Penyiapan Ekstrak Keladi Tikus

Merapi Farma, Yogyakarta. Jumlah serbuk yang didapatkan dalam penelitian ini adalah sebanyak 25 gram. Maserasi dilakukan untuk mendapatkan zat-zat aktif yang terdapat dalam daun keladi tikus. Maserasi merupakan salah satu cara penyarian yang sederhana yaitu simplisia direndam dengan cairan penyari yang akan menarik senyawa aktif yang terkandung di dalam daun. Prinsip maserasi yaitu adanya perpindahan massa dari sel simplisia ke dalam cairan penyari mengikuti derajat konsentrasi. Maserasi merupakan ekstraksi tanpa pemanasan, sehingga cocok digunakan untuk ekstraksi senyawa-senyawa yang sensitif pada suhu tinggi. Maserasi dapat dilakukan dengan atau tanpa adanya penggojogan. Apabila maserasi yang dilakukan berupa tanpa penggojogan, maserasi berlangsung selama seminggu. Pada penelitian ini metode maserasi yang dipilih adalah maserasi dengan penggojogan selama 48 jam. Setelah 24 jam, cairan penyari diganti dengan yang baru dan ditampung, hal ini dilakukan untuk menghindari kejenuhan senyawa di dalam cairan penyari. Kecepatan maserasi yang digunakan adalah 150 rpm, karena pada kecepatan tersebut semua serbuk dalam wadah sudah dapat teraduk dan terjadi kontak yang terus menerus dengan cairan penyari. Hasil maserasi kemudian disaring agar terpisah dari serbuk, kemudian ditampung dan dipekatkan dengan rotary evaporator dengan suhu 77,1 C yang merupakan titik didih etil asetat. Ekstrak kental yang didapatkan dimasukkan kedalam cawan porselen dan dipanaskan diatas water bath dan diuji bobot tetapnya. Bila tidak ada perubahan bobot dalam jangka waktu tertentu, diperkirakan bahwa cairan penyari yaitu etil asetat sudah tidak terdapat di dalam ekstrak kental. Hal ini perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya bias, karena kemungkinan yang menyebabkan kematian sel bukanlah ekstraknya tetapi pelarut yang tertinggal.

B. Uji Sitotoksik Ekstrak Etil Asetat Daun Keladi Tikus terhadap Sel

Kanker WiDr Daya antikanker ekstrak etil asetat daun keladi tikus terhadap sel kanker kolon WiDr dalam penelitian ini diketahui melalui pengujian efek ekstrak terhadap sel kanker kolon WiDr dengan melihat korelasi antara log konsentrasi ekstrak dan viabilitas sel. DMSO dipilih sebagai pelarut ekstrak karena telah digunakan secara luas dan tidak mempengaruhi pertumbuhan sel ataupun bersifat sitotoksik. Hal ini telah diteliti oleh Violante, Zerrouk, Richard, Provot, Chaumeil, and Arnaud 2005 yang meneliti tentang daya sitotoksik DMSO terhadap sel tumor kolon CaCo 2 dan hasilnya tidak ditemukan efek sitotoksik terhadap sel dengan kadar DMSO 10. Menurut Sarir 2005, kematian sel yang terjadi setelah penambahan DMSO diakibatkan karena nutrisi dalam media telah habis atau kepadatan sel yang terlalu rapat. Biakan sel kanker kolon WiDr ditumbuhkan dalam media kultur yang mengandung antibiotik penisilin-streptomisin, dan antifungal Fungizone untuk mencegah terjadinya kontaminasi akibat bakteri dan jamur, FBS yang mengandung hormone yang mampu memacu pertumbuhan sel dan juga berperan dalam transport protein, mineral, dan lemak, dan RPMI yang berfungsi untuk menyediakan nutrient untuk pertumbuhan sel yaitu asam amino, vitamin, garam- garam anorganik dan glukosa agar sel dapat tumbuh dengan baik Freshney, 2011. Orientasi dalam uji MTT dilakukan untuk menentukan rentang konsentrasi sampel yang akan digunakan. Orientasi dilakukan dengan empat rentang konsentrasi yang berbeda. Rentang konsentrasi yang pertama adalah 10.000; 1000; 100; 10; 10; 1; 0,1; 0,01. Ekstrak yang terlalu pekat pada konsentrasi tertinggi pada rentang ini menyebabkan terbacanya absorbansi ekstrak oleh ELISA reader. sehingga hasilnya tidak valid dan kemudian dilakukan orientasi dengan rentang konsentrasi kedua yang lebih rendah yaitu 5000; 1000; 100; 10; 1; 0,1; 0,01. Hasil yang didapatkan pada rentang konsentrasi ini masih tidak valid karena ekstrak masih terlalu pekat sehingga absorbansinya terbaca oleh ELISA reader . Rentang konsentrasi ketiga dalam penelitian ini dari yang terkecil sampai terbesar adalah 1; 10; 400; 100; 1000; 1200; dan 1500 gmL. Pada rentang ini masih terdapat ekstrak yang terbaca absorbansinya, tetapi tidak sebesar konsentrasi sebelumnya. Konsentrasi ini dipilih agar kurva antara viabilitas sel dan log konsentrasi ekstrak yang terbentuk berupa kurva sigmoid, yang menggambarkan aktivitas enzim suksinat dehidrogenase Gambar 6. Metode MTT dilakukan untuk mengetahui pengaruh ekstrak etil asetat daun keladi tikus terhadap viabilitas sel kanker kolon. Metode ini dipilih karena sensitif, relatif cepat dan mudah dilakukan Sieuwerts et al, 1995. Pencucian suspensi sel dengan PBS dilakukan setelah perlakuan sampel uji terhadap suspensi sel dan telah diinkubasikan selama 24 jam. Proses metabolisme oleh enzim suksinat

Dokumen yang terkait

Efek Imunostimulator Ekstrak Etanol Umbi Keladi Tikus (Typhonium flagelliforme (Lodd) Blume.) terhadap Respon Hipersensitivitas Tipe Lambat Dan Titer Antibodi Sel Imun Mencit Jantan

3 29 82

Aktivitas Protein Umbi Sebagai Antiproliferasi Sel Kanker Mcf 7 Dan Karakterisasi Lektin Umbi Dari Keladi Tikus (Typhonium Flagelliforme

0 11 68

UJI SITOTOKSIK EKSTRAK ETANOL DAUN KELADI TIKUS (Typhonium flagelliforme L), KEMANGI (Ocimum Uji Sitotoksik Ekstrak Etanol Daun Keladi Tikus (Typhonium Flagelliforme L), Kemangi (Ocimum Sanctum L) Dan Pepaya (Carica Papaya L) Terhadap Sel Hela.

0 2 13

Daun keladi tikus (Typhonium flagelliforme (Lodd.) Blume) sebagai agen kemopreventif terhadap sel kanker serviks (HeLa) melalui regulasi Bcl-2.

0 1 49

Daun keladi tikus (Typhonium flagelliforme (Lodd.) Blume) sebagai agen kemopreventif terhadap sel kanker serviks (HeLa) melalui regulasi Bcl 2

0 2 47

Efek Ekstrak Etanol Daun Keladi Tikus (Typhonium flagelliforme Lodd.) pada Invasi Sel Kanker Lidah Manusia (SP-C1) in vitro | Zakiyana | Jurnal Mutiara Medika 1579 4347 1 PB

0 0 7

Daya Hambat Ekstrak Etanol Daun Keladi Tikus (Typhonium flagelliforme Lodd.) terhadap Proliferasi Sel Kanker Lidah Manusia (Sp-c1) secara In Vitro | Harhari | Jurnal Mutiara Medika 922 2656 2 PB

0 6 5

Efek Ekstrak Tanaman Keladi Tikus [Typhonium flagelliforme (Lodd.) Blume] Terhadap Eritema pada Tikus Putih Betina oleh Radiasi Alat Modifikasi UV 04-08 - Ubaya Repository

0 0 2

UJI AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL 50°/o UMBI KELADI TIKUS (TYPHONIUM FLAGELLIFORME (LOOD) Bl) TERHADAP SEL KANKER PAYUDARA MCF-7 IN VITRO

0 0 6

Aktivitas sitotoksik fraksi etil asetat daun mulwo (Annona reticulata L.) terhadap sel kanker kolon WiDr - USD Repository

0 1 86