24
C. Hakikat Hidup Berasrama
1. Hidup berasrama
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian asrama adalah bangunan tempat tinggal bagi kelompok orang untuk sementara
waktu, terdiri atas sejumlah kamar, dan dipimpin oleh kepala asrama. Misalnya asrama mahasiswa, asrama putri SMPSMA, asrama polisi dan
lain sebagainya. Asrama mahasiswa banyak terdapat di sekitar kampus. Dimana ada kampus maka akan diikuti dengan berbagai fasilitas seperti
asrama, kos-kosan, warung makan, toko alat tulis, jasa laundry, jasa rental dan lain-lain.
Keberadaan asrama di Yogyakarta sangat diperlukan dilihat dari banyaknya mahasiswa ataupun pelajar yang datang dari berbagai daerah.
Tentu saja ini diasumsikan bahwa keberadaan asrama sebagai tempat tinggal juga semakin meningkat. Asrama menjadi kebutuhan untuk
menampung mahasiswa dari berbagai daerah.
2. Fungsi Asrama
Menurut Purwaningsih 2014 asrama tidak sekedar untuk menampung mahasiswa untuk sekedar bertempat tinggal, akan tetapi
asrama juga berfungsi untuk berbagai hal. Ada beberapa fungsi yang diemban oleh sebuah asrama mahasiswa, antara lain sebagai berikut:
25
a. Tempat tinggal mahasiswa; asrama mahasiswa pada prinsipnya
berfungsi untuk menampung para mahasiswa dari daerah luar yang melanjutkan pendidikan di suatu tempat. Dengan tujuan membantu
mahasiswa mengatasi kesulitan dalam menemukan tempat tinggal b.
Asrama sebagai sarana penunjang kegiatan belajar yang efektif dengan lingkungan yang kondusif.
Dengan tinggal di asrama dapat memberi kontribusi positif dalam mengisi kegiatan mahasiswa yang diselenggarakan oleh pihak asrama.
Asrama menciptakan lingkungan belajar yang baik dengan fasilitas penunjang seperti ruang belajar dan kegiatan-kegiatan pendampingan
lainnya. c.
Asrama sebagai anjungan budaya; keberadaan asrama mahasiswa dari berbagai daerah dapat dimanfaatkan sebagai anjungan budaya.
Masyarakat setempat dapat mengenal budaya dari daerah lainnya, melalui kegiatan pentas seni dan budaya
d. Asrama sebagai tempat bersosialisasi.
Tempat bersosialisasi diartikan sebagai tempat penyesuaian diri bagi penghuni asrama dengan lingkungan barunya. Individu dapat
bersosialisasi dengan orang lain dengan bergaul dan berinteraksi dengan sesama penghuni asrama. Hal ini membantu individu untuk
menyesuaikan diri dengan orang lain di lingkungan sekitar.
26
3. Upaya-upaya Membangun Toleransi Hidup Bersama
Dalam kehidupan beragama berbangsa, seperti kita ketahui kehidupan dalam beragama itu benar-benar tejadi. Agama tidak
mengajarkan untuk melaksakan keyakinan kita kepada orang lain. Upaya- upaya membangun toleransi hidup bersama dikalangan mahasiswa di
asrama Salikun, 2014 adalah sebagai berikut: a.
Menghormati agama yang diyakini oleh orang lain; Tidak memaksa keyakinan agama kita kepada orang yang berbeda agama.
b. Bersikap toleran terhadap keyakinan dan ibadah yang dilaksanakan
oleh yang memiliki keyakinan dan agama yang berbeda. c.
Melaksanakan ajaran agama dengan baik; Tidak memandang rendah dan tidak menyalahkan agama yang berbeda dan dianut oleh orang
lain. d.
Mengetahui keanekaragaman salah satu seni budaya sesuai dengan minat dan kesenangannya; menonton seni pertunjukkan tradisional
dari daerah lain. e.
Mengembangkan sikap saling menghargai terhadap nilai-nilai dan norma sosial yang berbeda dari anggota-anggota masyarakat yang
ditemui, tidak mementingkan kelompok, ras, etnik, atau kelompok agamanya sendiri dalam menjalankan tugas-tugasnya.
f. Menambah pengetahuan tentang suku-suku lain. Mempelajari suku
bangsa lain tidak harus datang ke daerah tempat tinggalnya. Individu
27
bisa belajar tentang adat istiadat, kesenian, dan bahasa dari daerah lainnya.
D. Bimbingan Pribadi Sosial
1. Pengertian Bimbingan Pribadi Sosial
Ragam bimbingan ada 3 yaitu: 1 bimbingan karier, 2 bimbingan akademik, dan 3 bimbingan pribadi sosial. Menurut Winkel dan Sri
Hastuti 2006 bimbingan pribadi sosial yaitu bimbingan dalam menghadapi keadaan batinnya sendiri dan mengatasi berbagai
pergumulan dalam batinnya sendiri; dalam mengatur diri sendiri di bidang kerohanian, perawatan jasmani, pengisian waktu luang, penyaluran nafsu
seksual dan sebagainya; serta bimbingan dalam membina hubungan kemanusiaan dengan sesama di berbagai lingkungan pergaulan sosial.
Syamsu Yusuf 2009: 53 menjelaskan bahwa bimbingan pribadi merupakan proses bantuan untuk memfasilitasi agar memiliki pemahaman
tentang karakteristik dirinya, kemampuan mengembangkan potensi dirinya, dan memecahkan masalah-masalah yang dialaminya. Sedangkan
bimbingan sosial yaitu proses bantuan untuk memfasilitasi siswa agar mampu mengembangkan pemahaman dan keterampilan berinteraksi
sosial atau hubungan dengan orang lain dan memecahkan masalah- masalah sosial yang dialaminya.
28
Berdasarkan pengertian di atas dapat dirumuskan bahwa bimbingan pribadi-sosial merupakan layanan yang isinya menyangkut diri sendiri,
dan hubungannya dengan orang lain di lingkungannya. Selain itu bimbingan pribadi sosial yaitu layanan yang diberikan untuk membantu
individu dalam menghadapi dan mangatasi masalah, dimulai dari masalah dengan diri sendiri hingga masalah dalam berinteraksi dengan orang lain
dan lingkungannya.
2. Tujuan Bimbingan Pribadi-Sosial
Berkaitan dengan bimbingan pribadi sosial, Syamsu Yusuf dan Juntika Nurihsan 2008: 14 menyebutkan beberapa tujuan dari bimbingan dan
konseling yang terkait dengan aspek pribadi-sosial sebagai berikut: a.
Memiliki komitmen yang kuat dalam mengamalkan nilai-nilai keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, baik dalam
kehidupan pribadi, keluarga, pergaulan dengan teman sebaya, sekolah, tempat kerja, maupun masyarakat pada umumnya.
b. Memiliki sikap toleransi terhadap umat beragama lain, dengan saling
menghormati dan memelihara hak dan kewajibannya masing-masing. c.
Memiliki pemahaman tentang irama kehidupan yang bersifat fluktuatif antara yang menyenangkan dan tidak menyenangkan, serta
mampu meresponnya secara positif sesuai dengan ajaran yang dianutnya.
29
d. Memiliki pemahaman dan penerimaan diri secara objektif dan
konstuktif, baik yang terkait dengan keunggulan maupun kelemahan, baik fisik maupun psikis.
e. Memiliki sifat positif atau respek terhadap diri sendiri dan orang lain.
f. Memiliki kemampuan melakukan pilihan secara sehat.
g. Bersikap respek terhadap orang lain, menghormati dan menghargai
orang lain, tidak melecehkan mertabat atau harga dirinya. h.
Memiliki rasa tanggung jawab yang diwujudkan dalam bentuk komitmen, terhadap tugas dan kewajibannya.
i. Memiliki kemampua beriteraksi sosial human relationship yang
diwujudkan dalam
bentuk persahabatan,
persaudaraan atau
silahturahmi dengan sesama manusia. j.
Memiliki kemampuan dalam menyelesaikan konflik masalah baik bersifat internal dalam diri sendiri maupun dengan orang lain.
k. Memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan secara efektif.
Dengan memahami tujuan bimbigan pribadi-sosial diharapkan individu mampu mengatasi setiap permasalahan yang dihadapi dan
mampu beriteraksi dengan baik.