Pembelajaran Konstruktivistik DASAR TEORI

12

B. Pembelajaran Konstruktivistik

Pembelajaran merupakan suatu proses yang berlaku dalam akal pikiran atau lebih dikenali sebagai kognitif dan kesan dari proses ini akan dapat dilihat melalui perubahan dalam tingkah laku dan percakapan. Di dalam proses pembelajaran berbagai macam teori telah diutarakan sebagai proses pembelajaran yang akan lebih berkesan kepada murid-murid serta para pelajar. Salah satu teori yang ditemui ialah teori konstruktif. Pembelajaran dan Pengajaran berdasarkan konstruktif ini menyeimbangkan peranan guru dan pelajar untuk saling bersandar di antara satu sama lain. Peranan guru hanya dilihat sebagai pengawal dan selain itu mereka seharusnya menerima murid - murid sebagai individu yang mempunyai ciri - ciri perlakuan yang berbeda. Melalui teori ini ia dapat membuka ruang serta peluang kepada guru untuk memilih kaedah yang sesuai dalam memperoleh sesuatu konsep dan pengetahuan. Sebelum kita membicarakan masalah yang di utarakan ini, terlebih dahulu kita perlu mengetahui apakah yang dimaksudkan dengan konstruktif. Konstruktif di ambil dari bahasa Inggris „konstruktivisme‟ yang membawa maksud falsafah membina. Di bawah konteks pembelajaran teori konstruktif menganggap bahwa ilmu pengetahuan tidak boleh wujud diluar tetapi dibina dalam diri berdasarkan pengalaman sebenarnya yaitu pengetahuan yang dibina melalui proses pengaruh di antara pembelajaran lama dengan pembelajaran terbaru yang saling berkaitan. 13 Guru seharusnya menerima murid sebagai individu yang mempunyai ciri - ciri perlakuan yang berbeda di mana setiap individu itu penting dalam proses pengajaran dan pembelajaran tanpa menafikan hak mereka di dalam mengutarakan pendapat maupun ide yang berkaitan dengan pembelajaran pada waktu itu. keadaan ini secara tidak langsung menjadi penyokong kepada minat murid dalam pembelajaran dan akan terhapusnya situasi keterasingan di kalangan pelajar dan murid - murid sendiri. Para ahli konstruktivis menyatakan bahwa belajar melibatkan konstruksi pengetahuan saat pengalaman baru diberi makna oleh pengetahuan terdahulu Abruscato, 1999. Persepsi yang dimiliki oleh siswa mempengaruhi pembentukan persepsi baru. Siswa menginterpretasi pengalaman baru dan memperoleh pengetahuan baru berdasar realitas yang telah terbentuk di dalam pikiran siswa. Konstruktivistik yang berakar pada psikologi kognitif, menjelaskan bahwa siswa belajar sebagai hasil dari pembentukan makna dari pengalaman. Peran utama guru adalah membantu siswa membentuk hubungan antara apa yang dipelajari dan apa yang sudah diketahui siswa. Bila prinsip - prinsip konstruktivistik benar-benar digunakan di ruang kelas, maka guru harus mengetahui apa yang telah diketahui dan diyakini siswa sebelum memulai unit pelajaran baru. Ada tiga prinsip yang menggambarkan konstruktivistik Abruscato, 1999; 14 a Seseorang tidak pernah benar - benar memahami dunia sebagaimana adanya karena tiap orang membentuk keyakinan atas apa yang sebenarnya, b Keyakinanpengetahuan yang sudah dimiliki seseorang menyaring atau mengubah informasi yang diterima seseorang, c Siswa membentuk suatu realitas berdasar pada keyakinan yang dimiliki, kemampuan untuk bernalar, dan kemauan siswa untuk memadukan apa yang mereka yakini dengan apa yang benar-benar mereka amati. Menurut paham konstruktivis pengetahuan merupakan konstruksi bentukan dari orang yang mengenal sesuatu skemata. Pengetahuan tidak bisa ditransfer dari guru kepada orang lain, karena setiap orang mempunyai skema sendiri tentang apa yang diketahuinya. Pembentukan pengetahuan merupakan proses kognitif di mana terjadi proses asimilasi dan akomodasi untuk mencapai suatu keseimbangan sehingga terbentuk suatu skema yang baru. Seseorang yang belajar itu berarti membentuk pengertian atau pengetahuan secara aktif dan terus-menerus Suparno, 1997. sedangkan teori Konstruktivistik adalah sebuah teori yang memberikan kebebasan terhadap manusia yang ingin belajar atau mencari kebutuhannya dengan kemampuan untuk menemukan keinginan atau kebutuhannya tersebut dengan bantuan fasilitasi orang lain. Adapun tujuan dari teori ini adalah sebagai berikut: 1. Adanya motivasi untuk siswa bahwa belajar adalah tanggung jawab siswa itu sendiri. 15 2. Mengembangkan kemampuan siswa untuk mengajukan pertanyaan dan mencari sendiri pertanyaannya. 3. Membantu siswa untuk mengembangkan pengertian dan pemahaman konsep secara lengkap. 4. Mengembangkan kemampuan siswa untuk menjadi pemikir yang mandiri. Lebih menekankan pada proses belajar bagaimana belajar itu. Salah satu teori atau pandangan yang sangat terkenal berkaitan dengan teori belajar konstruktivistik adalah teori perkembangan mental Piaget. Teori ini biasa juga disebut teori perkembangan intelektual atau teori perkembangan kognitif. Teori belajar tersebut berkenaan dengan kesiapan anak untuk belajar, yang dikemas dalam tahap perkembangan intelektual dari lahir hingga dewasa. Setiap tahap perkembangan intelektual yang dimaksud dilengkapi dengan ciri - ciri tertentu dalam mengkonstruksi ilmu pengetahuan. Ada dua konsep penting dalam teori Vygotsky Slavin, 1997, yaitu Zone of Proximal Development ZPD dan scaffolding. 1. Zone of Proximal Development ZPD merupakan jarak antara tingkat perkembangan sesungguhnya yang didefinisikan sebagai kemampuan pemecahan masalah secara mandiri dan tingkat perkembangan potensial yang didefinisikan sebagai kemampuan pemecahan masalah di bawah bimbingan orang dewasa atau melalui kerjasama dengan teman sejawat yang lebih mampu. 16 2. Scaffolding merupakan pemberian sejumlah bantuan kepada siswa selama tahap-tahap awal pembelajaran, kemudian mengurangi bantuan dan memberikan kesempatan untuk mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar setelah dia dapat melakukannya Slavin, 1997. Scaffolding merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa untuk belajar dan memecahkan masalah. Bantuan tersebut dapat berupa petunjuk, dorongan, peringatan, menguraikan masalah ke dalam langkah-langkah pemecahan, memberikan contoh, dan tindakan-tindakan lain yang memungkinkan siswa itu belajar mandiri. Piaget 1981 dalam Sutarjo 2012 : 20 mengatakan bahwa pengetahuan tidak diperoleh secara pasif oleh seseorang, melainkan melalui tindakan. Perkembangan kognitif anak bergantung pada seberapa jauh mereka aktif memanipulasi dan berinteraksi dengan lingkungannya. Dari pandangan Piaget tentang tahap perkembangan kognitif anak dapat dipahami bahwa pada tahap tertentu cara maupun kemampuan anak mengkonstruksi ilmu berbeda- beda berdasarkan kematangan intelektual anak. Berkaitan dengan anak dan lingkungan belajarnya karakteristik anak sebagai berikut: 1. Siswa tidak dipandang sebagai sesuatu yang pasif melainkan memiliki tujuan 2. Belajar mempertimbangkan seoptimal mungkin proses keterlibatan siswa 3. Pengetahuan bukan sesuatu yang datang dari luar melainkan dikonstruksi secara personal 17 4. Pembelajaran bukanlah transmisi pengetahuan, melainkan melibatkan pengaturan situasi kelas 5. Kurikulum bukanlah sekedar dipelajari, melainkan seperangkat pembelajaran, materi, dan sumber. Pandangan tentang anak dari kalangan konstruktivistik yang lebih mutakhir yang dikembangkan dari teori belajar kognitif Piaget menyatakan bahwa ilmu pengetahuan dibangun dalam pikiran seorang anak dengan kegiatan asimilasi dan akomodasi sesuai dengan skemata yang dimilikinya Dari pengertian di atas, dapat dipahami bahwa belajar adalah suatu aktivitas yang berlangsung secara interaktif antara faktor intern pada diri pelajar dengan faktor ekstern atau lingkungan, sehingga melahirkan perubahan tingkah laku. Berbeda dengan kontruktivistik kognitif ala Piaget, konstruktivistik sosial yang dikembangkan oleh Vigotsky adalah bahwa belajar bagi anak dilakukan dalam interaksi dengan lingkungan sosial maupun fisik. Penemuan atau discovery dalam belajar lebih mudah diperoleh dalam konteks sosial budaya seseorang Adapun implikasi dari teori belajar konstruktivistik dalam pendidikan anak Poedjiadi, 1999: 63 adalah sebagai berikut: a. Tujuan pendidikan menurut teori belajar konstruktivistik adalah menghasilkan individu atau anak yang memiliki kemampuan berfikir untuk menyelesaikan setiap persoalan yang dihadapi 18 b. Kurikulum dirancang sedemikian rupa sehingga terjadi situasi yang memungkinkan pengetahuan dan keterampilan dapat dikonstruksi oleh peserta didik. Selain itu, latihan memcahkan masalah seringkali dilakukan melalui belajar kelompok dengan menganalisis masalah dalam kehidupan sehari-hari c. Peserta didik diharapkan selalu aktif dan dapat menemukan cara belajar yang sesuai bagi dirinya. Guru hanyalah berfungsi sebagai mediator, fasilitor, dan teman yang membuat situasi yang kondusif untuk terjadinya konstruksi pengetahuan pada diri peserta didik.

C. Tinjauan Tentang Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran

Dokumen yang terkait

Perbandingan antara model pembelajaran cooperative learning tipe stad dengan pembelajaran konvensional dalam rangka meningkatkan hasil belajar PAI (eksperimen kelas XI SMA Negeri 3 Tangerang)

2 14 159

Pengaruh Teknik Gnt Pada Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Smp Kelas Vii Pada Konsep Organisasi Kehidupan

1 21 280

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD MENGGUNAKAN MEDIA POWER POINT TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA PADA KONSEP IKATAN KIMIA (Kuasi Eksperimen di SMA Dharma Karya UT Tangerang Selatan)

0 13 259

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe (Student Team Achievement Divisions) STAD Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa SD

1 6 165

Upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe Stad (Student Teams Achievement Division) pada pembelajaran IPS kelas IV MI Miftahul Khair Tangerang

0 13 0

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR FISIKA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA KELAS IX DI SMP NEGERI 1 TALANGPADANG

0 6 110

Peningkatan hasil belajar PKN siswa kelas IV MI Attaqwa Bekasi Utara melalui penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions)

0 5 152

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP DAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD BERBASIS LKS TERSTRUKTUR.

0 2 28

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD MENGGUNAKAN ANIMASI TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK LISTRIK DINAMIS KELAS X SEMESTER II SMA NEGERI 1 KUALA T.P. 2012/2013.

0 2 18

PENINGKATAN PEMAHAMAN BELAJAR SISWA KELAS IX SMPK NIRMALA JOPU TENTANG MATERI LISTRIK DINAMIS DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pe

0 0 162