terjadi pelepasan nutrisi yang berasal dari hasil ekskresi organisme serta pakan yang tidak termakan ke lingkungan akan menyebabkan terjadinya hypernutrification.
Selain itu konsentrasi banyak organisme dalam satu tempat yang kecil akan meningkatkan kebutuhan akan oksigen dan konsentrasi produksi limbahnya, yang
akan mempengaruhi pertumbuhan fitoplankton ke tingkat eutrofikasi. Hal ini juga dikemukakan oleh Russo 2002 bahwa pengkayaan nutrisi
diperairan akibat aktivitas manusia dapat menyebabkan tekanan ekologi bagi ekosistem pesisir, karena mengurangi kedalaman zona fotik, dapat menghilangkan
habitat, menurunkan kelarutan oksigen terlarut di perairan dan berdampak pada kehidupan sumberdaya hayati. Ekses dari pengkayaan nutrisi di perairan adalah
meningkatnya pertumbuhan tumbuhan makrofita ataupun fitoplankton, meningkatnya produksi alga dan meningkatnya ketersediaan karbon organik. Kelebihan produksi
alga ini kemudian tenggelam di dasar perairan yang kemudian menghabiskan sebagian besar oksigen di dasar perairan.
2.2 Morfologi dan Klasifikasi Rumput Laut
Gracilaria sp.
Aslan 1998 mengemukakan bahwa secara morfologi, rumput laut tidak memperlihatkan adanya perbedaan antara akar, batang dan daun. Secara keseluruhan,
tanaman ini mempunyai morfologi yang mirip antara satu jenis dengan jenis yang lainnya, walaupun sebenarnya berbeda. Bentuk-bentuk tersebut sebenarnya hanyalah thallus belaka.
Bentuk thallus rumput laut ada bermacam-macam, antara lain bulat seperti tabung, pipih, gepeng, bulat seperti kantong dan rambut dan sebagainya. Thalli ini ada yang tersusun
uniselluler satu sel atau multi selluler banyak sel. Percabangan thallus ada yang dichotomous bercabang dua terusmenerus, pectinate berderet searah pada satu sisi
thallus utama, pinnate bercabang dua-dua pada sepanjang thallus utama secara berselang seling, ferticillate cabangnya berpusat melingkari aksis atau sumbu utama dan
ada juga yang sederhana, tidak bercabang. Sifat substansi thalli juga beraneka ragam, ada yang lunak seperti gellatin gellatinous, keras diliputi atau mengandung zat kapur
calcareous, lunak seperti tulang rawan cartilagenous, berserabut spongious dan sebagainya.
Pada thallus rumput laut terdapat pigmen yang dapat digunakan dalam membedakan berbagai kelas. Pigmen ini dapat pula menentukan warna thallus sesuai dengan pigmen
yang ada pada kelas Chlorophyceae, Phaeophyceae, Rhodophyceae dan Cyanophyceae. Perbedaan warna thalli menimbulkan adanya ciri algae yang berbeda seperti, Algae hijau,
Algae coklat, Alga merah dan Alga biru. Pigmen yang menentukan warna ini antara lain adalah klorofil, karoten, phycoerythrin, dan phycocyanin Soegiarto 1978.
Sejak diperkenalkannya istilah “algae” oleh Linnaeus, maka pemakaian atau penggunaannya terus berlaku hingga sekarang. Algae dimasukkan ke dalam divisi
Thallophyta tumbuhan berthallus karena mempunyai struktur kerangka tubuh morfologi yang tidak berdaun, berbatang dan berakar, semuanya terdiri dari thallus
batang saja. Sampai kini Thallophyta memiliki 7 fila yaitu Euglenophyta, Chlorophyta, Chrysophyta, Pyrrophyta, Phaeophyta, Rhodophyta dan Cryptophyta.
Menurut Trono 1988, genus gracilaria termasuk Famili Gracilariaceae Ordo Gigartinales Divisi Rhodophyta. Gracilaria termasuk genus yang luas dengan lebih dari
seratus spesies yang tersebar di perairan tropis dan perairan beriklim sedang di dunia. Genus gracilaria memiliki karakter yaitu memiliki pergantian tiga generasi somatik,
tingkat sporofita, tingkat gametofit dan tingkat carposporofita. Tingkat terakhir mikroskopik dan parasit pada gametofit betina, jadi tingkat gametofit dan tetrasporofita
adalah tingkat makroskopik yang digunakan sebagai material penanaman dalam tambak budidaya. Meskipun reproduksi Gracilaria sp. dengan spora memiliki potensi yang
cukup tinggi, penyebaran secara vegetatif melalui pemotongan lebih banyak digunakan saat ini pada tambak budidaya karena kapasitas regenatif yang lebih tinggi dan
metodenya lebih sederhana Trono 1988.
2.3 Konversi Pemanfaatan Lahan untuk Budidaya