Unit Penangkapan Bagan Pengaruh Periode Hari Bulan Terhadap Hasil Tangkapan dan Tingkat Pendapatan Nelayan Bagan Tancap di Kabupaten Serang

2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Unit Penangkapan Bagan

Bagan adalah salah satu jenis alat tangkap yang banyak digunakan nelayan untuk menangkap ikan pelagis kecil. Unit penangkapan bagan pertama kali diperkenalkan oleh nelayan Bugis-Makassar sekitar tahun 1950-an. Selanjutnya dalam waktu relatif singkat alat tangkap ini sudah dikenal di seluruh Indonesia. Perkembangan bagan yang begitu pesat di perairan Indonesia, merupakan indikasi bahwa unit penangkapan bagan memiliki karakteristik yang sesuai dengan masing- masing daerah dimana bagan dioperasikan. Kesesuaian unit penangkapan bagan dengan daerah penangkapan tersebut tidak terlepas dari pengembangan dan modifikasi sedemikian rupa sehingga unit penangkapan bagan cocok untuk tipe daerah yang berbeda Sudirman, 2003. Menurut Sudirman 2003 beberapa modifikasi yang dilakukan terdiri dari bentuk dan metode operasi. Berdasarkan cara pengoperasiannya, bagan dikelompokan kedalam jaring angkat lift net, namun karena menggunakan cahaya lampu untuk mengumpulkan ikan maka disebut juga light fishing Subani dan Barus, 1989. Junaidi 2001, mengemukakan bahwa lift net adalah alat tangkap yang dioperasikan dengan cara dinaikkan atau ditarik ke atas dari posisi horisontal yang ditenggelamkan untuk menangkap ikan yang berada diatasnya dengan menyaring air. Unit penangkapan bagan yang ada di Indonesia terdiri dari berbagai jenis. Subani dan Barus 1989 menyebutkan bahwa unit penangkapan bagan terdiri dari bagan tancap stationary lift net, bagan rakit raft lift net dan bagan perahu boat lift net . Perbedaan antara 3 jenis unit penangkapan bagan yang disebutkan di atas menurut Subani dan Barus 1989 adalah : 1. Bagan tancap stationary lift net Bagan yang posisinya tidak dapat dipindah-pindahkan, satu kali pembuatan berlaku untuk sekali musim penangkapan. Pada bagan tancap terdapat rumah bagan yang disebut anjang-anjang dan berbentuk piramida; 2. Bagan rakit raft lift net Bagan rakit adalah jaring angkat yang dalam pengoperasiannya dapat dipindah- pindahkan ke tempat yang diperkirakan banyak ikannya. Di sebelah kanan dan kiri bagian bawah terdapat rakit dari bambu yang berfungsi sebagai landasan dan sekaligus sebagai alat apung. Pada bagian ini juga terdapat anjang-anjang; 3. Bagan perahu boat lift net Bentuknya lebih sederhana dibandingkan bagan rakit dan lebih ringan sehingga memudahkan dalam pemindahan ke tempat yang dikehendaki. Bagan perahu terbagi atas dua macam, yaitu bagan yang menggunakan satu perahu dan bagan dua perahu. Bagian depan dan belakang bagan dua perahu dihubungkan oleh dua batang bambu, sehingga berbentuk bujur sangkar. Bambu tersebut berfungsi sebagai tempat untuk menggantung jaring atau waring. Kemudian Baskoro 1999, membagi bagan menjadi dua jenis yaitu bagan tancap dan bagan apung. Selanjutnya Baskoro 1999 menjelaskan bahwa bagan apung dapat diklasifikasikan ke dalam empat jenis yaitu bagan dengan satu perahu, bagan dengan dua perahu, bagan rakit dan bagan dengan menggunakan perahu mesin. Secara umum dua jenis bagan yang dioperasikan di Indonesia memiliki komponen utama yang hampir sama. Menurut Subani dan Barus 1989 komponen- komponen penting bagan adalah jaring bagan, rumah bagan anjang-anjang, kerangka bagan, serok, roller dan lampu. Penggulung roller berfungsi untuk menurunkan dan mengangkat jaring bagan pada saat dioperasikan. Takril 2005 menambahkan komponen lain yang digunakan untuk pengoperasian bagan adalah perahu yang dilengkapi dengan motor khusus pada jenis bagan perahu. Selain itu, unit penangkapan bagan merupakan jenis alat tangkap yang memerlukan alat bantu operasi penangkapan yaitu cahaya oleh karena itu bagan juga sering disebut sebagai light fishing Brandt,1985. Cahaya sebagai komponen yang memegang peran penting dalam kegiatan penangkapan bagan dapat bersumber dari lampu petromaks, lampu neon, lampu merkuri dengan tingkatan intensitas yang beragam mulai rendah hingga 2 kwatt hingga 650 kwatt Sudirman 2003; Takril 2005. 8 Pengoperasin unit penangkapan bagan umumnya dilakukan setelah matahari mulai tenggelam. Penangkapan dengan menggunakan bagan diawali dengan menurunkan jaring hingga batas kedalaman tertentu. Selanjutnya lampu dinyalakan untuk menarik perhatian ikan agar berkumpul disekitar lampu yang diletakkan di bawah bagan. Kemudian lampu dimatikan satu persatu sehingga hanya tersisa satu lampu dibagian tengah dengan demikian ikan akan terkonsentrasi di bagian tengah jaring bagan, langkah selanjutnya adalah mengangkat jaring bagan dan hasil tangkap dipindahkan dari jaring ke dalam keranjang-keranjang hasil tangkapan dengan menggunakan serok Subani dan Barus 1989. Ikan yang menjadi target penangkapan bagan adalah jenis ikan pelagis kecil yang memiliki sifat fototaksis positif atau jenis-jenis ikan yang tertarik terhadap cahaya. Kecenderungan ini disebabkan daya tembus cahaya yang pada saat pengoperasian hanya berada dipermukaan. Namun pada kenyataannya jenis-jenis ikan lain seperti ikan predator dan demersal non-fototaksis positif ikut tertangkap oleh bagan Takril 2005. Beberapa ikan predator yang tertangkap oleh bagan antara lain layur, tenggiri, alu-alu hingga ikan besar seperti albakor dan cakalang juga tidak jarang ikut tertangkap. Tertangkapnya ikan predator oleh bagan disebabkan jenis ikan tersebut menemukan gerombolan ikan-ikan kecil disekitar bagan sebagai makan ikan tersebut Lestari 2001 dalam Tarkril 2005. Pendapat yang sama juga pernah dikemukakan oleh Zusser 1958 dalam Gunarso 1985 yang menyatakan bahwa ikan akan mendekati cahaya karena cahaya merupakan indikasi keberadaan makanan. Takril 2005 menyebutkan bahwa hasil tangkapan bagan selama kurun waktu 1984 hingga 2003 yang dikumpulkan dari 20 peneliti menunjukkan bahwa ikan hasil terdiri dari empat kelompok besar yaitu pelagis kecil, pelagis besar, demersal dan total spesies yang tertangkap selama kurun waktu tersebut berjumlah 39 jenis. Takril 2005 menyebutkan terdapat beberapa spesies dominan yang tertangkap oleh bagan diantaranya teri Stolephorus spp, tembang Sardinella fimbriata, kembung Rastrelliger spp, selar Selaroides sp, layang Decapterus spp, pepetek Leiognathus sp, layur Trichiurus savala, dan cumi-cumi Loligo sp. Data hasil tangkapan bagan yang dikumpulkan oleh 20 peneliti disajikan pada Tabel 1. 9 Tabel 1 Hasil tangkapan bagan selama kurun waktu 1984 hingga 2003 SumberPeneliti No Nama Ikan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Σ I Ikan Pelagis 1 Teri Stolephorus spp 18 2 Tembang Sardinella fimbriata 13 3 Selanger Dorosoma chacundd 1 4 Selar Selaroides sp 10 5 Kembung Rastrelliger spp 15 6 Serinding malam Apogon spp 1 7 Cuweh Caranx spp 1 8 Selar bentong Selaroides crumenopthalmus 4 9 Layang Decapterus spp 10 10 Selar ekor kuning Selaroides leptolepis 5 11 Balida Notopterus chitata 1 12 Tongkol Auxis thazard 7 13 Rebon Mysis acates 1 14 Daun bambu Chorinemus tal 1 15 Tenggiri Scomberomorus commersoni 4 16 Julung-julung Hemirhampus 3 17 Japuh Dussumeria acuta 8 18 Sembulak Sardinella sp 2 19 Lemuru Sardinella longiceps 6 20 Alu-alu Sphyraena sp 4 21 Cakalang Katsuwonus pelamis 3 22 Tetengkek Megalaspis cordylla 3 23 Buntal Diodon histrix 2 24 Kerong-kerong Therapon theraps 1 25 Bulan-bulan Megalops cypriinoides 1 26 Kuniran Parupeneus luteus 1 27 Baronang Siganus guttatus 1 28 Lolosi Caesio spp 1 II Ikan Demersal 29 Belanak Mugil spp 2 30 Pepetek Leiognathus sp 12 31 Layur Trichiurus savala , 13 32 Bawal putih Pampus argentus 3 33 Semar Mene makulata 1 34 Komo Euthynus afinis 2 10 Tabel 1 lanjutan SumberPeneliti No Nama Ikan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Σ 35 Gulamah Argyrosumus 1 III Ikan Lainnya 36 Cumi-cumi Loligo sp 14 37 Udang jerbung Penaeus merguiensis 1 38 Udang windu Penaeus monodon 1 39 Sotong Sepia spp 4 40 Kepiting 1 Tabel 1 lanjutan Sumber : Takril 2005 Keterangan peneliti: 1. Lamatta 1984 2. Pagalay 1986 3. Haeruddin 1986 4. Yudha 1994 5. Mihasriati 1994 6. Komaruddin 1995 7. Julianti 1995 8. Hayat 1996 9. Said 1997 10. Effendi 1998 11. Satria 1999 12. Zulfia 1999 13. Pujianti 1999 14. Holil 2000 15. Junaidi 2001 16. Lestari 2001 17. Effendi 2002 18. Effendi 2003 19. Sudirman 2003 20. Zebri 2003

2.2 Sumberdaya Ikan Pelagis