Uji Apoptosis Ekstrak Etil Asetat Daun Keladi Tikus dengan Metode
oleh etidium bromida lebih dominan daripada yang ditimbulkan akridin oranye, sehingga pada sel yang mengalami nekrosis berwarna merah sedangkan sel yang
mengalami apoptosis berwarna oranye kemerahan. Sel yang masih hidup berwarna hijau merata, sedangkan sel yang mengalami apoptosis memiliki warna
oranye terfragmentasi yang menandakan bahwa sel mengalami fase late apoptosis atau berwarna hijau seperti sel hidup namun terdapat warna kekuningan di bagian
tengah sel yang berarti terdapat kondensasi kromatin yang menandakan sel mengalami fase early apoptosis. Sel yang berwarna merah merata adalah sel yang
mengalami nekrosis Gambar 8.
A B
C
Gambar 8. Hasil Uji Double Staining Ekstrak Keladi Tikus. Kontrol sel A, Perlakuan
dengan ekstrak keladi tikus 102 µgmL B, Perlakuan dengan Doksorubisin 21 µgmL C
Apoptosis Nekrosis Sel Hidup
Konsentrasi yang digunakan dalam uji ini adalah sesuai dengan nilai IC
50
yang didapatkan pada uji MTT yaitu 102 µgmL untuk ekstrak etil asetat daun keladi tikus dan 21 µM untuk doksorubisin. Uji double staining merupakan uji
kualitatif, namun dapat dijadikan sebuah uji semi-kuantitatif, dengan pengambilan beberapa layang pandang yaitu tiga buah foto gambaran keadaan sel tiap satu
preparat, yang dianggap mewakili seluruh keadaan sel dalam preparat tersebut.
Pembacaan hasil dilakukan dengan bantuan blind reader. Sebanyak tiga orang pengamat diminta untuk menghitung jumlah sel yang mengalami apoptosis,
nekrosis dan sel yang masih hidup pada foto sel, tanpa mengetahui perlakuan yang diberikan terhadap sel yang diamati. Tabel I menunjukan bahwa sebanyak
65.275±1.27 sel mengalami apoptosis. Hal ini menunjukan bahwa ekstrak etil asetat daun keladi tikus pada IC
50
102 gmL menginduksi terjadinya apoptosis,
meskipun tidak sebesar Doksorubisin yaitu sebesar 92.916±2.204 Menurut Mohan, et al. 2010 ekstrak keladi tikus menginduksi apoptosis
sel melalui peningkatan sitokrom c, suatu protein heme yang berperan sebagai pembawa elektron yang larut dalam air dalam fosforilasi oksidatif mitokondria.
Sitokrom c dapat berinteraksi dengan Apaf-1 membentuk CARD Caspase Recruitment Domain
. Beberapa CARD kemudian bergabung membentuk kompleks apoptosome kemudian mengikat pro-caspase 9 dan mengaktivasinya
menjadi caspase 9 inisiator kaspase. Caspase 9 mengaktivasi procaspase-3 menjadi caspase 3. Caspase 3 membelah gelsolin, suatu protein yang berfungsi
untuk memelihara morfologi sel. Jika gelsolin dibelah, timbul pembelahan filament aktin didalam sel sehingga sel kehilangan integritasnya. Caspase 3 juga
memotong Poly ADP Adenosine Diphosphate-Ribose Polymerase PARP, sebuah enzim yang berperan dalam perbaikan dan pemeliharaan DNA. Caspase 3
merupakan caspase efektor yang menimbulkan apoptosis pada sel.
Tabel I. Distribusi sel WiDr pada uji apoptosis dengan metode double staining
Sel Apoptosis
±SD Nekrosis
±SD Hidup ±
SD Ekstrak Keladi Tikus
65.27±1.27 14.16±0.48
20.94±1.42 Doksorubisin
92.91±2.20 2.975±2.59
5.41±0.0005 Kontrol Sel
1.081 98.9