karena kedua kalimat itu terpisah, subjek pada kalimat kedua tetap dipertahankan meskipun subjeknya sama dengan kalimat sebelumnya.

B. Karangan Argumentasi

Sebelum merumuskan pengertian karangan, perlu dipahami terlebih dahulu makna kata mengarang, sebab dari kegiatan yang disebut mengarang itulah dihasilkan suatu karangan. Mengarang berarti ‘menyusun’ atau ‘merangkai’. Pada awalnya kata merangkai tidak berkaitan dengan kegiatan menulis. Cakupan makna kata merangkai mula-mula terbatas pada pekerjaan yang

10


(24)

berhubungan dengan benda konkret, seperti merangkai bunga atau merangkai benda lain. Sejalan dengan kemajuan komunikasi dan bahasa, lama-kelamaan timbul istilah merangkai kata. Lalu berlanjut dengan istilah merangkai kalimat; kemudian jadilah apa yang disebut pekerjaan mengarang. Orang yang merangkai atau menyusun kata, kalimat, dan alinea tidak disebut perangkai, tetapi penyusun atau pengarang. Mengingat karangan tertulis juga disebut tulisan, kemudian timbullah sebutan penulis untuk orang yang menulis suatu karangan. Sebenarnya mengarang tidak hanya dan tidak harus tertulis. Seperti halnya berkomunikasi, kegiatan mengarang yang juga menggunakan bahasa sebagai mediumnya dapat berlangsung secara lisan.

Berdasarkan uraian di atas mengarang adalah pekerjaan merangkai kata, kalimat, dan alinea untuk menjabarkan, dan atau mengulas topik dan tema tertentu guna memperoleh hasil akhir berupa karangan. Untuk bahan perbandingan, di sini dikutipkan pendapat Widyamartaya dan Sudiarti, yaitu bahwa mengarang adalah keseluruhan rangkaian kegiatan seseorang untuk mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami.11

Adapun pengertian karangan adalah hasil penjabaran suatu gagasan secara resmi dan teratur tentang suatu topik atau pokok bahasan. Setiap karangan yang ideal pada prinsipnya merupakan uraian yang lebih tinggi atau lebih luas dari alinea.

1. Pengertian Karangan Argumentasi

Karangan argumentasi adalah karangan yang terdiri atas paparan alasan dan penyintesisan pendapat untuk membangun suatu kesimpulan. Karangan ini ditulis dengan maksud untuk memberikan alasan, memperkuat atau menolak suatu pendapat, pendirian atau gagasan. Argumentasi selalu berisi penjelasan tentang suatu pertalian antara dua pernyataan atau aserasi yang biasa diurutkan.

Tujuan utama karangan argumentasi adalah untuk meyakinkan pembaca agar menerima atau mengambil suatu sikap atau tingkah laku tertentu. Syarat

11

Lamuddin Finoza, Komposisi Bahasa Indonesia, (Jakarta: Diksi Insan Mulia, 2009), Revisi 3, h. 234.


(25)

utama untuk menulis karangan argumentasi adalah penulisnya harus terampil dalam bernalar dan menyusun ide yang logis.

Karangan argumentasi memiliki ciri-ciri sebagai berikut.12

1) Mengemukakan alasan atau bantahan sedemikian rupa dengan tujuan mempengaruhi keyakinan pembaca agar menyetujuinya.

2) Mengusahakan pemecahan suatu masalah.

3) Mendiskusikan suatu persoalan tanpa perlu mencapai suatu penyelesaian.

Langkah-langkah penyusunan argumentasi yaitu.13 a. Tentukan dahulu tema atau topik argumentasi

b. Susun kerangka karangan berdasarkan topik dan tujuan yang telah ditentukan.

c. Kembangkan kerangka karangan argumentasi menjadi karangan argumentasi.

2. Langkah Membuat Karangan Argumentasi

Semua bentuk karangan memiliki persamaan dalam langkah-langkah penulisannya. Demikian pula halnya dalam menulis karangan argumentasi. Tahapan-tahapannya meliputi: (a) tahap praprenulisan; (b) tahap penulisan; (c) tahap pascapenulisan.14 Tahap prapenulisan yaitu tahap perancangan tulisan dengan melakukan penentuan topik, tujuan, sasaran/pembaca, dan kerangka karangan yang berisi pokok-pokok pikiran yang disusun secara sistematis. Selanjutnya, tahap penulisan dimulai dengan mengembangkan kerangka menjadi tulisan. Pengembangan karangka ini terbagi lagi menjadi tiga bagian yiatu pendahuluan yang berisi latar belakang atau alasan menulis sesuai topik pilihan, dilanjutkan dengan menuliskan tujuan dan manfaat karangan dan informasi umum tentang isi karangan. Selanjutnya isi karangan semua dituangkan pada poin isi

12

Lamuddin Finoza, Komposisi Bahasa Indonesia, (Jakarta: Diksi Insan Mulia, 2009), Revisi 3, h. 249.

13

Jauharoti Alfin, dkk., Bahasa Indonesia I, (Bandung: LAPIS {Learning Assistence Programs for Islamic Scholls}, 2008), h. 10—11.

14

Muhammad Yunus, dkk., Menulis I, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2009), Cetakan Kedua, h. 9.9–9.10.


(26)

karangan sesuai susunan yang ada pada kerangka karangan dan penutup karangan yang berisi kesimpulan dan saran-saran.

Tahap pascapenulisan dilakukan dengan memperbaiki tulisan. Sebaiknya penyuntingan dan perbaikan juga dilakukan ketika penyusunan rencana tulisan. Cara ini lebih baik dilakukan agar kesalahan dapat diminimalkan, maka tentukan topik terlebih dahulu yang akan kita tulis. Selain itu, penulis dalam menulis karangan argumentasi sangat menginginkan agar pembaca atau pendengar memahami benar apa yang disampaikan. Oleh karena itu, diperlukan juga langkah-langkah lain dalam menulis yang dapat membantu keinginannya itu. Adapun langkah-langkah yang biasa dikembangkan dalam karangan argumentasi adalah penalaran, penalaran induktif dan deduktif, dan penolakan.

a. Penalaran

Penalaran (reasoning) atau jalan pikiran adalah suatu proses berfikir yang sistematik dan logis untuk memperoleh sebuah kesimpulan (pengetahuan, keyakinan, atau opini).15 Penalaran juga bukan saja dapat dilakukan dengan mempergunakan fakta-fakta yang masih berbentuk polos, tetapi juga dapat dilakukan dengan mempergunakan fakta-fakta yang telah dirumuskan dalam kalimat-kalimat yang berbentuk pendapat atau kesimpulan. Kalimat semacam ini, dalam hubungan dengan proses berpikir tadi disebut preposisi. Preposisi dapat kita batasi sebagai pernyataan yang dapat dibuktikan kebenarannya atau dapat ditolak karena kesalahan yang terkandung di dalamnya. Sebuah pernyataan dapat dibenarkan bila terdapat bahan-bahan atau fakta-fakta untuk membuktikannya. Sebaliknya subuah pernyataan atau preposisi dapat disangkal atau ditolak bila terdapat fakta-fakta yang menentangnya.

Penalaran juga merupakan aktivitas pikiran yang abstrak. Untuk mewujudkannya diperlukan lambang. Lambang yang digunakan dalam penalaran akan tampak berupa argumen. Kesimpulan adalah pernyataan atau konsep yang abstrak dan lambangnya adalah kata. Lambang proposisi adalah kalimat (kalimat

15

E.Kusnadi dan Mahsusi, M.M., Mahir Berbahasa Indonesia, (Jakarta: FITK UIN Jakarta, 2004), h. 19.


(27)

berita) dan lambang penalaran adalah argumen. Argumenlah yang dapat menentukan kebenaran konklusi dari premis.

Berdasarkan uraian di atas jelas bahwa tiga bentuk pemikiran manusia adalah aktivitas berpikir yang saling berkait. Tidak ada proposisi tanpa pengertian dan tidak ada penalaran tanpa proposisi. Bersamaan dengan terbentuknya pengertian, perluasan akan terbentuk pula proposisi dan proposisi akan digunakan sebagai premis bagi penalaran. Dengan kata lain, dapat juga dikatakan untuk menalar dibutuhkan proposisi, sedangkan proposisi merupakan hasil dari rangkaian pengertian.

b. Penalaran Induktif dan Deduktif

Teknik induktif adalah salah satu teknik pengembangan karangan argumentasi yang memulai penulisannya dengan bukti-bukti kemudian atas nukti tersebut ditarik suatu kesimpulan yang bersifat umum.16 Sedangkan penalaran deduktif itu sendiri adalah satu teknik pengembangan karangan argumentasi yang mengawali tulisan dengan menuliskan kesimpulan umum dilanjutkan dengan tulisan berupa hal-hal yang khusus. Meskipun demikian di dalam hal yang khusus itu diperlukan bukti-bukti yang menunjang menunjang. Bukti yang menunjang karangan argumentasi tersebut disebut sebagai premis.

Dalam penalaran induksi, untuk menurunkan suatu kesimpulan, penulis harus mengumpulkan bahan-bahan atau fakta-fakta terlebih dahulu. Semakin banyak fakta yang dikumpulkan, dan semakin baik ciri kualitas fakta-faktanya itu, maka akan semakin mantap pula kesimpulan yang diturunkan itu. Sedangkan dalam penalaran yang bersifat deduktif, penulis tidak perlu mengumpulkan fakta-fakta. Oleh karena itu bila kita membandingkan penalaran dalam induksi dan penalaran dalam deduksi, maka kesimpulan dalam induksi kemungkinan kebenaran. Benar tidaknya proposisi itu tergantung dari kebenaran dan sifat-sifat data yang dipergunakan itu. Sebaliknya konklusi dalam sebuah deduksi dapat dipastikan sebagai konklusi yang benar kalau proposisinya itu mengandung kebenaran.

16


(28)

Pada dasarnya kekuatan argumen terletak pada kemampuan penutur atau penulis dalam menentukan tiga prinsip pokok, yaitu apa yang disebut pernyataan (claim), alasan (support/ground), dan pembenaran (warrant). Pernyataan mengacu pada kemampuan menulis dalam menentukan tulisan. Alasan mengacu pada kemampuan penulis untuk mempertahankan pernyataannya dengan memberikan alasan-asalan yang relevan. Sedangkan pembenaran mengacu pada kemampuan penulis dalam menunjukkan hubungan antara pernyataan dan alasan.

Jadi, prinsip argumentasi dibangun oleh tiga elemen pokok, yaitu: (1) pernyataan (claim), (2) alasan (Support/ground), dan (3) pembenaran (warrant). Sedangkan elemen pelengkapnya adalah: (1) pendukung, (2) modal (modal qualifers), (3) sanggahan (rebutta). 17 Dengan demikian, dalam sebuah karangan argumentasi elemen-elemen tersebut disusun menjadi rangkaian kalimat yang jika susunannya baik akan menghasilkan karangan yang baik.

C. Konjungsi dalam Karangan Argumentasi

Konjungsi sangat penting dalam berkomunikasi secara lisan ataupun tulisan. Dalam komunikasi lisan, konjungsi sangat besar pengaruhnya dalam menyampaikan bahasa yang membuat orang mengerti dan tidak tersinggung. Dalam bahasa tulis, seperti dunia karang-mengarang, konjungsi juga merupakan unsur yang tidak kalah pentingnya. Di dalamnya tersirat sesuatu hal, yaitu konsep atau gagasan yang berkenaan dengan benda, peristiwa, atau perasaan yang memuat pesan yang disampaikan oleh pemakainya.

Memilih dan menggunakan konjungsi dalam mengarang ternyata tidak mudah. Tulisan argumentasi dimaksudkan untuk mempengaruhi pikiran, pendapat, atau sikap pembaca sehingga dia mempercayai dan mengikuti apa yang disampaikan oleh penulis. Dalam menulis karangan argumentasi, kita dapat mengemukakan persoalan, tetapi juga menolak pendapat orang lain. Dalam menolak atau menyanggah pendapat orang, ada beberapa hal yang harus diperhatikan:18

17

Ibid, h. 9.6.

18


(29)

1. memahami dengan baik bagian karangan yang akan kita sanggah; 2. memilih pokok-pokok persoalan penting yang akan kita tolak; dan

3. mengarahkan penolakan hanya kepada pendapat, fakta atau informasi, penalaran atau apa yang dikemukakan orang.

Karangan argumentasi sering dikembangkan dari pemaparan hal-hal yang khusus untuk mencapai suatu generalisasi, dan kadang-kadang juga dibangun mulai dari pemaparan yang general (umum) ke pemaparan hal-hal yang khusus,19 seperti contoh di bawah ini.

“Dalam pemilihan presiden tahun 1952, 60,27% orang Amerika yang dapat dipilih benar-benar telah terpilih. Dalam pemilihan tahun 1956 persentase adalah 60,4%. Dan dalam tahun 1960 adalah 63,8%. Dari penyajian data statistik tersebut ternyata cukup besar golongan orang Amerika yang berhak memilih tidak menggunakan hak pilihnya dengan sungguh-sungguh.“

Berdasarkan contoh di atas, maka kita dapat menyimpulkan argumen kita yaitu, pada kalmiat 1: “Dalam pemilihan presiden tahun 1952, 60,27% orang Amerika yang dapat dipilih benar-benar telah terpilih” (bagian pendahuluan). Kalimat 2: “Dalam pemilihan tahun 1956 persentase adalah 60,4%. Dan dalam tahun 1960 adalah 63,8%” (tubuh argumen). Kalimat 3: “Dari penyajian data statistik tersebut ternyata cukup besar golongan orang Amerika yang berhak memilih tidak menggunakan hak pilihnya dengan sungguh-sungguh” (kesimpulan).

D. Metode Latihan Individual(Individual Drill Methode)

Metode latihan sering disebut metode training. Metode ini sesuai untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu. Sarana memperoleh suatu ketangkasan, ketepatan, kesempatan, dan keterampilan. Drill merupakan suatu

19

Suparno dan Muhammad Yunus, Keterampilan Dasar Menulis, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2006), h. 5.41.


(30)

cara mengajar dengan memberikan latihan-latihan terdapat apa yang telah dipelajari siswa sehingga memperoleh suatu keterampilan tertentu. Kata latihan mengandung arti bahwa sesuatu itu selalu diulang-ulang, akan tetapi bagaimanapun juga antara situasi belajar yang pertama dengan situasi belajar itu diubah-ubah kondisinya sehingga menuntut respon yang berubah, maka keterampilan akan lebih disempurnakan.

Adapun menurut Winarno Surachmad menyatakan bahwa metode drill atau disebut latihan dimaksudkan untuk memperoleh ketangkasan atau keterampilan latihan terhadap apa yang dipelajari, karena hanya dengan melakukannya secara praktis suatu pengetahuan dapat disempurnakan dan siap siagakan.20

Pengertian pembelajaran berlangsung bilamana terjadi suatu proses interaksi antara guru dan siswa sehingga terdapat suatu perubahan tingkah laku. Jadi suatu pengulangan terhadap apa yang terjadi belum dapat dikatakan suatu proses pembelajaran, oleh karena itu perlu dipahami dalam situasi yang bagaimanakah sepantasnya dilakukan latihan siap dan bagaimanakah cara pelaksanaannya.

Tujuan dari pembelajaran metode latihan (drill) adalah untuk memperoleh suatu ketangkasan, keterampilan tentang sesuatu yang dipelajarai anak dengan melakukannya secara praktis, pengetahuan-pengetahuan yang dipelajari anak itu, dan siap dipergunakan bila sewaktu-waktu diperlukan.21 Selain itu juga ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam penggunaan metode latihan (drill), sebagai berikut: Pertama, harus disadari bahwa pengertian belajar bukan berarti pengulangan persis dengan apa yang telah dipelajari sebelumnya oleh siswa, akan tetapi terjadinya suatu proses belajar dengan latihan adalah adanya situasi yang berbeda serta pengaruh latihan-latihan. Kedua, situasi belajar itulah yang mula-mula harus diulangi untuk mendapat memperoleh respons dari siswa. Bilamana siswa dihadapkan dengan berbagai situasi belajar, maka dalam diri

20

Winarno Surachmad,Metodologi Pengajaran Nasional,(Jakarta: Jemmars, 1979), h. 76.

21

Il. Pasaribu dan B. Simandjuntak. Didaktik dan Metodik, (Bandung: Tarsito, 1986), h. 112.


(31)

siswa akan timbul alasan untuk memberi respons, sehingga menyebabkan dia melatih keterampilannya.

Untuk mendapatkan kecakapan dengan metode latihan ini ada dua fase, yaitu: (1) Fase integratif, dimana persepsi dari arti dan proses dikembangkan. Pada fase ini belajar kecakapan dikembangkan menurut praktek yang berarti sering melakukan hubungan fungsional dan aktifitas penyelidikan. (2) Fase Penyempurnaan atau fase menyelesaikan di mana ketelitian dapat dikembangkan menuntut praktek yang berulang kali. Jadi, variasi praktek di sini ditujukan untuk mendalami arti bukan ketangkasan. Sedangkan praktek yang sering ditujukan untuk mempertinggi efesiensi, bukan untuk mendalami arti.

Adapun keunggulan dan kelemahan dalam metode latihan (drill), yaitu22 1. Keunggulan metode latihan (drill) ini antara lain:

a. siswa akan memperoleh ketangkasan dan kemahiran dalam melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dipelajarinya;

b. dapat menimbulkan rasa percaya diri bahwa para siswa yang berhasil dalam belajarnya telah memiliki suatu keterampilan khusus yang berguna kelak di kemudian hari;

c. guru lebih mudah mengontrol dan dapat membedakan mana siswa yang disiplin dalam belajarnya dan mana yang kurang dengan memperhatikan tindakan dan perbuatan siswa disaat berlangsungnya pengajaran.

2. Kelemahan metode latihan (drill) ini antara lain:

a. dapat menghambat inisiatif siswa, dimana inisiatif dan minat siswa yang berbeda dengan petunjuk guru dianggap suatu penyimpangan dan pelanggaran dalam pengajaran yang diberikannya.

b. menimbulkan penyesuaian secara statis kepada lingkungan.

c. membentuk kebiasaan yang kaku, artinya seola-olah siswa melakukan sesuatu secara mekanis, dan dalam memberikan stimulus siswa dibiasakan bertindak secara otomatis.

22

Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), h. 57.


(32)

d. dapat menimbulkan verbalisme, terutama pengajaran yang bersifat menghapal di mana siswa dilatih untuk dapat menguasai bahan pelajaran secara hapalan dan secara otomatis mengingatkannya bila ada pertanyaan-pertanyaan yang berkenaan dengan hafalan tersebut tanpa suatu proses berpikir secara logis.


(33)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tujuan Khusus Penelitian

Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk:

1. mengetahui ketepatan penggunaan diksi dalam karangan argumentasi siswa melalui penggunaan metode latihan individual.

2. mengetahui peningkatan kemampuan siswa menggunakan diksi dalam karangan argumentasi.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA PGRI 56 Ciputat yang berlokasi di Jl. Pendidikan No. 30 Ciputat, Kota Tangerang Selatan. Penelitian ini dilaksanakan di kelas X pada Semester Genap Tahun Ajaran 2010/2011 pada Januari 2011.

C. Metode dan Rancangan Siklus Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas (action research classroom), yaitu penelitian yang dilakukan oleh guru, bekerjasama dengan peneliti (atau dilakukan oleh guru sendiri yang juga bertindak sebagai peneliti) di kelas tempat ia mengajar dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan proses dan praktis pembelajaran.23 Dapat dikatakan pula bahwa classroom action research adalah kegiatan penelitian untuk mendapatkan kebenaran dan manfaat praktis dengan cara melakukan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif.24

Berdasarkan penelitian ini yang digunakan oleh peneliti adalah penelitian tindakan kelas partisipan. Penelitian tindakan kelas partisipan itu sendiri adalah suatu penelitian di mana peneliti terlibat langsung dalam proses penelitian sejak

23

Suharsimi Arikunto, dkk.,Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 57.

24


(34)

awal sampai pembuatan laporan.25 Penelitian ini digunakan untuk meningkatkan efesiensi dan efektivitas pembelajaran pada mata pelajaran bahasa Indonesia. Ini berarti bahwa penelitian ini dilaksanakan untuk memecahkan permasalahan di kelas. Penelitian tindakan kelas berkaitan dengan penelitian kualitatif karena memang dalam pengumpulan datanya menggunakan pendekatan kualitatif.

Penelitian tindakan merupakan suatu pencarian sistematik yang dilaksanakan oleh para pelaksana program dalam kegiatannya sendiri (dalam pendidikan dilakukan oleh guru, dosen, kepala sekolah, konselor), dalam mengumpulkan data tentang pelaksanaan kegiatan, keberhasilan dan hambatan yang dihadapi, untuk kemudian, menyusun rencana dan melakukan kegiatan-kegiatan penyempurnaan.26

Prosedur penelitian tindakan kelas ini terdiri dari beberapa tahap kegiatan yaitu: (1) perencanaan (planning), yaitu rencana tindakan apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan itu dilakukan; (2) tindakan (acting) yaitu pelaksanaan sesuai rencana; (3) pengamatan (observing) yaitu pengamatan yang dilakukan bersamaan dengan tindakan; (4) refleksi (reflection) yaitu kegiatan mengemukakan implementasi rencana tindakan. Pada saat pelaksanaan tindakan peneliti melakukan penyampaian materi, tes perbuatan, dan observasi terhadap kegiatan yang dilakukan. Tahap berikutnya, berdasarkan hasil observasi, wawancara, dan jurnal, peneliti merefleksikan kegiatan-kegiatan yang dilakukan.

Tahapan pembelajaran dalam tindakan ini dilakukan dalam dua siklus. Setiap siklus mengandung unsur perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. 1. Perencanaan

Kegiatan perencanaan diawali dengan merencanakan ide penelitian kemudian ditindaklanjuti dengan observasi pelaksanaan proses. Kegiatan ini merupakan kegiatan pendahuluan yang tujuannya untuk mengidentifikasi masalah ini adalah sebagai berikut:

25

M. Mega N dan Kania Islami Dewi,Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung: CV Regina, 2009), h. 15.

26

Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset, 2005), Cetakan Pertama, h. 140.


(35)

a. Permohonan izin penelitian di SMA PGRI 56 Ciputat kepada Kepala Sekolah. Perizinan ini dapat diperoleh dengan mudah karena peneliti merupakan salah satu pengajar di sekolah tersebut. Kepala sekolah beserta dewan guru telah menyatakan kesiapannya untuk memberi dukungan dan partisipasinya dalam pelaksanaan penelitian ini.

b. Observasi, kegiatan ini dilakukan untuk mendapat gambaran awal tentang kegiatan belajar mengajar, khususnya pada mata pelajaran bahasa Indonesia di kelas X SMA PGRI 56 Ciputat.

c. Melakukan telaah terhadap jadwal mata pelajaran yang ada, yang menjadwalkan mata pelajaran Bahasa Indonesia untuk melaksanakan pembelajaran dalam penggunaan diksi dalam karangan argumentasi melalui penerapan metode latihan individual.

d. Melakukan telaah pokok bahasan mata pelajaran Bahasa Indonesia di kelas X semester 2 yang akan sesuai dengan jadwal pelajaran yang berlaku. e. Melakukan telaah terhadap kurikulum mata pelajaran Bahasa Indonesia

yang harus disampaikan pada semester 2. Dari hasil telaah terhadap tujuan pembelajaran, isi materi dan buku sumber akan ditentukan strategi pembelajaran yang sesuai, dengan harapan dapat digunakan untuk membantu siswa mempelajari materi pada mata pelajaran Bahasa Indonesia agar lebih meningkatkan hasil pembelajaran.

2. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan penelitian dilaksanakan sesuai dengan perencanaan tindakan yang telah dirumuskan pada tahap perencanaan. Tujuan utama pada tahap ini adalah mengupayakan inovasi dalam proses pembelajaran dengan tujuan meningkatkan kualitas pembelajaran. Dalam hal ini Kasihani Kasbulloh

mengungkapkan bahwa ”tindakan yang dilaksanakan harus sejalan dengan laju

perkembangan pelaksanaan kurikulum dengan kegiatan belajar mengajar di

kelas.” Artinya segala aktivitas Penelitian Tindakan Kelas (PTK) tidak boleh mengganggu kegiatan pembelajaran, dalam arti mengalihkan fokus kegiatan pencapaian tujuan pembelajaran yang sebenarnya.


(36)

3. Tahap Pengamatan (Observasi)

Kegiatan observasi atau pengamatan dalam penelitian tindakan kelas dilakukan untuk mengetahui dan memperoleh gambaran lengkap secara obyektif tentang perkembangan proses pembelajaran, dan pengaruh dari tindakan yang dipilih terhadap kondisi kelas dalam bentuk data. Pengambilan Data dapat diperoleh dari lembar observasi, wawancara, dan juga angket.

4. Tahap Refleksi

Melalui pedoman pengamatan dan alat pengumpul data yang telah dipersiapkan sebelumnya dalam kegiatan tindakan penelitian ini, maka diperoleh informasi-informasi yang selanjutnya direfleksikan. Hasil refleksi ini akan memberikan makna pada proses pembelajaran.

Berdasarkan analisis tersebut maka dapat ditentukan apakah siklus selanjutnya perlu dilaksanakan atau tidak. Sedangkan penelitian akan diakhiri atau dihentikan apabila hasil tes yang diberikan pada setiap akhir siklus menunjukkan bahwa rata-rata nya sudah mencapai 65 sesuai dengan KKM mata pelajaran Bahasa Indonesia di SMA PGRI 56 Ciputat.

Keempat tahapan kegiatan tersebut dipandang sebagai suatu siklus spiral atau siklus berulang terus sampai masalah yang dihadapi dapat dipecahkan. Rangkaian siklus tersebut dapat dilihat pada gambaran berikut:27

27

Suharsimi Arikunto, dkk., Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), Cet. Kesembilan, h. 16.


(37)

Gambar 1

Siklus Penelitian Tindakan Kelas Suharsimi Arikunto, 2009

Dari gambar di atas dapat dijelaskan dengan menggunakan desain penelitian sebagai berikut:

Kegiatan pendahuluan: 1. Membuat surat izin penelitian

2. Mensosialisasikan model pembelajaran dengan metode latihan secara individual dalam kelas yang diteliti

3. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran untuk tiap siklus 4. Membuat kisi-kisi instrumen

5. Membuat format observasi 6. Menyiapkan alat dokumentasi

Adapun tahapan pembelajaran pada tiap siklus dapat dilihat pada tabel berikut: Permasalahan tingginya tingkat

latihan secara individu

Rencana Siklus I

Pelaksanaan Siklus I

Observasi Refleksi Siklus I

Rencana Siklus II

Pelaksanaan Siklus II

Observasi Refleksi Siklus II

Apabila belum terselesaikan maka dilanjutkan ke siklus selanjutnya


(38)

Tabel 3.1 Desain Penelitian

Siklus I Tahap Perencanaan Merancang Skenario Pelaksanaan Tindakan

Tahap Pelaksanaan Pendahuluan

Memotivasi siswa dengan menjelaskan metode latihan secara individu

Mengkomunikasikan tujuan pembelajaran Kegiatan Inti

Guru menjelaskan materi dengan metode latihan Guru menjelaskan pengertian karangan argumentasi dengan penggunaan diksi

Guru membagikan contoh karangan argumentasi dengan penggunaan diksi

Guru memberi tes pada akhir siklus dengan cara siswa membuat karangan argumentasi dengan penggunaan diksi secara individual

Penutup

Guru memberikan refleksi pada akhir pembelajaran

Guru memberikan tes pada akhir siklus

Tahap Pengamatan Pengamatan dilakukan bersamaan dengan semua proses yang terjadi dalam tindakan dengan menggunakan format observasi.

Fokus pengamatan adalah kegiatan siswa pada saat membuat karangan argumentasi yang sesuai dengan skenario pembelajaran.

Tahap Refleksi Melakukan evaluasi dari setiap tindakan yang telah dilakukan pada siklus I.

Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai evaluasi, untuk digunakan pada siklus berikutnya.


(39)

D. Subjek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kelas X SMA PGRI 56 Ciputat. Dalam penelitian ini subjek yang akan dikenai tindakan yakni siswa kelas X-2 SMA PGRI 56 Ciputat tahun pelajaran 2010/2011. Siswa yang berada pada kelas X-2 ini berjumlah 33 siswa yang terdiri dari 6 siswa laki-laki dan 19 siswa perempuan. Pemilihan subjek kelas X didasarkan atas pertimbangan:

1. Berdasarkan observasi penulis dan wawancara dengan guru bahasa Indonesia di SMA PGRI 56 Ciputat sebelum melakukan penelitian, dari 2 kelas yang ada terlihat bahwa kelas X-2 adalah kelas yang pasif dan rata-rata nilai di kelas tersebut masih di bawah 65% jadi karakteristik siswa kelas X-2 dapat memenuhi permasalahan yang ada, dan siswa yang dikenai tindakan diambil secara utuh dalam satu kelas.

2. Siswa kelas X SMA PGRI 56 Ciputat tahun ajaran 2010/2011 memiliki kemampuan yang berbeda-beda, dilihat dari kemampuannya pemahamannya.

E. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian

Dalam penelitian ini, posisi peneliti yaitu sebagai pengkaji permasalahan, pendiagnosis masalah, perencanaan tindakan dan pelaksanaan tindakan.

F. Tahapan Intervensi Tindakan

Pada penelitian ini tindakan pembelajaran yang akan dilakukan ke dalam siklus I, yaitu:

Tindakan Pembelajaran Siklus I 1. Tindakan Pertama

Sebelum menyajikan materi, peneliti memberikan motivasi dengan menjelaskan manfaat belajar dengan metode latihan secara individu, melakukan apersepsi dan mengomunikasikan tujuan pembelajaran.

2. Tindakan Kedua

Siswa dilontarkan satu permasalahan yang telah didesain peneliti dan kemudian diselesaikan dengan teman yang duduknya berdekatan dalam satu baris.


(40)

3. Tindakan Ketiga

Pada tindakan siklus I, siswa lebih diarahkan dan dibimbing agar dapat memahami bacaan yang sudah disajikan.

4. Tindakan Keempat

Guru mengarahkan siswa agar dapat mengumpulkan berbagai informasi yang relevan, misalnya bertanya pada guru pengajar, membaca mandiri, dan lain-lain.

5. Tindakan Kelima

Setelah siswa selesai melakukan penyelidikan dan menyelesaikan permasalahan yang diberikan maka siswa dianjurkan membuat karangan argumentasi dengan bahasa sendiri.

6. Tindakan Keenanm

Untuk lebih menguatkan konsep yang didapatnya, siswa diberikan latihan dan di akhir siklus diadakan latihan selama satu jam pelajaran.

G. Hasil Intervensi Tindakan Yang Diharapkan

Penelitian yang dilakukan ini, mengharapkan suatu perubahan pada siswa dalam memahami konsep menulis. Materi yang mereka pelajari benar-benar dapat dipahami dengan jelas, dalam arti siswa bukan sekedar hafal akan tetapi dapat memahami maknanya. Dari tindakan yang dilakukan diharapkan pula adanya peningkatan terhadap hasil belajar siswa. Tolak ukur keberhasilan siswa atau kriteria ketuntasan minimum (KKM) yang ditetapkan untuk mengukur pemahaman konsep siswa pada materi karangan argumentasi ini apabila siswa dapat membuat karangan argumentasi sesuai dengan penggunaan konjungsi dengan benar sebesar 65% dari skor total (100). Sehingga diharapkan dengan pemahaman konsep dengan baik, mereka akan dengan mudah untuk memahami materi-materi selanjutnya dan mendapatkan peningkatan terhadap prestasi belajar mereka.


(41)

H. Data dan Sumber Data

Prosedur penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data dari penelitian tidakan kelas ini adalah:

1. Hasil tes siswa setelah diberikan perlakuan pada setiap siklus. 2. Hasil observasi, hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokemntasi.

Adapun sumber datanya diperoleh dari guru, siswa, dan peneliti itu sendiri yang didapat pada saat pelaksanaan pembelajaran berlangsung.

I. Instrumen Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan upaya sistematik untuk memperoleh informasi tentang objek penelitian (manusia, objek, dan sebagainya) dan setting terjadinya.28 Untuk memperoleh data yang diperlukan tersebut maka terlebih dahulu dibuat instrumen penelitian yang terdiri dari:

1. Lembar Observasi

Observasi merupakan metode pemgumpulan data yang menggunakan pengamatan terhadap objek penelitian. Pengamatan ini dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung ketika penelitian sedang berlangsung. Observasi dilakukan untuk mengetahui: (a) seberapa jauh pelaksanaan tindakan (intervensi) berjalan dengan rencana dan persiapan yang telah disusun sebelumnya; (b) seberapa jauh proses yang terjadi dapat diharapkan mencapai sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya.

2. Lembar Wawancara

Wawancara dilakukan pada awal penelitian dan tiap akhir siklus dalam penelitian. Wawancara menitikberatkan pada tanggapan dan kesulitan siswa serta saran siswa terhadap pembelajaran berikutnya.

28

B. Sandjaja dan Albertus Heriyanto, Panduan Penelitian, (Jayapura: Prestasi Pustaka Publisher, 2006), h. 47.


(42)

3. Catatan Lapangan

Catatan lapangan untuk setiap tindakan dimaksudkan untuk mengungkapkan aktivitas siswa dan guru yang tidak dapat diketahui dengan menggunakan lembar observasi.

4. Angket

Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi yang memberikan kepada responden. Bentuk angket yang penulis gunakan adalah angket langsung dan bersifat tertutup, dengan bentuk pilihan ganda, di mana responden diminta untuk memilih salah satu jawaban.

5. Jurnal Siswa

Jurnal dilakukan untuk mengungkapkan segala hal yang dilakukan siswa setelah proses belajar mengajar berlangsung. Jurnal siswa berisi tentang pembelajaran karangan argumentasi setelah mengikuti pembelajaran keterampilan menulis.

6. Tes Hasil Belajar

Tes hasil belajar dilakukan untuk mengukur tingkat ketercapaian metode latihan individual dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Selain itu tes hasil belajar digunakan untuk mengukur pemahaman materi serta peningkatan hasil belajar siswa setelah tindakan dilakukan. Tes yang diberikan yaitu membuat karangan argumentasi dengan memperhatikan penggunaan konjungsi dengan baik dan benar. Responden yang mengikuti tes sebanyak 40 siswa. Tes ini digunakan untuk mengumpulkan data pada akhir tindakan.

7. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan upaya untuk memberikan gambaran bagaimana sebuah penelitian tindakan kelas dilakukan. Kegiatan ini dilaksanakan dengan mengambil gambar kegiatan para siswa dan guru dalam pelaksanaan pembelajaran


(43)

saat penelitian dilaksanakan. Data yang dihasilkan dari kegiatan ini berupa gambar atau foto kegiatan pembelajaran.

J. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian tindakan tidak hanya satu, tetapi menggunakan multiteknik. Ada tiga kelompok teknik pengumpulan data, yaitu:

1. Pengalaman, dilakukan dalam bentuk observasi. Observasi ini dilakukan peneliti sebelum PBM dan pada saat pelaksanaan PBM berlangsung serta melalui teman sejawat dalam pelaksanaan PBM. Hasil yang diperoleh pada setiap pengamatan didiskusikan oleh peneliti bersama guru pada saat menganalisis data untuk membuat tindakan pada siklus berikutnya.

2. Pengungkapan, dilakukan melalui wawancara dan pengukuran dengan tes mengenai pemahaman konsep.

3. Pembuktian, dilakukan dengan mencari bukti-bukti dokumenter, seperti dokumen foto dan catatan lapangan.

K. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan Studi

Untuk memperoleh data yang valid maka digunakan teknik triangulasi data yang memeriksa kebenaran hipotesis, konstruk atau analisis peneliti dengan membandingkan dengan hasil orang lain.

Adapun tindakan yang dilakukan adalah:

1. pengambilan data dari berbagai narasumber, yaitu peneliti, guru, dan siswa ( Source Triangulation).

2. penggunaan berbagai alat atau instrumen agar data yang terkumpul lebih akurat(Instrument Triangulation). Langkah yang ditempuh adalah mengisi lembar observasi, pedoman wawancara dan memeriksa hasil kerja siswa. 3. penggunaan berbagai metode atau cara analisis, sehingga data yang

terkumpul dapat dipercaya. Dalam hal ini bisa dilakukan pengamatan, wawancara, dan pengambilan gambar dalam foto.


(44)

4. memeriksa kembali data-data yang telah terkumpul baik tentang kejanggalan-kejanggalan, keaslian maupun kelengkapnnya.

5. mengulang pengolahan dan analisis data yang sudah terkumpul.

L. Analisis Data dan Instrumen Hasil Analisis

Analisis data merupakan upaya yang dilakukan untuk mengklasifikasi dan mengelompokkan data.29 Dari penelitian yang dilakukan data yang terkumpul terdiri dari hasil aktivitas siswa sebagai indikator keaktifan siswa, hasil observasi aktivitas guru dalam melaksanakan pembelajaran model latihan secara individu dan hasil belajar yang berupa nilai tes setiap akhir siklus sebagai indikator pemahaman siswa terhadap konsep yang disampaikan.

Adapun langkah-langkah pengolahan data yang terkumpul dari setiap siklus adalah:

1. menganalisis data hasil observasi terhadap pelaksanaan tindakan setiap siklus dengan teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu analisis yang hanya menggunakan paparan sederhana.

2. menenukan rata-rata dari seluruh siswa yang mengikuti tes. a. penskoran terhadap siswa dalam penggunaan diksi.

b. tingkat keberhasilan siswa berdasarkan skor tes yang diperoleh ditetapkan dalam nilai dengan rumus:

Nilai Akhir (NA) = jumlah skor yang didapat siswa x 100 skor maksimum

selanjutnya dihitung rata-rata, rumus yang digunakan: nilai rata-rata (x) = jumlah skor seluruhnya

jumlah seluruh siswa

Berdasarkan perolehan nilai, tingkat keberhasilan belajar siswa ditetapkan seperti dalam tabel berkut:30

29

Mahsun M.S,Metode Penelitian Bahasa “Tahapan Strategi, Metode, dan Tekniknya”, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), h. 253.

30

Suharsimi Arikunto dan Cepi Safrudin Abdul Jabar, Evaluasi Program Pendidikan,


(45)

Tabel 3.2

Tingkat Keberhasilan Belajar Siswa

Nilai Siswa Kategori Prestasi Belajar 81–100 %

61–80 % 41–60 % 21–40 % < 21 %

Sangat Baik Baik Cukup Kurang Sangat Kurang

M. Pengembangan Perencanaan Tindakan

Setelah penelitian ini berakhir, peneliti menyadari bahwa dari penelitian yang dilakukan ini telah berhasil menguji adanya peningkatan pemahaman konsep bahasa Indonesia pada materi karangan argumentasi dengan model pembelajaran latihan secara individual. Banyak faktor yang mempengaruhi hasil belajar bahasa Indonesia siswa, serta akan membantu pemahaman faktor-faktor lain yang belum diketahui. Untuk itu masih perlu diadakan penelitian lebih lanjut.


(46)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Data Hasil Pengamatan 1. Gambaran Umum Sekolah

SMA PGRI 56 Ciputat berlokasi di jalan Pendidikan No. 30 Tangerang Selatan 15411. Tidak jauh dari Pasar Ciputat Tangerang Selatan. Dilihat dari letak keberadaan lokasinya cukup strategis dan mudah dijangkau baik dari Pamulang, Parung, Ciputat, dan Serpong. Sekolah tersebut mempunyai luas tanah kurang lebih 1440 M² yang bergabung dengan SMP PGRI Ciputat. Sekolah tersebut dapat sukses sampai sekarang ini karena ditangani oleh Kepala Sekolah yang bernama Drs. Asep Setiadi, M.Pd. Jumlah tenaga pendidik di sekolah itu sangat berkualitas karena mempunyai jumlah tenaga pendidik yang cukup banyak yaitu 34 tenaga pendidik

Tahun 2009/2010 mempunyai data Pendaftaran Siswa Baru (PSB) beserta jumlah siswanya. Maka data dan jumlah siswa tersebut adalah data siswa yang mendaftar 40 siswa laki-laki dan 30 siswa perempuan. Sedangkan siswa yang diterima di SMA PGRI 56 Tahun Pelajaran 2009/2010 adalah 31 siswa laki-laki dan 29 siswa perempuan.

Jumlah siswa SMA PGRI 56 Ciputat ada tiga kelas, yaitu jumlah siswa untuk kelas X 59 siswa yang terdiri dari 31 siswa laki-laki dan 28 siswa perempuan. Kelas XI 68 siswa yang terdiri dari 33 siswa laki-laki dan 35 siswa perempuan. Sedangkan kelas XII 92 siswa yang terdiri dari 52 siswa laki-laki dan 40 siswa perempuan. Maka, jumlah seluruh siswa PGRI 56 Ciputat Tahun Pelajaran 2009/2010 adalah 219 siswa baik siswa laki-laki maupun siswa perempuan.


(47)

a. VISI DAN MISI SMA PGRI 56 Ciputat:

(1) Visi : Menjadikan SMA PGRI 56 Ciputat sebagai pusat pengembangan pendidikan, kebanggaan masyarakat yang menghasilkan kader-kader bangsa berkualitas yang unggul dalam IPTEK dan IMTAQ.

(2) Mis : 1. Menyelenggarakan pendidikan umum yang bersifat nasional 2. Menghasilakn tamatan yang kompeten, terampil dan bermutu 3. Menghasilkan tamatan yang berguna bagi dirinya, bangsa dan

Negara

4. Menjadikan lembaga pendidikan kebangsaan masyarakat Ciputat dan sekitarnya

5. Menyelenggarakan pendidikan yang berorientasi kepada pengem-bangan potensi siswa dalam membentuk manusia seutuhnya.

b. Kurikulum

Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di sekolah harus mempunyai pedoman dan pegangan di dalam belajar, khususnya bagi seorang pendidik atau guru. Sehubungan dengan hal tersebut dan berdasarkan pendidikan nasional yang berlakukan sekarang ini, garis-garis besar pedoman pengajar dan pedoman pelaksanaan di dalam kurikulum. Oleh karena itu, kurikulum di SMA PGRI 56 Ciputat, yaitu KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) yang telah disempurnakan atau suplemen dengan perincian sebagai berikut.

Tabel 4.1

Kurikulum SMA PGRI 56 Ciputat

Jumlah Jam

No. Mata pelajaran

Kelas 1 Kelas 2 Kelas 3

1 Pendidikan Agama 2 2 2

2 Pendidikan Kewarganegaraan 2 2 2

3 Bahasa Indonesia 6 6 6

4 Bahasa Inggris 6 6 6

5 Matematika 6 6 6


(48)

7 Biologi 2 1 2

8 Kimia 2 1 2

9 Sejarah 2 2 3

10 Geografi 2 2 3

11 Ekonomi 2 1 2

12 Sosiologi 2 1 2

13 Seni Budaya 2 2 4

14 Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan 2 2 4

15 Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) 2 2 4

16 Pengembangan Diri 2 2 4

c. Keadaan Tenaga Pengajar, Staf TU, dan Penjaga Sekolah

Tenaga pengajar di SMA PGRI 56 Ciputat berjumlah 34 tenaga seorang pendidik, yaitu terdiri dari 20 tenaga pendidik laki-laki dan 14 tenaga pendidik perempuan. Untuk staf TU berjumlah 4 tenaga diantaranya Staff TU dan penjaga sekolah berjumlah 3 tenaga.

Tabel 4.2

Keadaan Tenaga Pengajar SMA PGRI 56 Ciputat

No. Nama Jenis

Kelamin Pendidikan Bidang Studi

1 Drs. Asep Setiadi, M.Pd L S2 Fisika

2 Novia Roza, M.Pd P S2 Bahasa Inggris

3 Siti Aisyah, M.Pd P S2 Ekonomi

4 Dra. Ulfiani Rahmah P S1 Biologi

5 Drs.Tatang Gunawan L S1 Matematika

6 Junaedi, S.Pd. M.M L S1 Ekonomi

7 Dra. Ecin Kuraesin P S1 Bahasa Indonesia

8 H. Hasan HB, M.Pd L S2 Sosiologi

9 Drs. Sidup Usman L S1 Bahasa Indonesia


(49)

11 M. Zaenudin, S.E L S1 Penjaskes

12 Dra. Tienefia Agus P S1 Fisika, Kimia

13 Tatan ZM, S.Ag., M.Pd L S2 Agama,PSPJD, Matematika

14 Buyung Tarmizi, S.Pd L S1 Sejarah

15 Abdul Rohim, S.Pd L S1 Fisika, Al-Qur’an

16 Yunita Nurhidayati, S.Hum P S1 Sosiologi

17 Cucu Purnama Alam A, S.Pd P S1 Seni Budaya

18 Heru Sutanto, S.Pd L S1 Geografi

19 Budiyanto, S.Pd L S1 Sejarah/PKN

20 Yusep K. Sukma, S.E L S1 Komputer/TIK

21 Drs. Hartono, S.Pd L S1 Fisika

22 Evend Afriansyah L - TIK

23 Duduh Durachman L - PSPJ PGRI

24 Titin Kurniani P -

-25 Nia Kurniasih, S.Pd P S1

-26 Kusnandar, A.Md L -

-27 M.H. Tamrin L -

-28 M. Tarigan L -

-29 Eka Rostika Sari, S.Pd P S1 Matematika

30 Agus Suhandi, S.Pd. I L S1 Agama Islam

31 Rindu Harahap P - Agama Kristen

32 Agus Purwanto L - Piket

33 Tugimin L - Pesuruh

34 Lili L - Pesuruh

Tabel 4.3

Keadaan Staf TU SMA PGRI 56 Ciputat

No Tenaga Tat Usaha Jumlah Staf TU

1 Tata Usaha Tetap 3 orang

2 Tata Usaha Tidak Tetap 1 orang


(50)

Tabel 4.4

Keadaan Penjaga Sekolah SMA PGRI 56 Ciputat

No Tenaga Penjaga Jumlah

1 Satpam 3 orang

Jumlah 3 orang

d. Jumlah Siswa SMA PGRI 56 Ciputat

Jumlah siswa SMA PGRI 56 Ciputat adalah sebanyak 219 siswa. Yang terdiri dari kelas X sebanyak 59 siswa, kelas XI sebanyak 68 siswa, dan kelas XII sebanyak 92 siswa. Untuk memperjelas pernyataan di atas, maka dilihat tabel di bawah ini:

Tabel 4.5

Keadaan Siswa SMA PGRI 56 Ciputat Menurut Jenis Kelamin Jenis kelamin

No Kelas

L P Jumlah

1 Kelas X 31 28 59

2 Kelas XI 33 35 68

3 Kelas XII 52 40 92

Jumlah 116 103 219

e. Sarana dan Prasarana SMA PGRI 56 Ciputat

Bangunan atau keadaan sarana dan prasarana SMA PGRI 56 Ciputat Tabel 4.6

Sarana dan Prasarana SMA PGRI 56 Ciputat Menurut Kondisinya

No Jenis Fasilitas Jumlah Kondisi

A Administrasi

1 Ruang Kepala Sekolah 1 Ruang Baik

2 Ruang Guru 1 Ruang Baik

3 Ruang Pelayanan Administrasi 1 Ruang Baik B Kegiatan Belajar


(51)

2 Ruang Lab. Fisika/Kimia/Biologi 1 Ruang Baik

3 Ruang Lab. Bahasa 1 Ruang Baik

4 Ruang Praktek Komputer 1 Ruang Baik

C Penunjang Pendidikan

1 Ruang Perpustakaan 1 Ruang Baik

2 Ruang Ibadah 1 Ruang Baik

D Penunjang Lainnya

1 Ruang Toilet 4 Ruang Baik

2 Ruang Gudang 1 Ruang Baik

2. Penelitian Pendahuluan

Penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh peneliti dimulai dengan kegiatan observasi awal di SMA PGRI 56 Ciputat. Kegiatan observasi awal ini meliputi pengamatan tehadap kegiatan pembelajaran yang ada di sekolah dan sarana prasarana yang menunjang kegiatan pembelajaran di SMA PGRI 56 Ciputat. Dari hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa karakteristik siswa kelas X-2 sebagai berikut.

a. Pembelajaran yang berlangsung di kelas cukup teratur. Siswa umumnya memperhatikan penjelasan guru. Namun beberapa siswa masih terlihat bermain-main dengan alat-alat pembelajaran yang ada di meja atau meja tulis mereka ataupun membaca bacaan lain ketika guru sedang menjelaskan materi pelajaran.

b. Metode mengajar yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan pelajaran bahasa Indonesia kepada siswa sudah cukup bervariasi, antara lain metode ceramah, tanya-jawab, diskusi, pemberian tugas, dan demonstrasi.

c. Pada saat mengerjakan tugas di kelas, masih terdapat beberapa siswa yang bertanya dan menyalin pekerjaan teman-temannya.

d. Terhitung beberapa siswa yang sangat aktif menjawab dan bertanya kepada guru mengenai materi yang sedang dijelaskan, namun banyak siswa yang sekedar diam dan hanya mendengarkan.


(52)

Karakteristik anak kelas X-2 yang sudah dipaparkan di atas, peneliti dapat menyimpulkan mengapa peneliti dapat sekaligus menjadi pengajar di sekolah tersebut. Oleh karena itu peneliti lebih mengenal guru pengajar bahasa Indonesia di sekolah tersebut, dengan demikian lebih memudahkan penelitian melaksanakan penelitian tindakan kelas dan peneliti menjadi guru pengajar.

3. Tindakan Pembelajaran Siklus I 3.1 Pertemuan Pertama

a. Tahap Perencanaan

Pembelajaran siklus I ini terdiri dari dua pertemuan. Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan pertemuan pertama ini adalah pembuatan RPP, catatan lapangan, dan lembar soal pretest. Materi yang diajarkan pada pertemuan pertama ini mengenai ruang lingkup pengertian dari karangan argumentasi. Untuk menunjang pembelajaran, peneliti juga menyiapkan lembar observasi dan jurnal siswa untuk setiap akhir pertemuan yang diberikan pada siswa.

Pada pertemuan pertama ini, stelah guru memberikan soal pretest kepada siswa, guru pun memperkenalkan pengertian dan penggunaan diksi yang tepat dalam membuat karangan argumentasi kepada siswa dengan harapan siswa dapat berlatih secara individu sehingga dapat meningkatkan pembelajaran keterampilan menulis. Penelitian dilaksanakan di kelas X-2 yang berjumlah 33 siswa yang terdiri 15 siswa laki-laki dan 18 siswa perempuan. Pada pembelajaran karangan argumentasi, peneliti menyampaikan penggunaan diksi dengan menggunakan kata penghubung antarkalimat dengan metode latihan secara individu. Setelah penyampaian materi, siswa mengerjakan soal latihan yang diberikan. Soal yang tidak mengerti harus dikonfirmasi dahulu kepada peneliti sebelum dilaksanakan kegiatan pembelajaran selanjutnya.

b. Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan tindakan adalah tahap di mana guru akan merealisasikan perencanaan yang telah dibuat pada tahap perencanaan. Kegiatan pembelajaran dilakukan dalam dua kali pertemuan. Pembahasan pelaksanaan tindakan pada pertemuan pertama ini sebagai berikut.


(53)

Pada pertemuan pertama ini, kegiatan pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Untuk materi yang akan dipelajari pada pertemuan ini mencakup materi karangan argumentasi. Sedangkan tugas yang diberikan adalan tugas penyelesaian soalpretest secara individu.

Secara keseluruhan, siswa telah hadir di dalam kelas sebelum guru memasuki ruang kelas. Namun beberapa siswa ada yang sudah siap melaksanakan proses pembelajaran dan ada yang belum siap. Ketika ketua kelas menuntun siswa memberi salam dan doa kepada gurunya baru semua siswa hening dan siap mengikuti pelajaran.

Guru langsung membuka pelajaran dengan apersepsi, tujuannya agar kondisi di kelas lebih nyaman ketika sudah saling kenal. Namun, ketika guru memberikan soal pretest untuk dikerjakan, hanya sedikit siswa yang sudah paham dengan soal. Beberapa siswa terlihat sibuk membaca saja tapi tidak bisa menjawab soal. Sedangkan siswa yang bisa mengerjakan soal tersebut merupakan siswa yang sudah paham sehingga mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam prestest. Kemudian guru langsung bertindak dengan menjelaskan cara mengerjakan soal tersebut. Akhirnya mereka pun dapat mengerjakan dengan tingkat pemahaman mereka.

Ketika guru memberitahukan bahwa waktu penyelesaian tugas yang diberikan sudah habis, sebagian besar siswa mengeluh dan kaget. Walaupun hanya beberapa siswa saja yang tidak mengumpulkan tugas tepat waktu, sebagian siswa yang mengumpulkan tugas ternyata belum mengisi sebagian soal yang diberikan. Dan ketika guru membahas soal yang diberikan pada tugas tersebut, sebagian kecil siswa tidak memperhatikan penjelasan yang diberikan oleh guru.

c. Tahap Observasi

Tahap observasi dilakukan bersamaan dengan tahap pelaksanaan. Pengamatan dilakukan oleh peneliti, untuk mengamati keaktifan siswa dalam pembelajaran. Pada awal observasi, peneliti mengalami kendala mengisi lembar observasi, melalui pengamatan yang diteliti akhirnya peneliti dapat mengisi dengan baik. Hasil pengamatan siswa melalui lembar observasi dapat dilihat pada tabel berikut.


(54)

Tabel 4.7

Hasil Rata-Rata Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran Pertemuan Pertama

No Proses KBM Pertemuan Ke-1

1 Siswa memperhatikan penjelasan guru. 4

2 Siswa dapat memberikan jawaban atas

pertanyaan-pertanyaan guru. 3

3 Siswa mengerjakan tugas dengan baik sesuai waktu yang disediakan.

3

4 Siswa mengemukakan pendapat. 2

5 Siswa dapat menerima materi dengan baik. 4

6 Siswa terlibat langsung dalam beragam kegiatan kelas

selama pembelajaran. 4

7 Siswa tampak antusias selama mengikuti pembelajaran. 4 8 Siswa menarik kesimpulan dari pelajaran saat itu. 3

Jumlah rata-rata keseluruhan 27

Total Skor = Jumlah Skor yang didapat Guru Jumlah pertemuan

= 27 2 = 13,5

Keterangan:

Skala penilaian rata-rata tiap aspek: 2 = Kurang

3 = Cukup 4 = Baik

Skala penilaian jumlah rata-rata: 6–10 = Berprestasi rendah 11–15 = Berprestasi sedang


(55)

16–20 = Berprestasi tinggi

Tabel 4.8

Rata-Rata Skor Penilaian Siswa terhadap Guru Pertemuan Pertama

No Proses KBM Rata-rata

Pertemuan Ke-1 1 Guru membuka dan menutup pelajaran dengan baik. 104 2 Guru mengaitkan pembelajaran sekarang dengan yang

sebelumnya. 101

3 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran. 110

4 Guru memberi motivasi yang positif terhadap siswa selama KBM berlangsung.

101

5 Guru memberi tugas kepada siswa dengan baik. 106 6 Guru bekerjasama dan bertanggung jawab terhadap

proses KBM. 106

7 Guru memberi pertanyaan atau menanggapi siswa. 101 8 Guru memberi kesimpulan dari pelajaran saat itu. 100

Jumlah rata-rata keseluruhan 829

Total Skor = Jumlah Skor yang didapat Siswa Jumlah Siswa

= 829 33 = 25,12

Keterangan:

Skala penilaian rata-rata tiap aspek: 2 = Kurang

3 = Cukup 4 = Baik


(56)

Skala penilaian jumlah rata-rata: 7–16 = Berprestasi rendah 17–26 = Berprestasi sedang 27–36 = Berprestasi tinggi

Pada tabel 4.7 terlihat bahwa dari delapan aspek atau aktivitas yang diobservasi mulai lembar observasi guru pada pertemuan pertama didapatkan rata-rata 13,5 dengan kategori keaktifan berprestasi siswa pada tingkat sedang. Sedangkan pada tabel 4.8 bahwa penilaian siswa terhadap guru, pada pertemuan pertama nilai rata-ratanya 25,12 dengan kategori guru yang berprestasi sedang.

Selain lembar observasi guru dan juga lembar observasi siswat terhadap guru, peneliti menggunakan jurnal harian siswa untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap pembelajaran pada pertemuan pertama ini dapat dilihat pada tabel 4.9

Tabel 4.9

Tanggapan Siswa terhadap Tindakan Pertama

Tabel tiga hanya menerangkan secara keseluruhan hasil jurnal siswa pada pertemuan pertama, yang mana dari 100% jawaban siswa, rata-rata 90% menjawab seperti yang sudah dipaparkan pada tabel tiga di atas. Selain jurnal siswa ada juga catatan lapangan yang dilakukan guru sekaligus peneliti.

Apakah yang kamu peroleh dari pembelajaran hari ini?

Tentang argumentasi, bahwa argumentasi adalah karangan dengan memperhatikan diksi, dijelaskan contoh-contoh argumentasi, dan dapat mengarangnya cukup memuaskan.

Bagaimana pendapat kamu tentang pembelajaran hari ini?

Cukup mudah dimengerti, mungkin agak sulit mengerjakannya karena membingungkan. Memberi penjelasan dengan baik dan dapat ditangkap dengan cepat.


(1)

89 Lampiran 10

LEMBAR KERJA SISWA

Pertemuan Kedua

Mari Menulis Karangan!!! (POSTEST)

Petunjuk!!!

1. Perhatikan contoh karangan argumentasi dengan seksama! 2. Jawaban ditulis pada lembar yang telah disediakan! 3. Gunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar!

Soal!!!

1. Buatlah karangan argumentasi dengan memperhatikan: a. Kesesuaian topik atau tema

b. Ketepatan penggunaan kalimat c. Kesesuaian penggunaan konjungsi

Kriteria Penilaian Penulisan

1. Kesesuaian Topik

a) Sesuai dan tepat dengan skor 85–100 b) Cukup sesuai dan tepat dengan skor 75–84 c) Kurang sesuai dan tepat dengan skor 60–74 d) Tidak sesuai dan tepat dengan skor 0–59

2. Ketepatan Penggunaan Kalimat

a) Ringkas, jelas, tepat, dan menarik dengan skor 85–100 b) Cukup ringkas, jelas, tepat, dan menarik dengan skor 75–84 c) Kurang ringkas, jelas, tepat, dan menarik dengan skor 60–74 d) Tidak ringkas, jelas, tepat, dan menarik dengan skor 0–59


(2)

3. Kesesuaian Penggunaan Konjungsi

a) Sesuai dan tepat penggunaan konjungsi dengan skor 85–100 b) Cukup sesuai dan tepat penggunaan konjungsi dengan skor 75–84 c) Kurang sesuai dan tepat penggunaan konjungsi dengan skor 60–74 d) Tidak sesuai dan tepat penggunaan konjungsi dengan skor 0–59

To tal Skor = Jumlah Skor yang Didapat Siswa Jumlah Aspek Penilaian


(3)

(4)

Lampiran 11

JURNAL SISWA

Nama : Hari/Tanggal :

Apakah yang kamu peroleh dari pembelajaran hari ini?

... ... ... ... ... ...

Bagaimana pendapat kamu tentang pembelajaran hari ini?

... ... ... ... ... ...


(5)

93 Lampiran 12

ANGKET

Penjelasan Identitas Kamu Petunjuk

1. Apakah kamu suka menulis? a. Ya b. Tidak

2. Pernahkah kamu menulis karangan argumentasi sebelumnya? a. Ya b. Tidak

3. Apakah kamu tahu metode latihan sebelumnya? a. Ya b. Tidak

Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan sejujur-jujurnya sesuai dengan apa yang kamu rasakan dengan memberikan tanda silang (X) pada salah satu jawaban yang kamu pilih. Untuk pertanyaan 10 jawaban diserahkan kepada kamu secara terbuka sesuai dengan yang kamu rasakan!

 Angket ini diberikan dengan tujuan untuk menilai dan mengetahui pemahaman siswa dalam belajar Bahasa Indonesia

 Jawablah setiap pertanyaan dengan jujur dan sesuai dengan apa yang anda rasakan ketika belajar Bahasa Indonesia

 Sebelum mengisi angket ini, diminta untuk mengisi identitas terlebih dahulu

Nama :

No. Absen :

Kelas :


(6)

4. Apakah kamu tahu pengunaan diksi sebelumnya? a. Ya b. Tidak

5. Apakah kamu pernah menulis karangan argumentasi dengan memerhatikan penggunaan diksi dengan tepat?

a. Ya b. Tidak

6. Bagaimana menurutmu, apakah belajar menulis karangan argumentasi menggunakan metode latihan menyenangkan?

a. Ya b. Tidak

7. Apakah kamu mengalami kesulitan dalam KBM hari ini? a. Ya b. Tidak

8. Apakah kamu berkesan terhadap pembelajaran karangan argumentasi dengan menggunakan metode latihan?

a. Ya b. Tidak

9. Apakah kamu merasa jenuh ketika pelajaran Bahasa Indonesia akan dimulai? a. Ya b. Tidak

10. Apakah kamu yakin akan lebih bertambah pemahaman kamu terhadap menulis karangan argumentasi ketika dengan metode latihan secara individual?


Dokumen yang terkait

Peningkatan pemahaman wacana argumentasi melalui penerapan strategi PQ4R (penelitian tindakan pada siswa kelas XI SMA Islam Al-Mukhlisin)

1 18 89

Peningkatan kemampuan reduplikasi dalam karangan narasi dengan metode tugas individu: penelitian tindakan kelas pada siswa kelas VIII SMP PGRI 2 Ciputat

12 84 118

Analisis kesalahan penggunaan konjungsi dalam karangan argumentasi siswa x SMA Ar- Ridwan Bekasi Tahun pelajaran 2011-2013

1 8 82

Penerapan peta pikiran (mind maps) sebagai upaya peningkatan kemampuan menulis karangan ekposisi siswa kelas X sekolah (SMK) PGRI Babakanmadang

2 14 109

Peningkatan kemampuan menulis argumentasi dengan metode mind mapping ( peta pikiran) siswa kelas X SMA Muhammadiyah 25 Pamulang, Tangerang Selatan

0 3 128

Penggunaan konjungsi dalam karangan deskripsi siswa kelas X di MA Darul Ma’arif Tahun Pelajaran 2013/2014

1 16 105

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KONJUNGSI DALAM KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS X SMA N GONDANGREJO Analisis Kesalahan Penggunaan Konjungsi Dalam Karangan Argumentasi Siswa Kelas X Sma N Gondangrejo.

0 9 18

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KONJUNGSI DALAM KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS X SMA N GONDANGREJO Analisis Kesalahan Penggunaan Konjungsi Dalam Karangan Argumentasi Siswa Kelas X Sma N Gondangrejo.

0 2 12

HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kesalahan Penggunaan Konjungsi Dalam Karangan Argumentasi Siswa Kelas X Sma N Gondangrejo.

0 3 35

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN ARGUMENTASI MELALUI PEMANFAATAN MEDIA ARTIKEL OPINI SURAT KABAR : Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas X IPA 7 SMA Negeri 3 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013.

0 0 51