Aspek Perubahan Pemanfaatan Lahan secara Ekologi Kuantitas dan Kualitas Air Tambak Rumput Laut

realisasi baru 5 persen. Pada tahun 2003 diproduksi rumput laut kering 21.000 ton, dan sekitar 15.000 ton di antaranya diekspor. Negara tujuan ekspor antara lain Singapura, Hongkong, Jepang, Taiwan, dan Perancis. Usaha budidaya rumput laut secara komersial telah dilakukan puluhan tahun yang lalu di beberapa negara seperti Jepang, China, Korea Selatan, Vietnam, India dan Filipina. Di Taiwan, usaha produksi Gracilaria sp. yang dibudidayakan di tambak telah mencapai tingkat kesuksesan yang tinggi Trono 1988. Pada tahun 1988, rumput laut kering jenis gracilaria yang diproduksi mencapai 12.000 ton sebagai bahan dasar penting pembuatan agar-agar untuk kepentingan farmasi, bahan makanan dan industri lainnya. Menurut Wilder dalam Subiyakto 1990 bahwa bentuk perubahan penggunaan lahan dapat dipilah menjadi dua, yaitu suksesi dan konversi. Suksesi menunjukkan evolusi penggunaan menuju klimaks, sedangkan konversi merupakan alih penggunaan dari satu jenis kegiatan ke jenis yang lain. Daya dukung lingkungan dapat dibagi menjadi dua yaitu daya dukung ekologis dan daya dukung ekonomi. Daya dukung ekologi adalah jumlah maksimal biota pada suatu lahan yang dapat didukung tanpa mengakibatkan kematian karena faktor kepadatan maupun kerusakan lingkungan secara permanen. Hal ini ditentukan oleh faktor-faktor lingkungan. Daya dukung ekonomi adalah tingkat produksi skala usaha yang memberikan keuntungan maksimum dan ditentukan oleh tujuan usaha secara ekonomi. Dalam hal ini digunakan parameter dan kelayakan usaha secara ekonomi.

2.4 Aspek Perubahan Pemanfaatan Lahan secara Ekologi

Beberapa spesies yang digunakan untuk budidaya di beberapa negara antara lain Gracilaria chorda, G. edulis, G. “verrucosa”, G. lichenoides, G. compressa and G. gigas. Gracilaria verrucosa termasuk spesies yang paling digemari karena memiliki beberapa kelebihan antara lain mampu beradaptasi pada kondisi ekologi yang lebar, tingkat produksi yang tinggi dan memiliki kualitas gel yang lebih baik. Menurut Trono 1988 usaha budidaya Gracilaria sp. di tambak dipengaruhi oleh tiga faktor ekologi yaitu salinitas, cahaya dan suhu. Produksi yang tinggi diperoleh selama musim dengan suhu yang tinggi dan pertumbuhan lambat selama musim dingin. Intensitas cahaya yang tinggi memberi efek yang tidak baik untuk pertumbuhan oleh karena itu pengendalian terhadap kondisi cahaya dilakukan dengan mengatur kedalaman perairan di tambak. Salinitas 20 – 24 ppt optimal untuk pertumbuhan. Peningkatan salinitas selama musim panas dikendalikan dengan penambahan air tawar, sehingga lahan tambak memerlukan sumber air tawar. Aslan 1998 mengatakan bahwa terdapat tiga metode pembudidayaan rumput laut berdasarkan posisi tanaman terhadap dasar perairan yaitu: 1 Bottom method atau metode dasar, 2 Off Bottom method atau metode lepas dasar dan 3 Floating method atau metode apung. Kemudian ditambahkannya bahwa bibit yang baik mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: 1 Bila dipegang terasa elastis, 2 Mempunyai cabang yang banyak dengan ujungnya yang berwarna kuning kemerah-merahan, 3 Mempunyai batang yang tebal dan berat dan 4 Bebas dari tanaman lain atau benda-benda asing.

a. Kuantitas dan Kualitas Air Tambak Rumput Laut

Gracilaria sp. Soewardi 2002 berpendapat bahwa ada dua alasan yang mendasari pentingnya pengelolaan kualitas air di tambak yaitu pertama untuk menciptakan kondisi lingkungan perairan tambak yang nyaman bagi organisme tumbuh dan berkembang guna mendukung keberhasilan pemeliharaan. Kedua, untuk menghasilkan air buangan tambak dengan kualitas yang masih aman bagi ekosistem perairan pesisir atau masih dalam batas-batas yang diperbolehkan berdasarkan Standar Baku Mutu Air Laut untuk Biota Laut. Dengan demikian, dalam pengelolaannya harus memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut : - untuk mempertahankan kestabilan kualitas air - untuk mempertahankan kestabilan populasi plankton - untuk menjaga kesehatan organisme target - meningkatkan efisiensi produkmetabolisme target organisme - meningkatkan kualitas produk hasil dari organisme target Menurut Trono 1988, dalam pemeliharaan rumput laut Gracilaria sp. parameter kualitas air yang paling penting adalah salinitas perairan. Gracilaria dapat tumbuh dan berkembang pada kisaran salinitas 20 – 28 ppt dengan salinitas optimum pada 25 ppt. Fluktuasi salinitas yang terjadi akibat perubahan musim harus disikapi karena sangat mempengaruhi pertumbuhan rumput laut yang dipelihara. Kemudian ditambahkan bahwa pH air yang optimal bagi pertumbuhan rumput laut gracilaria adalah 8,2 – 8,7. Gracilaria sp. memerlukan nutrisi pada pertumbuhannya seperti nitrogen, phosphat dan kalium serta oksigen. Kualitas nutrisi air tambak berpengaruh terhadap penggunaan pupuk. Pada prinsipnya, empat minggu pertama, tanaman memerlukan lebih banyak nutrisi nitrogen, sedangkan dua atau tiga minggu sebelum panen tanaman memerlukan lebih banyak nutrisi fosfat Glenn dan Fitzsimmons 1991. Selama pemeliharaan, ketinggian air yang baik adalah 30 – 40 cm. Namun pada musim kemarau ketinggian air ditambah untuk mencegah pengaruh naiknya suhu permukaan air. Demikian halnya pada musim hujan, suhu perairan dijaga agar supaya tidak turun secara drastis dengan menambah volume air. Kisaran suhu perairan yang optimal untuk pertumbuhan rumput laut adalah 20 – 29 o C Trono 1988. Pergantian air secara teratur penting untuk menjaga suhu yang optimal dalam perairan tambak. Pergantian air dilakukan setiap tiga hari sekali selama pemeliharaan sebanyak 50 – 75 dari volume air dalam tambak.

b. Peran Rumput Laut sebagai Biofilter Perairan