4.500 per hari. Pada Tabel 30 juga diperoleh suatu pemahaman bahwa pada operasi penangkapan pada periode terang tidak sepenuhnya mengakibatkan kerugian
khusunya untuk nelayan bagan tancap yang tidak memiliki perahu, karena periode terang pada musim puncak masih memberikan keuntungan sebesar Rp 491.000 per
musin atau Rp 49.100 per hari. Tabel 30 Simulasi pendapatan nelayan bagan tancap per musim per periode hari
bulan
Per periode gelap 10 hari
Per periode semi terang 10 hari
Per periode terang 9-10 hari
No Parameter Usaha
Bagan Tancap A
Bagan Tancap B
Bagan Tancap A
Bagan Tancap B
Bagan Tancap A
Bagan Tancap B
1 Musim Puncak
3.473.000 1374000 4.638.000 1.893.000,00 1.489.000
491.000 2
Musim Sedang 1.137.000 76000
1.684.000 252.000,00 204.000
223.000 3
Musim Paceklik 552.000
-249000 945.000
159.000,00 118.000
402.000 Rata-ratamusim
pembulatan
1.720.667 1.721.000
400.333 400.000
2.422.333 2.422.000
662.000 662.000
525.000 525.000
44.667 45.000
Rata-ratahari
Pembulatan
17.2067 17.2100
40.033 40.000
242.233
242200
66.200 66.200
5.2500 5.2500
4.467
4500
Sumber : Olahan data lapangan 2009 Keterangan :
Bagan tancap A : Perikanan bagan tancap yang pemilikinya memiliki kapal dan digunakan untuk transportasi nelayan bagan lainnya
Bagan tancap B : Perikanan bagan tancap yang pemilikinya tidak memiliki kapal.
5.2 Pembahasan
5.2.1 Komposisi hasil tangkapan
Bagan merupakan alat tangkap yang digunakan untuk menangkap ikan-ikan pelagis yang bersifat fototaksis positif sehingga dalam pengoperasiannya diperlukan
alat bantu penangkapan berupa cahaya. Penggunaan lampu petromaks ditujukan untuk menarik perhatian ikan sehingga berkumpul di daerah penangkapan dan
selanjutnya tertangkap oleh jaring bagan. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terlihat bahwa hasil tangkapan ikan pelagis jauh lebih besar dari pada ikan
demersal. Hal ini menunjukkan bahwa bagan merupakan alat tangkap yang efektif untuk menangkap ikan-ikan pelagis karena ikan pelagis cenderung memiliki sifat
fototaksis positif Solario Jr, 2008.
84
Meskipun bagan ditujukan untuk menangkap kelompok ikan pelagis, namun pada kenyataannya ikan demersal juga ada yang tertangkap dengan persentase
mencapai 11,77. Tertangkapnya ikan demersal oleh bagan dapat disebabkan oleh tingkah laku ikan demersal yang juga menyenangi cahaya maupun oleh tingkah laku
ikan dalam menemukan makanan feeding habit. Berkumpulnya ikan-ikan pelagis seperti teri disekitar bagan akan memicu berkumpulnya ikan-ikan lain dengan ukuran
lebih besar. Hal ini terjadi karena adanya siklus saling memakan rantai makanan antara ikan kecil dengan predatornya yang berukuran lebih besar untuk mendapatkan
makanan. Oleh karena itu, kemunculan ikan teri kemudian akan diikuti ikan-ikan predator baik dari jenis ikan demersal maupun ikan pelagis sehingga kedua kelompok
ikan tersebut diperoleh pada saat penelitian dengan proporsi yang jauh berbeda demersal : pelagis = 1 : 8.
Kelompok ikan pelagis dominan yang tertangkap selama penelitian adalah ikan teri, diikuti tembang dan kembung. Hal ini senada dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Baskoro et al. 2004 dimana hasil tangkapan bagan Rambo di Selat Makasar didominasi oleh ikan teri, layang, kembung, tembang, selar dan japuh.
Secara umum, teri hidup menyebar pada permukaan perairan hingga lapisan kedalaman 20 meter. Biasanya, penangkapan teri dapat dilakukan pada siang maupun
malam hari. Apabila penangkapan dilakukan pada siang hari, maka nelayan akan melakukan pengejaran terhadap gerombolan ikan teri yang terlihat muncul
kepermukaan. Sebaliknya, bila penangkapan dilakukan pada malam hari maka nelayan menggunakan alat bantu berupa lampu untuk menarik perhatian ikan teri
berkumpul disekitar sumber cahaya. Tertariknya ikan pada cahaya sudah menjadi hal yang alami, karena sifat fototaksis positif dari ikan Ayodhyoa, 1979. Hal ini
dilakukan untuk menarik perhatian ikan teri mengingat ikan teri diduga merupakan salah satu ikan yang bersifat fototaksis positif sehingga tidak mengherankan apabila
hasil tangkapan bagan selama penelitian didominasi oleh ikan teri. Menurut Baskoro dan Suherman 2007, teri akan muncul ke permukaan pada
waktu subuh dan senja hari di area dekat pantai. Hal ini berhubungan dengan pola migrasi harian dan tingkah laku mencari makan ikan teri. Kemunculan teri karena
85
tertarik oleh cahaya lampu pada penangkapan dengan bagan biasanya didahului oleh berkumpulnya plankton dibawah lampu sebagai makanan utama ikan teri. Makanan
utamanya dapat berupa plankton maupun udang serta ikan-ikan yang lebih kecil. Dengan demikian, kemunculan ikan teri selain tertarik tehadap cahaya yang tidak
biasa juga disebabkan oleh keberadaan makanannya. Adanya gerombolan ikan teri memberikan daya tarik tersendiri bagi ikan-ikan
predator untuk berkumpul dan mencari mangsa. Ikan kembung dan tembang untuk merupakan jenis ikan yang mempunyai sifat predator dan berburu untuk mendapatkan
mangsa Baskoro et al., 2007. Keberadaan mangsa kerap kali mengundang predator untuk berkumpul disekitarnya seperti yang terjadi pada penangkapan bagan. Ikan
tembang, kembung, japuh dan golok-golok yang ukuran tubuhnya relatif lebih besar dari ikan teri dan sekaligus predator ikan-ikan kecil akan berusaha mendapatkan
makanan sesuai dengan siklus dan kebiasaan mencari makan masing-masing ikan. Selain itu, ikan tembang juga merupakan ikan yang bersifat fototaksis positif yang
tertarik terhadap cahaya pada intensitas 10-100 lux Tupamahu dan Baskoro, 2004. Maka diperkirakan Pada penelitian ini, keempat jenis ikan tersebut termasuk dalam 5
jenis hasil tangkapan dominan yang sering sekali tertangkap pada setiap penangkatan waring.
Dengan demikian maka dapat dipastikan apabila ikan teri terkumpul disekitar bagan, maka pada lapisan yang lebih dalam terdapat gerombolan ikan predator dalam
hal ini ikan tembang dan kembung. Karena tidak mampu meloloskan diri pada saat jaring diangkat, maka kelompok ikan-ikan predator tersebut tertangkap pada
pengoperasian bagan.
5.2.2 Hasil tangkapan berdasarkan hari bulan