Hama dan penyakit HASIL DAN PEMBAHASAN

Ketersediaan bibit merupakan faktor penting untuk menjaga keberlanjutan usaha budidaya di tambak. Pentingnya faktor ketersediaan bibit ini terkait dengan aspek jarak dan penanganan transportasi bibit tersebut. Berdasarkan hasil pengamatan, bibit rumput laut tidak diambil dari lokasi yang jauh karena hal ini menyangkut tingkat kesegaran dari bibit rumput laut tersebut. Bibit ini mudah diperoleh dari petambak yang sudah membudidayakan rumput laut Gracilaria sp. sebelumnya. Hal ini berbeda dengan penyediaan benih udang. Di Kota Palopo belum terdapat usaha pembibitan udang, sehingga benih udang benur harus didatangkan dari daerah lain yang cukup jauh sehingga membutuhkan penanganan khusus agar tidak mengakibatkan kematian benih udang. Berdasarkan hasil wawancara, sebanyak 28,8 responden menyatakan bahwa benur benih udang didatangkan dari usaha pembenihan yang ada di Kabupaten Barru sekitar 250 km dari Kota Palopo. Jarak lokasi pembenihan ini cukup jauh namun masih bisa ditolerir untuk transportasi darat. Menurut Baliao dan Tookwinas 2002, pengangkutan benur sebaiknya tidak lebih dari 12 jam perjalanan karena akan mengakibatkan stress pada benur yang dapat mengakibatkan kematian. Walaupun demikian, tidak diperoleh kesulitan untuk memperoleh benur mengingat lancarnya transportasi darat antara kedua wilayah tersebut. Usaha budidaya perikanan tambak membutuhkan berbagai sarana produksi, tergantung pada teknologi budidaya yang digunakan. Semakin tinggi teknologi yang digunakan maka alat dan sarana produksi yang digunakan semakin banyak. Berbagai sarana produksi yang digunakan meliputi kegiatan persiapan tambak, tahapan pemeliharaan organisme serta berbagai peralatan untuk pemanenan. Karena usaha budidaya perikanan telah berlangsung sejak lama maka di Kota Palopo telah banyak usaha yang bergerak dibidang penyediaan alat dan sarana produksi.

g. Hama dan penyakit

Parameter ini merupakan salah satu faktor yang paling dominan menjadi alasan petambak melakukan perubahan usaha. Pada waktu petambak masih memelihara udang windu, mereka banyak menghadapi kendala berupa gangguan hama serta udang yang dipelihara terserang penyakit. Hal ini disebabkan teknologi yang dipergunakan masih sangat sederhana, mulai dari konstruksi tambak dan pintu air, pengelolaan kualitas air yang akan dimanfaatkan, pola pemberian dan jenis pakan hingga metode pemeriksaan benur yang dipelihara.. Dengan demikian, hama dan penyakit yang menyerang udang dapat disebabkan oleh faktor-faktor tersebut. Permasalahan hama dan penyakit ternyata tetap terjadi pada kegiatan budidaya rumput laut. Menurut para responden, permasalahan hama yang paling mengganggu saat ini adalah adanya semacam keong kecil yang di daerah tersebut dinamakan banga- banga’. Kehadiran hama ini dapat terdeteksi jika ditemukan ujung thallus berwarna putih. Hingga saat ini belum ditemukan obat atau cara yang efektif untuk menangani hama ini, namun oleh beberapa petambak dilakukan pengaturan debit air dengan menurunkan laju air yang keluar melalui pintu pengeluaran karena diketahui bahwa binatang ini menyenangi air yang deras. Keberadaan ikan baronang juga cukup mengganggu. Ikan ini masuk bersama air dari saluran pemasukan. Ikan baronang ini biasanya memakan rumput laut sehingga ujung thallus terlihat patah. Cara penanganan yang biasanya dilakukan adalah menebarkan racun yang dapat mematikan ikan beronang ini. Hal ini berbeda dengan keberadaan ikan bandeng jika dilakukan sistem polikultur. Ikan bandeng ini berfungsi untuk memakan lumut yang merupakan kompetitor rumput laut dalam mendapatkan bahan organik. Namun jika lumut ini sudah habis maka ikan bandeng ini akan memakan rumput laut yang dipelihara. Selain alasan tersebut, terdapat dua alasan lain yang paling banyak dipilih oleh reponden sebagai alasan kedua yang menjadi motivasi mereka melakukan perubahan usaha yaitu:

a. Pengolahan pasca panen