Kajian Pustaka LANDASAN TEORI

11

BAB II LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka

1. Pembelajaran Matematika Pembelajaran sebagaimana dicantumkan pada Undang-undang No. 20 Tahun 2003, adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Definisi ini sejalan dengan maksud dari pembelajaran yakni suatu proses untuk menggali pengetahuan dan aspek-aspek tertentu pada siswa dengan adanya interaksi mengajar dan belajar. Matematika menurut Tinggih dalam Suherman, 2001, adalah ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan bernalar. Hal ini dimaksudkan bukan berarti ilmu lain diperoleh tidak melalui penalaran, akan tetapi dalam matematika lebih menekankan aktivitas dalam dunia rasio penalaran, sedangkan dalam ilmu lain lebih menekankan hasil observasi atau eksperimen disamping penalaran. Sedangkan menurut Kline dalam Runtukahu, 2013 matematika itu bukanlah pengetahuan menyendiri yang dapat sempurna karena dirinya sendiri, tetapi adanya matematika itu terutama untuk membantu manusia dalam memahami dan menguasai permasalahan sosial, ekonomi, dan alam. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Dari penjelasan tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa matematika merupakan ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan bernalar yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas, dan akurat, representasinya dengan lambang-lambang atau simbol dan memiliki arti serta dapat digunakan dalam pemecahan masalah yang berkaitan dalam kehidupan sehari hari. Selanjutnya menurut Lange dalam Hardi, 2005:19 matematika merupakan aktivitas insani human activities dan pembelajaran matematika merupakan proses penemuan kembali. Proses penemuan kembali tersebut harus dikembangkan melalui penjelajahan berbagai persoalan dunia real. Pembelajaran matematika sebaiknya dimulai dari masalah yang kontekstual. Hardi 2006:10 menyatakan bahwa masalah kontekstual dapat digali dari: 1 situasi personal siswa, yaitu yang berkenaan dengan kehidupan sehari-hari siswa, 2 situasi sekolahakademik, yaitu berkaitan dengan kehidupan akademik di sekolah dan kegiatan-kegiatan dalam proses pembelajaran siswa, 3 situasi masyarakat, yaitu yang berkaitan dengan kehidupan dan aktivitas masyarakat sekitar siswa tinggal, dan 4 situasi saintifikmatematik, yaitu yang berkenaan dengan sains atau matematika itu sendiri. Berdasarkan penjelasan tersebut peneliti menyimpulkan bahwa pembelajaran matematika adalah proses belajar mengajar dengan menggali kembali pengetahuan berdasar konteks yang ada, sehingga PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI sungguh memahami matematika sebagai cara untuk memecahkan berbagai masalah dalam kehidupan sehari-hari. 2. Penelitian dan Pengembangan Menurut Sugiyono 2016:407, penelitian dan pengembangan Reasearch and Development merupakan penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektifan produk tersebut. Borg and Gall dalam Sugiyono 2009:4 menyatakan bahwa, penelitian dan pengembangan Research and Development RD, merupakan metode penelitian yang digunakan untuk mengembangkan atau memvalidasi produk-produk yang digunakan dalam pendidikan dan pembelajaran. Berdasar kedua pendapat ahli tersebut maka peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa penelitian dan pengembangan Research and Development adalah metode penelitian yang bertujuan untuk menghasilkan produk-produk tertentu serta menguji validitas dan keefektifan produk tersebut dalam penerapannya. Menurut Sugiyono 2016:408 adapun langkah-langkah pelaksanaan strategi penelitian dan pengembangan Research and Development untuk menghasilkan produk tertentu sebagai berikut. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Gambar 2.1. Skema Penelitian dan Pengembangan Menurut Sugiyono a. Potensi dan masalah Menurut Sugiyono 2016:409, potensi adalah segala sesuatu yang bila didayagunakan akan memiliki nilai tambah. Penelitian dan pengembangan Research Development harus dimulai dengan adanya potensi. Sedangkan masalah sendiri adalah sesuatu yang timbul akibat penyimpangan dari daya guna potensi. Penyimpangan yang dimaksudkan adalah ketidaksesuaian antara yang diharapkan dengan apa yang terjadi dalam penelitian, sehingga munculnya masalah akan menjadi landasan dalam penelitian dan pengembangan Research Development. Potensi dan Masalah Pengumpulan Data Desain Produk Validasi Desain Produk Revisi Desain Produk Ujicoba Produk Revisi Produk Ujicoba Pemakaian Revisi Produk Produksi Masal b. Pengumpulan data Sugiyono 2016:411 menyampaikan bahwa setelah potensi dan masalah dapat ditunjukan secara faktual dan uptodate , maka selanjutnya perlu dikumpulkan berbagai informasi yang dapat digunakan sebagai bahan untuk perencanaan produk tertentu. Produk tersebut diharapkan dapat mengatasi masalah yang ditemukan, sehingga mengumpulkan data merupakan usaha mendapatkan informasi-informasi berkaitan dengan potensi dan masalah yang ada. Ini akan digunakan sebagai landasan dalam mengembangkan suatu produk. Pengumpulan informasi juga digunakan untuk menentukan langkah-langkah yang paling tepat serta batasan batasan dalam pengembangan produk. c. Desain produk Desain produk merupakan mewujudkan gambaran produk yang akan dihasilkan. Produk hasil dari Research Development harus bermanfaat. Desain produk dalam penelitian dan pengembangan pendidikan diharapkan dapat meningkatkan produktifitas pendidikan Sugiyono, 2016:412. Produk-produk dapat berupa perangkat pembelajaran yang dibedakan menjadi perangkat keras dan perangkat lunak. Perangkat keras meliputi alat bantu belajar, media belajar, modul, buku, dll. Sedangkan perangkat lunak meliputi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI program-progam pendidikan, pengkajian kurikulum, implementasi metode pendidikan, evaluasi pembelajaran, dsb. Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan perangkat pembelajaran dalam bentuk perangkat keras dan perangkat lunak dengan harapan dapat menunjang prestasi siswa dalam belajar dan berkontribusi besar bagi pendidikan saat ini. d. Validasi desain produk Validasi desain merupakan proses kegiatan untuk menilai apakah rancangan produk, dalam hal ini sistem kerja baru secara rasional akan lebih efektif dari yang lama atau tidak Sugiyono, 2016:414. Dikatakan secara rasional, karena validasi disini masih bersifat penilaian berdasarkan pemikiran rasional, belum fakta lapangan. Validasi produk dapat dilakukan dengan cara menghadirkan beberapa pakar atau tenaga ahli yang sudah berpengalaman untuk menilai produk baru yang dirancang tersebut. Setiap pakar diminta untuk menilai desain tersebut, sehingga selanjutnya dapat diketahui kelemahan dan kekuatannya. e. Revisi desain produk Setelah desain produk divalidasi oleh para ahli dan dijumpai kelemahan yang ada pada desain produk tersebut selanjutnya dicoba untuk dikurangi dengan cara memperbaiki atau merevisi desain produk Sugiyono, 2016:414. Peneliti berkewajiban untuk memperbaiki desain produk agar selanjutnya dapat diujicoba. f. Ujicoba produk Desain produk yang telah dibuat tidak bisa langsung diujicoba dahulu. Namun, harus dibuat terlebih dahulu untuk menghasilkan produk dalam bentuk fisik, dan produk tersebut yang kemudian diujicoba. Pengujian dapat dilakukan dengan ekperimen sehingga diperoleh informasi berkaitan keefektifan dan keefisienan produk. g. Revisi produk Jika pengujian produk pada sampel yang terbatas tersebut menunjukkan masih terdapat kekurangan, maka peneliti melakukan perevisian kembali terhadap desain produk tersebut. Agar dihasilkan produk yang baik dan dapat diterapkan di lingkup yang lebih luas. h. Ujicoba pemakaian Setelah pengujian terhadap desain produk berhasil, dan dimungkinkan hanya terdapat sedikit revisi, maka selanjutnya desain produk tersebut diterapkan dalam kondisi nyata untuk lingkup yang luas. Produk tetap harus dinilai kekurangan atau hambatan yang muncul guna untuk perbaikan lebih lanjut. i. Revisi produk Revisi produk ini adalah revisi final untuk memperbaiki kekurangan setelah di ujicoba. Pada tahapan ini lebih kepada evaluasi dan penyempurnaan desain produk. j. Produksi masal Pembuatan produk masal ini dilakukan apabila produk yang telah diujicoba dinyatakan efektif dan layak untuk diproduksi masal. Untuk dapat diproduksi masal, maka produk yang dihasilkan harus dipublikasikan kepada pengguna atau profesional melalui forum pertemuan, penulisan jurnal, buku atau handbook. 3. Paradigma Pedagogi Reflektif PPR Menurut Subagya 2008:39, Paradigma Pedagogi Reflektif PPR adalah suatu pola pikir atau paradigma dalam menumbuhkembangkan pribadi siswa menjadi pribadi yang menjunjung tinggi nilai kemanusiaan. Pola pikir yang dimaksudkan dalam membentuk pribadi kemanusiaan yakni siswa diberi pengalaman akan suatu nilai kemanusiaan, kemudian siswa difasilitasi dengan pertanyaan agar merefleksikan pengalaman tersebut, dan berikutnya difasilitasi dengan pertanyaan aksi agar siswa membuat niat dan berbuat sesuai dengan nilai tersebut. Melalui dinamika pola pikir tersebut siswa diharapkan mengalami sendiri bukan hanya mendapat informasi karena diberi tahu. Melalui refleksi diharapkan siswa yakin sendiri bukan karena patuh pada tradisiatau peraturan. Melalui aksi siswa berbuat dari kemauannya sendiri bukan karena ikut-ikutan atau takut sanksi. Pembentukan kepribadian diharapkan dilakukan sedemikian rupa sehingga siswa nantinya memiliki komitmen untuk memperjuangkan kehidupan bersamanya yang lebih adil, bersaudara, bermartabat, melestarikan lingkungan hidup, dan lebih menjamin kesejahteraan umum. Menurut Suparno 2016, Paradigma Pedagogi Reflektif PPR merupakan pendekatan atau cara guru mendampingi siswa, sehingga siswa berkembang menjadi pribadi yang utuh cerdas dan baik. Maka di dalamnya terdapat visi dan tujuan yakni nantinya siswa akan dibantu menjadi manusia seutuhnya. Berdasar penjelasan tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa Paradigma Pedagogi Reflektif PPR adalah suatu pendekatan dalam pembelajaran yang menitik beratkan pada penumbuh kembangan pengetahuan, hati, dan karakter siswa. Menurut Arrupe dalam Subagya, 2012:22 PPR memiliki tujuan menjadikan manusia utuh dalam pendidikan dapat diterjemahkan kedalam rumusan 3C Competence, Conscience, dan Compassion . Berikut penjelasan aspek Competence, Conscience, dan Compassion. a. Competence pengetahuan Competence berarti menguasai ilmu pengetahuan atau keterampilan sesuai bidangnya. Secara sederhana setelah siswa mendalami dan mengolah apa yang dipelajari, maka aspek kognitif pada siswa akan berkembang. Kemudian, secara lebih mendalam tidak hanya aspek kognitif yang berkembang, aspek lain seperti aspek afektif dan psikomotoriknya juga ikut berkembang setelah siswa mau melakukan sesuatu hal berdasar akibat dari pengetahuan yang bertambah. b. Consience hati nurani Maksud dari conscience adalah siswa akan memiliki sikap selektif pada apa yang baik dan tidak baik dalam belajarnya. Selanjutnya siswa akan memiliki keberanian mengambil keputusan yang benar. Dengan demikian siswa akan mengasah kepekaan hati untuk cenderung memilih yang baik dari yang sudah dipelajarinya. c. Compassion bela rasa Compassion merupakan kepekaan hati yang akan mengarahkan siswa pada sikap peduli dan peka terhadap lingkungan, sosial dan kehidupan masyarakat di sekitarnya. Compassion pada proses pembelajaran oleh siswa ditunjukan pada sikap siswa untuk mau saling membantu satu sama lain. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Dengan demikian dalam pembelajaran berbasis PPR, siswa sungguh dibantu agar menjadi cerdas menguasai ilmunya dan menjadi orang yang berkarakter baik memiliki suara hatihati nurani dan bela rasa pada orang lain. Pengintegrasian antara penguasaan pengetahuan dan karakter sungguh muncul dalam pembelajaran berbasis PPR. Selanjutnya dalam pembelajaran berbasis PPR memiliki dinamika pembelajaran yang berkesinambungan, yakni: Gambar 2.2. Siklus dinamika PPR menurut Subagya a. Konteks Konteks dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang terlibat dalam pembelajaran. Konteks akan memberikan pilihan membantu atau menghalangi proses pembelajaran dan perkembangan siswa. Adanya kehadiran konteks memberi pijakan siswa untuk kesuksesan belajarnya. b. Pengalaman Pengalaman merupakan segala sesuatu yang dialami oleh siswa. Baik berupa pengalaman dari guru kepada siswa, maupun pengalaman yang ditekuni oleh siswa tersebut dan menjadi miliknya sendiri. Dengan adanya pengalaman pada Konteks Pengalaman Refleksi Aksi Evaluasi siswa, diharapkan siswa dapat mengembangkan pengalaman tersebut menjadi suatu pengetahuan. Pengalaman pada penelitian ini menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing. c. Refleksi Refleksi diawali dengan merasakan segala proses yang sudah dilalui. Kemudian siswa dapat menuliskannya sebagai perwujudan perenungan makna pengalaman. Selain itu refleksi juga dapat berupa pengisian kuesioner atau wawancara sesuai keadaan yang dialami selama proses pembelajaran. d. Aksi Aksi merupakan tingkah laku tindakan dapat berupa batin maupun psikomotorik. Segala sesuatu pada proses aksi akan mengarahkan siswa menggunakan hasil refleksinya untuk melakukan suatu tindakan. Sejatinya, pada tahapan aksi diharap siswa melakukan perubahan tingkah laku tindakan menjadi lebih baik. Aksi berupa batin maupun psikomotorik yang positif akan berdampak baik pada lingkungan sekitar.

e. Evaluasi

Evaluasi adalah suatu cara menilai apakah proses pengalaman, refleksi dan aksi sudah optimal dilaksanakan. Jika hasil evaluasi diperoleh perubahan aspek competence, conscience, dan compassion siswa adalah baik. Maka dapat diartikan rangkaian proses pengalaman, refleksi, dan aksi sudah optimal. 4. Inkuiri terbimbing Menurut Mulyatiningsih 2011:235 inkuiri terbimbing adalah model pembelajaran yang digunakan guru dalam membimbing siswa untuk menemukan pengertian baru, mengamati, dan memperoleh pengetahuan berdasarkan pengalaman belajar mereka sendiri. Model pembelajaran inkuiri terbimbing mengarahkan siswa belajar secara aktif dan kreatif untuk mencari pengetahuan. Anam 2016:92 memaparkan bahwa model pembelajaran inkuiri memuat perencanaan, respon siswa, memproses, menciptakan, berbagi, evaluasi dan refleksi. Hal ini sejalan dengan penerapan PPR, maka model inkuiri terbimbing dapat diterapkan pada tahapan pengalaman PPR. Tujuannya adalah pengoptimalan perolehan pengalaman siswa dalam belajar matematika. Berikut dijelaskan menurut anam tentang proses model pembelajaran inkuiri terbimbing. Gambar 2.3. Model Pembelajaran Inkuiri menurut Anam REFLEKSI Respon Siswa Mem- proses Berbagi Evaluasi Peren- canaan Men- ciptakan a. Perencanaan Perencanaan yang baik akan menjadi pegangan dan patokan, meski tidak menutup kemungkinan bahwa perencanaan tersebut mengalami perubahan di tengah jalan. Adapun tiga hal yang peru diperhatikan dalam menyusun perencanaan: menyusun ide-ide terbaru, membuat daftar kesepakatan atau kontrak belajar dengan siswa, mengubah tampilan ruang belajar kelas. b. Mendorong siswa untuk memberikan respon Respon dari siswa harus dimaknai sebagai indikasi bahwa proses pembelajaran sedang berjalan dengan sangat baik. Siswa berhasil untuk menerima, merencana, mengolah, dan menyampaikan pendapat mereka terkait dengan materi yang disampaikan. Hal yang dapat dilakukan untuk menggali respon dari siswa adalah: membangun suasana, memberi pertanyaan- pertanyaan spontan, tidak terburu-buru memberi jawaban. c. Memproses seluruh informasi yang terkumpul Proses pembelajaran merupakan kondisi dimana banyak informasi yang tergali, baik yang berasal dari buku pelajaran, maupun dari proses diskusi yang dilakukan. Penting pula memperhatikan pengemasan dan pengolahan informasi dalam suatu bentuk tertentu, sebab akan membuatnya menjadi aplikatif. d. Menciptakan penemuan baru Mendorong dan membimbing siswa melakukan interpretasi atas tiap opini atau teori yang mereka terima akan membantu siswa untuk bukan saja mengenali, tetapi juga mengerti kegunaan dan arti pentingnya teori dalam kehidupan nyata. e. Berbagi Mengingat dasar utama dari proses pembelajaran adalah berbagi, maka semua pendapat yang muncul dari proses pembelajaran memiliki keunggulan masing-masing selama masih dilandasi dengan data data yang akurat. f. Evaluasi Dalam pembelajaran berbasis inkuiri, tujuan utama melakukan evaluasi adalah menggali lebih dalam masukan-masukan atau pendapat pendapat yang dirasa kurang tergali dalam proses pembelajaran. g. Refleksi Refleksi adalah sebuah sesi dimana materi pelajaran, proses pembelajaran dan seluruh pernak-pernik peristiwa yang muncul selama proses pembelajaran berlangsung diinternalisasikan untuk menemukan arti penting dan makna dari pembelajaran tersebut. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Adapun menurut Sanjaya 2008:202 yang menyatakan pembelajaran inkuiri terbimbing mengikuti langkah-langkah sebagai berikut. a. Orientasi Pada tahap ini guru melakukan langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang kondusif. Hal yang dilakukan dalam tahap orientasi ini. 1. Menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa. 2. Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan. Pada tahap ini dijelaskan langkah-langkah inkuiri serta tujuan setiap langkah, mulai dari langkah merumuskan masalah sampai dengan merumuskan kesimpulan. 3. Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar. Hal ini dilakukan dalam rangka memberikan motivasi belajar siswa. b. Merumuskan masalah Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk memecahkan teka-teki itu. Teka-teki dalam rumusan masalah tentu ada jawabannya, dan siswa didorong untuk mencari jawaban yang tepat. Proses mencari jawaban itulah yang sangat penting dalam pembelajaran inkuiri, oleh karena itu melalui proses tersebut siswa akan memperoleh pengalaman yang sangat berharga sebagai upaya mengembangkan mental melalui proses berpikir. c. Merumuskan hipotesis Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk mengembangkan kemampuan menebak berhipotesis pada setiap anak adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk dapat merumuskan jawaban sementara atau dapat merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan yang dikaji. d. Mengumpulkan data Mengumpulkan data adalah aktifitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam pembelajaran inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan intelektual. Proses pemgumpulan data bukan hanya memerlukan motivasi yang kuat dalam belajar, akan tetapi juga membutuhkan ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi berpikirnya. e. Menguji hipotesis Menguji hipotesis adalah menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Menguji hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan berpikir rasional. Artinya, kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, akan tetapi harus didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan. f. Merumuskan kesimpulan Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Untuk mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa data mana yang relevan. Pengalaman dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing ini dapat diterapkan pada tahap pengalaman PPR dan berdampak baik pada siswa. Siswa mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai matematika dan akan lebih tertarik terhadap matematika, jika mereka dilibatkan secara aktif dalam “melakukan” penyelidikan. Penyelidikan difokuskan untuk memahami konsep-konsep matematika dan meningkatkan keterampilan proses berpikir ilmiah siswa. Sehingga diyakini bahwa pemahaman konsep merupakan hasil dari proses berpikir ilmiah tersebut. Pada penelitian ini model PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI pembelajaran inkuiri terbimbing yang digunakan adalah menurut Sanjaya. Menurut peneliti berdasar penjelasan diatas, pembelajaran dengan model inkuiri terbimbing adalah model pembelajaran dengan tahapan penemuan untuk menemukan jawaban terhadap masalah secara terbimbing. Pembelajaran dengan model inkuiri terbimbing berupaya menanamkan dasar-dasar berpikir ilmiah pada diri siswa, sehingga dalam proses penggalian pengalaman ini siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kreativitas dalam memecahkan masalah. Siswa benar-benar ditempatkan sebagai subjek yang belajar, peranan guru dalam pembelajaran dengan pendekatan inkuiri terbimbing adalah sebagai pembimbing dan fasilitator. 5. Segiempat Menurut Smith p ada bukunya „Plane Geometry‟ 1956:161 menjelaskan segiempat merupakan salah satu segi banyak konvek bersisi empat. Deskripsi segiempat menurut Murdanu 2003:18 adalah gabungan empat ruas garis yang tertentu oleh empat buah titik dengan setiap tiga buah titik tidak segaris, yang sepasang- sepasang bertemu pada ujung ujungnya dan setiap ruas garis pasti bertemu dengan dua ruas garis lain yang berbeda. Berdasar penjelasan diatas peneliti menyimpulkan segiempat adalah bangun datar segi banyak konkav yang terbentuk dari empat segmen garis dan titiknya tidak kolinear. Segiempat yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah segiempat beraturan yang meliputi persegi panjang, persegi, trapesium, jajargenjang, belah ketupat, dan layang-layang. Ada pun pengertian dari segiempat tersebut menurut Mahmudi 2010: 5-7 tersaji dalam Tabel 2.1 berikut. Tabel 2.1. Pengertian Segiempat Khusus No Jenis Bangun Segiempat Pengertian Bentuk 1. Trapesium Segiempat yang memiliki tepat sepasang sisi sejajar. 2. Jajargenjang Segiempat yang sepasang – sepasang sisi yang berhadapan sejajar. 3. Persegi panjang Jajargenjang yang salah satu sudutnya siku siku. 4. Belah ketupat Jajargenjang yang sepasang sisi yang berdekatan kongruen. 5. Persegi Persegi panjang yang sepasang sisinya yang berdekatan kongruen. Dapat pula didefinisikan, persegi adalah belah ketupat yang salah satu sudutnya siku-siku. 6. Layang-layang Segiempat yang salah satu diagonalnya berimpit dengan sumbu diagonal yang lain. Sifat sifat segiempat menurut Soedjadi dan Moesono 1996, terangkum dalam Tabel 2.2. berikut. Tabel 2.2. Sifat sifat Segiempat No Sifat sifat Jg Pp Bk Ps Ly Tr Sg4 1. Setiap pasang sisi berhadapan sejajar √ √ √ √ - - - 2. Setiap pasang sisi berhadapan sama panjang √ √ √ √ - - - 3. Semua sisinya sama panjang - - √ √ - - - 4. Tepat sepasang sisi sejajar - - - - - √ - 5. Tepat dua pasang sisi berdekatan sama panjang - - - - √ - - 6. Setiap pasang sudut berhadapan sama besar √ √ √ √ - - - 7. Tepat sepasang sudut berhadapan sama besar - - - - √ - - 8. Setiap dua sudut berdekatan berjumalah 180 √ √ √ √ - - - 9. Jumlah semua sudutnya 360 √ √ √ √ √ √ √ 10. Kedua diagonalnya saling membagi dua sama panjang √ √ √ √ - - - 11. Kedua diagonalnya saling berpotongan di tengah √ √ √ √ - - - 12. Kedua diagonal membagi sudut di hadapannya menjadi dua saama besar √ √ √ √ - - - 13. Tepat satu diagonal membagi sudut di hadapannya menjadi dua sama besar - - - - √ - - 14. Kedua diagonalnya berpotongan tegak lurus - - √ √ √ - - 15. Kedua diagonalnya sama panjang - √ - √ - - - 16. Setiap sudutnya siku siku - √ - √ - - - Keterangan: Jg: Jajargenjang, Pp: Persegi panjang, Bk: Belah ketupat Ps: Persegi, Ly: Layang-layang, Tr: Trapesium, Sg4: Segi empat secara umum, √ : iya, dan - : tidak. Selain sifat-sifatnya, dalam segiempat juga mengenal istilah keliling dan luas bangun datar segiempat. Menurut Ali 2010:8 keliling bangun datar segiempat adalah jumlah ukuran sisi bangun segiempat tersebut. Sedangkan luas segiempat yang dimaksudkan adalah luas daerah segiempat. Adapun rumus keliling dan luas segiempat dijelaskan dalam Tabel 2.3. berikut. Tabel 2.3. Rumus Keliling dan Luas Bangun Datar Segiempat No Jenis Bangun Segiempat Keliling Luas 1. Persegi Panjang 2 l p K    l p L   2. Persegi s K   4 2 s L  3. Trapesium d c b a K     t c a L     2 1 4. Jajargenjang d c b a K     t a L   5. Belah ketupat s K   4 2 1 2 1 d d L    6. Layang-layang 2 b a K    2 1 2 1 d d L    Keterangan: p = panjang l = lebar s = panjang sisi a, b, c, d = panjang sisi t = tinggi d 1 , d 2 = panjang diagonal 6. Perangkat pembelajaran Menurut permendikbud No. 65 tahun 2013 tentang standar proses pendidikan dasar dan menengah menyebutkan bahwa penyusunan perangkat pembelajaran merupakan bagian dari perencanaan pembelajaran. Perencanaan pembelajaran dapat dirancang dalam betuk silabus dan RPP yang mengacu pada standar isi. Selain itu, dalam perencanaan pembelajaran juga dilakukan penyiapan media atau alat peraga dan sumber belajar, perangkat penilaian, dan skenario pembelajaran. Suparno 2002 mengemukakan sebelum guru mengajar tahap persiapan, guru diharapkan mempersiapan bahan yang mau diajarkan, mempersiapkan alat peraga yang akan digunakan, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI mempersiapkan pertanyaan dan arahan untuk memancing siswa aktif belajar, mempelajari keadaan siswa, mengerti kelemahan dan kelebihan siswa, serta memelajari pengetahuan awal siswa, semua ini akan tertuang pelaksanaannya di dalam perangkat pembelajaran. Perangkat pembelajaran yang diperlukan dalam mengelola proses pembelajaran meliputi: Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP, Lembar Kerja Siswa LKS, bahan ajar, instrumen penilaian, media pembelajaran danatau alat peraga pembelajaran. a. Silabus Silabus pada dasarnya merupakan garis besar program pembelajaran. Departemen Pendidikan Nasional 2008:16 mendefenisikan silabus sebagai rencana pembelajaran pada satu danatau kelompok mata pelajarantema tertentu yang mencakup standar isi, kompetensi dasar, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar. Silabus pada penelitian ini dikembangkan berbasis PPR dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing. Berikut format silabus yang dibuat peneliti. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP Trianto 2010:214 mengemukakan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP adalah panduan langkah-langkah yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran. Sehingga RPP merupakan rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar isi dan SILABUS Mata Pelajaran : MATEMATIKA Satuan Pendidikan : Kelas : VII Alokasi Waktu : KOMPETENSI INTI KI-1 : Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya KI-2 : Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli toleransi, gotong royong, santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya. KI-3 : Memahami pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata. KI-4 : Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat dan ranah abstrak menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandangteori. KD Materi Kegiatan Pembelajaran Karakter Indikator Penilaian Alokasi Waktu Media  Konteks  Pengalaman  Refleksi  Aksi  Evaluasi  Consience  Compassion Sumber belajar: dijabarkan dalam silabus. RPP pada penelitian ini dikembangkan menggunakan PPR dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing yang memuat tahapan konteks, pengalaman, refleksi, aksi dan evaluasi. Berikut desain RPP yang dirancang peneliti . RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Sekolah : Mata Pelajaran : KelasSemester : Alokasi Waktu : Standar Kompetensi :

A. Kompetensi Inti

B. Kompetensi Dasar C. Indikator 1. Competence Pengetahuan

2. Consience Suara Hati

3. Compassion Kepedulian D. Tujuan Pembelajaran 1. Competence Pengetahuan

2. Consience Suara Hati

3. Compassion Kepedulian E. Materi Pembelajaran F. Nilai Kemanusiaan G. Pendekatan dan Metode Pembelajaran H. Strategi Pembelajaran 1. Konteks 2. Pengalaman a. Orientasi b. Merumuskan Masalah c. Merumuskan Hipotesis d. Mengumpulkan Data e. Menguji Hipotesis f. Merumuskan Kesimpulan 3. Refleksi 4. Aksi 5. Evaluasi I. Media Pembelajaran J. Sumber, Alat, dan Bahan Pembelajaran K. Penilaian c. Bahan ajar Bahan ajar menurut Akbar 2013:33 bahan ajar adalah buku panduan yang digunakan sebagai rujukan standar pada mata pelajaran tertentu, dan memiliki ciri-ciri: 1 terdapat sumber materi ajar; 2 dapat digunakan sebagai referensi baku untuk mata pelajaran tertentu; 3 tersusun sistematis dan sederhana; 4 disertai dengan petunjuk pembelajaran. Bahan ajar digunakan siswa sebagai panduan siswa untuk belajar di kelas maupun secara mandiri sesuai pendekatan PPR. Bahan ajar pada penelitian ini dikembangkan dengan PPR dan pada pengalaman digunakan model inkuiri terbimbing. d. Lembar Kerja Siswa LKS Menurut Trianto 2010:222 Lembar Kegiatan Siswa LKS adalah panduan yang digunakan siswa untuk menyelidiki dan memecahkan suatu masalah. Komponen dalam LKS terdiri atas indikator hasil belajar, petunjuk LKS, dan kegiatan belajar siswa. LKS dirancang dengan menerapkan pendekatan PPR, sehingga siswa difasilitasi untuk menemukan konsep materi BAHAN AJAR Konteks Pengalaman Bangun datar segi empat Sifat sifat bangun datar segi empat Rumus keliling dan luas segi empat Refleksi Aksi Evaluasi secara mandiri dan selanjutnya mengembangkannya. Berikut format LKS yang peneliti kembangkan. e. Instrumen Penilaian Menurut Akbar 2013:88 penilaian pembelajaran adalah proses memberikan nilai berdasar hasil pengukuran dengan kualitas nilai tertentu. Penilaian berdasarkan hasil evaluasi, hasilnya disebut dengan sangat tinggi, tinggi, rendah, dan sangat rendah atau dengan sebutan lain seperti baik sekali, baik, cukup, kurang, dan kurang sekali. Pada penelitian ini instrumen penilaian yang dikembangkan digunakan untuk menilai aspek competence, conscience, dan compassion. 1 Penilaian competence Menurut Suparno 2015:91 penilaian competence dapat berupa tes tertulis tes esai dan tes obyektif, tes lisan, dan membuat paper. Pengembangan penilaian competence LEMBAR KEGIATAN SISWA Mata Pelajaran : MATEMATIKA Kelas : VII Materi Pelajaran : Alokasi Waktu : Alat Peraga : A. Petunjuk Pelaksanaan B. Tujuan C. Kegiatan Belajar Mencakup Konteks, Pengalaman, Refleksi, dan Aksi pada penelitian ini menggunakan tes tertulis. Berikut format penilaian competence yang dibuat peneliti. 2 Penilaian conscience Penilaian conscience Suparno, 2015:94 dapat mengunakan cara jurnal reflektif, tulisan bebas, mengumpulkan refleksi, dan observasi. Penilaian conscience yang dikembangkan padapenelitian ini menggunakan cara observasi terhadap sikap tanggung jawab dan teliti. a Antusias Antusias dalam pembelajaran menurut Rukmi, 2011:19 adalah gairah atau sikap menerima pembelajaran dengan bersemangat. Maka peneliti menyimpulkan antusias siswa merupakan suatu sikap positif yang timbul terhadap pembelajaran. Penilaian Competence Materi : Indikator : No Nama Nilai Nilai final Tugas Ulangan Harian 1 Ulangan Harian 2 b Tanggung jawab Tanggung jawab Lewis, 2004:385 mendefenisikan sebagai kesediaan seseorang untuk mengerjakan tugasnya dengan sebaik-baiknya dan segala konsekuensi yang menyertainya. Peneliti menyimpulkan bahawa tanggung jawab adalah usaha untuk menyelesaikan tugas dengan baik. c Teliti Teliti merupakan bagian dari sikap merespon yang masih tertutup terhadap suatu objek Notoadmodjo, 2003. Sikap teliti diperlukan dalam pembelajaran agar siswa terhindar dari hal ceroboh. Ketelitian sangat diperlukan dalam pembelajaran matematika, karena hampir semua perhitungan dalam belajar matematika diperlukan ketelitian. Penilaian Consience No Nama Antusias TB KB C B SB No Nama Tanggung jawab TB KB C B SB No Nama Teliti TB KB C B SB Keterangan : TB = Tidak Baik KB = Kurang Baik C = Cukup B = Baik SB = Sangat Baik 3 Penilaian compassion Penilaian compassion Suparno, 2015:95 dapat mengunakan cara bermain peran, jurnal reflektif, tulisan bebas dan observasi. Penilaian compassion yang dikembangkan pada penelitian ini menggunakan cara observasi terhadap sikap kerjasama, peduli, dan saling menghargai. a Kerjasama Menurut Nurhidayati dalam Purnomo,2015:9 mendefenisikan kerjasama merupakan keinginan untuk bekerjasama dengan orang lain secara kooperatif dan menjadi bagian dari kelompok. Peneliti mengungkapkan gagasan yang sama terkait pengertian kerjasama yakni berusaha untuk ambil bagian dalam kelompok. b Peduli Pupuh dalam Fransisca,2015:22 menjelaskan bahwa peduli merupakan sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bagi orang lain. Peneliti sependapat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI dengan pengertian tersebut, bahwa peduli merupakan sikap memberi mau menolong orang lain. c Saling menghargai Menurut Johnson dalam Tri, 2010:10 saling menghargai merupakan salah satu sikap ketrampilan sosial dalam berinteraksi dengan orang lain. Saling menghargai dalam berdiskusi dapat berupa mau mendengarkan pendapat orang lain, tidak memaksakan kehendak, dan mau menerima solusi. Penilaian Compassion No Nama Peduli TB KB C B SB No Nama Saling Menghargai TB KB C B SB No Nama Kerjasama TB KB C B SB Keterangan : TB = Tidak Baik KB = Kurang Baik C = Cukup B = Baik SB = Sangat Baik f. Alat peraga Alat peraga pembelajaran merupakan alat bantu yang dapat digunakan siswa saat pembelajaran sebagai bantuan menemukan dan memahami konsep. Biasanya alat peraga pembelajaran didesain menarik agar siswa tertarik dan antusias dalam belajar. Berikut alat peraga yang dibuat oleh peneliti. Gambar 2.3. Alat Peraga B. Penelitian yang Relevan Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian yang diteliti oleh peneliti adalah sebagai berikut. 1. Penelitian yang berjudul “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Menggunakan Paradigma Pedagogi Reflektif yang Mengakomodasi Teori Van Hiele Pada Pokok Bahasan Balok di Kelas VIIIE SMP Negeri 1Yogyakarta” oleh Prabaningrum 2016. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan adalah silabus, RPP, LKS, bahan ajar, dan penilaian. Kualitas produk yang dihasilkan memperoleh skor 4,14 dengan kategori baik. Penelitian tersebut relevan dengan penelitian ini, yakni pengembangan perangkat pembelajaran menggunakan PPR. 2. Penelitian yang berjudul “Pengembangan Media Pembelajaran Matematika Berbentuk Permainan Multimedia Interaktif pada Pokok Bahasan Segiempat untuk Siswa SMP kelas VII” oleh Yuliania 2014. Penelitian tersebut mengembangkan media pembelajaraan dengan topik bahasan segiempat. Kualitas produk yang dihasilkan berkategori baik. Penelitian tersebut relevan dengan penelitian ini, yakni mengembangkan perangkat pembelajaran pada materi segiempat. 3. Penelitian yang berjudul “Analisis Implementasi Model Pembelajaran Pembelajaran Pedagogi Reflektif PPR Berdasarkan Unsur Competence, Conscience, dan Compassion siswa”. Penelitian tersebut adalah penelitian kualitatif dengan hasil bahwa model pembelajaran PPR menunjukan bahwa unsur 3C menunjukan hasil yang memuaskan. Penelitian tersebut relevan dengan penelitian ini, yakni pembelajaran PPR berdasarkan unsure competence, conscience, dan compassion. Berdasarkan hasil ketiga penelitian yang dipaparkan, ketiganya relevan dengan pengembangkan perangkat pembelajaran berbasis PPR yang akan dibuat peneliti. Pengembangan perangkat pembelajaran berbasis PPR dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi segiempat ini memperhatikan aspek competence, conscience, dan compassion.

C. Kerangka Berpikir

Dokumen yang terkait

ANALISIS IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF (PPR).

0 3 29

Pengembangan perangkat pembelajaran matematika berbasis Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) berdasarkan aspek competence, conscience, dan compassion dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing pada pokok bahasan segiempat di kelas VIIA SMP Negeri 1 Yogyak

0 1 390

Implementasi paradigma pedagogi reflektif dalam pembelajaran matematika untuk meningkatkan competence, conscience, dan compassion mahasiswa.

1 1 11

Penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) dalam pembelajaran materi uang dan perbankan untuk meningkatkan Competence, Conscience, dan Compassion (3C) siswa kelas XC SMA Negeri I Kasihan Bantul.

3 26 221

Analisis implementasi model pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) berdasarkan unsur competence-conscience-compassion siswa.

0 0 14

Penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) dalam pembelajaran materi pendapatan nasional untuk meningkatkan competence, conscience, dan compassion siswa kelas XC SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu.

0 15 256

Penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) dalam pembelajaran tematik untuk meningkatkan Competence, Conscience dan Compassion (3C) peserta didik kelas II SD Kanisius Kenteng semester 2 - USD Repository

0 6 240

Penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) dalam pembelajaran tematik untuk meningkatkan competence, conscience, dan compassion peserta didik kelas III SD Kanisius Kenteng - USD Repository

0 1 140

Penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) dalam pembelajaran tematik untuk meningkatkan Competence, Conscience, dan Compassion (3C) peserta didik kelas III SD Kanisius Kembaran tahun pelajaran 2010/2011 - USD Repository

0 0 168

Penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) dalam pembelajaran materi pendapatan nasional untuk meningkatkan competence, conscience, dan compassion siswa kelas XC SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu - USD Repository

0 1 254