Sebaran panjang frekuensi hasil tangkapan dominan

5.1.4 Sebaran panjang frekuensi hasil tangkapan dominan

1 Ikan pelagis Analisis sebaran panjang total hasil tangkapan ikan pelagis selama penelitian dilakukan untuk lima jenis tangkapan dominan yaitu teri Stolephorus spp, tembang Sardinella fimbriata, kembung Rastrelliger spp, japuh Dussumeria acuta, dan golok-golok Chirosentrus dorab. Lima jenis ikan tersebut juga merupakan jenis ikan yang memiliki nilai ekonomis tinggi. 20 40 60 80 100 120 2, 5- 3, 53 3, 53 -4, 56 4,5 6-5 ,5 9 5,5 9- 6,6 2 6,6 2- 7,6 5 7, 65 -8 ,68 8, 68 -9 ,71 9, 71 -1 0, 74 10 ,7 4- 11, 77 Selang kelas panjang cm Ju ml ah I n d ivi d u e k o r Sebelum pukul 00.00 Sesudah pukul 00.00 Total Gambar 9 Sebaran rata-rata panjang hasil tangkapan teri Stolephorus spp. Sebaran rata-rata panjang ikan teri Stolephorus spp yang tertangkap selama penelitian menyebar dari 2,5 cm hingga 11,77 cm. Pada Gambar 9 dapat dilihat bahwa panjang total rata-rata ikan teri berada pada selang 2,5 - 11,77 cm. Selain itu, ikan teri yang tertangkap sebelum tengah malam rata-rata lebih kecil, dibandingkan dengan rata-rata panjang ikan teri yang tertangkap setelah tengah malam. Hal ini terlihat dari rata-rata selang kelas dominan teri Stolephorus spp sebelum tengah malam dan setelah tengah malam. Sebelum tengah malam ikan teri banyak tertangkap pada selang kelas 3,53 - 4,56 cm, sedangkan setelah tengah malam berada pada selang kelas 4,56 - 5,59 cm. 44 20 40 60 80 100 120 6, 93 -7 ,61 7, 61 -8 ,29 8, 29 -8 ,9 7 8, 97 -9 ,65 9, 65 -1 0, 33 10 ,3 3- 11 ,01 11 ,0 1- 11 ,69 11 ,6 9- 12 ,37 12 ,3 7- 13 ,05 Selang Kelas cm J um la h Indi v idu e ko r Sebelum pukul 00.00 Sesudah pukul 00.00 Total Gambar 10 Sebaran rata-rata panjang hasil tangkapan tembang Sardinella fimbriata. Berdasarkan Gambar 10, rata-rata panjang tubuh ikan tembang yang tertangkap menyebar dari 6,93 - 13,05 cm dan sebagian besar berada pada selang kelas 8,29 -9,65 cm. Pada waktu penangkapan sebelum tengah malam, ikan tembang yang tertangkap paling banyak pada selang panjang 8,97-9,65 dengan jumlah 38 ekor. Sementara itu, penangkapan pada waktu setelah tengah malam banyak mendapatkan ikan tembang dengan selang yang sama. Sedangkan selang kelas rata-rata panjang tubuh tembang Sardinella fimbriata dengan jumlah paling rendah adalah pada ukuran 6,93 - 7,61 cm dengan jumlah 3 ekor selama ujicoba penangkapan dilakukan. Ikan kembung Rastrelliger spp juga menjadi salah satu jenis tangkapan pelagis dominan selama penelitian. Selama 174 ulangan sebelum dan setelah tengah malam hanya 87 ulangan yang berhasil menangkap kembung Rastrelliger spp. Hasil tangkapan kembung Rastrelliger spp seperti ditujukkan pada Gambar 11 memberikan informasi bahwa ikan kembung yang tertangkap rata-rata memiliki panjang antara 4,8 cm hingga 14,6 cm. Akan tetapi, ikan kembung yang tertangkap didominasi oleh ikan dengan ukuran rata-rata panjang tubuh pada selang 9 - 10,4 cm. 45 5 10 15 20 25 30 4, 8-6 ,2 6,2 -7 ,6 7, 6-9 9-1 0, 4 10 ,4- 11 ,8 11 ,8- 13 ,2 13 ,2 -1 4,6 Selang Kelas cm F r e kue ns i T e r ta ng ka p e ko r Sebelum pukul 00.00 Sesudah pukul 00.00 Total Gambar 11 Sebaran rata-rata panjang hasil tangkapan kembung Rastrelliger spp. Secara keseluruhan hasil tangkapan ikan kembung selama pengoperasian bagan sebagian besar lebih banyak tertangkap setelah tengah malam. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 11, dimana rata-rata kembung di setiap selang kelas setelah tengah selalu lebih tinggi dibandingkan sebelum tangah malam. Semakin besar ukuran ikan ternyata terjadi penurunan jumlah yang tertangkap sehingga dapat dikatakan bahwa ikan kembung yang tertangkap dengan ukuran lebih dari 10,4 cm semakin sedikit. Japuh Dussumeria acuta juga merupakan salah satu jenis tangkapan dominan, frekuensi kemunculan japuh selama penelitian berjumlah 44 kali, dari 174 kali ulangan. Pada Gambar 12 dapat dilihat bahwa rata-rata panjang tubuh japuh yang tertangkap pada 44 kali ulangan berada pada rentang panjang 6,5 - 13,1 cm, dengan selang kelas dominan ada pada 9,8 - 10,9 cm. Jumlah frekuensi ikan yang tertangkap pada selang kelas tersebut adalah 11 ekor. 46 2 4 6 8 10 12 6,5-7,6 7,6-8,7 8,7-9,8 9,8-10,9 10,9-12 12-13,1 Selang Kelas cm F r e kuns i T e r ta ng k a p e ko r Sebelum pukul 00.00 Sesudah pukul 00.00 Total ti Gambar 12 Sebaran rata-rata panjang hasil tangkapan japuh Dussumeria acuta. Secara umum frekuensi kemunculan japuh Dussumeria acuta yang tertangkap selama penelitian lebih banyak pada waktu penangkapan setelah tengah malam, karena data total frekuensi menunjukkan bahwa tangkapan japuh setelah tengah malam berjumlah 24 ekor sedangkan sebelum tengah malam 20 ekor. Bila dilihat dari ukurannya frekuensi japuh setelah tengah malam lebih banyak pada ukuran 8,7 - 9,8 cm sedangkan untuk waktu penangkapan sebelum tengah malam didominasi oleh ikan japuh dengan selang panjang 9,8-10,9 cm. Jenis ikan dominan yang terakhir adalah ikan golok-golok. Salah satu ikan yang menjadi komoditas unggulan di wilayah Pulau Sumatera ini tertangkap, pada selang panjang antara 20-39 cm. Sebaran ukuran ikan yang tertangkap mengalami fluktasi yang tinggi. Secara keseluruhan frekuensi tertinggi tertangkapnya golok- golok Chirosentrus dorab berada pada selang kelas 31,4 - 35,2 cm dengan jumlah total 7 ekor. 47 1 2 3 4 5 6 7 8 20-23,8 23,8-27,6 27,6-31,4 31,4-35,2 35,2-39 Selang Kelas cm F r e kun si T e r ta n g ka p e ko r Sebelum pukul 00.00 Sesudah pukul 00.00 Total Gambar 13 Sebaran rata-rata panjang hasil tangkapan golok-golok Chirosentrus dorab . Gambar 13 merupakan visualisasi frekuensi ikan golok-golok yang tertangkap selama penelitian. Secara umum frekuensi kemunculan golok-golok Chirosentrus dorab lebih banyak setelah tengah malam. Hal ini terlihat dari 174 kali ujicoba penangkapan, golok-golok tertangkap sebelum tengah malam berjumlah 19 ekor sedangkan setelah tengah malam hanya berjumlah 12 ekor. 2 Ikan demersal Sebaran rata-rata panjang tubuh ikan demersal yang diamati hanya dilakukan untuk lima macam spesies yang memiliki frekuensi kemunculan tertinggi selama pengambilan sampel, spesies tersebut adalah pepetek Leiognathus sp, cumi Loligo sp , belanak Mugil spp, manyung Arius thalassinus, dan t igawaja Johnius dussunieri . Melalui pengamatan terhadap rata-rata sebaran panjang kelas ikan hasil tangkapan diharapkan dapat diperoleh dominasi ukuran ikan yang tertangkap oleh bagan selama penelitian, sehingga dari hasil tangkapan dapat diperoleh informasi tingkat kelayakan penangkapan spesies dimaksud. 48 10 20 30 40 50 60 3,4 -4,5 4, 5-5,6 5,6 -6,7 6,7 -7,8 7, 8-8,9 8,9- 10 10-11 ,1 11,1-12 ,2 S elang Kelas cm Ju ml ah I n d ivi d u e k or Sebelum pukul 00.00 Sesudah pukul 00.00 Total Gambar 14 Sebaran rata-rata panjang hasil tangkapan pepetek Leiognathus sp. Pada Gambar 14 dapat dilihat bahwa sebaran frekuensi ikan pepetek Leiognathus sp yang tertangkap selama penelitian pada 174 ulangan menyebar normal dari ukuran 3,4 - 12,2 cm. Pepetek yang dominan muncul selama penelitian berada pada selang kelas 5,6 - 6,7 cm, dengan frekuensi kemunculan sebanyak 51 ekor. Sedangkan ukuran pepetek yang paling jarang tertangkap ada pada selang kelas 3,4 - 4,5 cm yang tertangkap hanya satu ekor. Secara umum frekuensi kemunculan pepetek selama penelitian lebih banyak setelah tengah malam. Berdasarkan data yang diperoleh pepetek tertangkap sebanyak 68 ekor sebelum tengah malam dan 127 ekor setelah tengah malam. Namun terdapat perbedaan ukuran antara pepetek yang tertangkap sebelum tengah malam dan setelah tengah malam, dimana pepetek yang tertangkap sebelum tengah malam cenderung berukuran lebih kecil. Hal ini dapat dilihat dari modus tertangkapnya ikan pepetek pada setiap selang kelas. Sebelum tengah malam, ikan pepetek muncul lebih banyak pada selang kelas 5,6 - 6,7 cm sedangkan sebelum tengah malam ada di 7,8 -8,9 cm. 49 10 20 30 40 50 60 3,4 -4, 5 4, 5-5, 6 5,6-6 ,7 6,7 -7, 8 7, 8-8, 9 8,9 -10 10- 11,1 11,1- 12,2 S elang Kelas cm Ju ml ah I n d iv id u e k o r Sebelum pukul 00.00 Sesudah pukul 00.00 Total Gambar 15 Sebaran rata-rata panjang hasil tangkapan cumi Loligo sp. Pada Gambar 15 dapat dilihat frekuensi sebaran rata-rata panjang tubuh cumi- cumi yang tertangkap selama penelitian. Secara umum cumi-cumi yang tertangkap sebelum tengah malam berukuran lebih kecil bila dibandingkan dengan cumi-cumi yang tertangkap setelah tengah malam. Hal ini dapat dilihat dari tangkapan cumi pada masing-masing selang kelas dimana cumi-cumi dengan ukuran besar hanya tertangkap setelah tengah malam. Total cumi-cumi yang tertangkap selama penelitian adalah 175 ekor, dimana 81 ekor tertangkap sebelum tengah malam dan 94 lainnya tertangkap setelah tengah malam, sehingga dapat disimpulkan bahwa cumi-cumi lebih banyak muncul setelah tengah malam. Jenis ikan demersal lain yang tertangkap adalah ikan manyung. Rata-rata panjang tubuh manyung Arius thalassinus yang tertangkap berkisar antara 11 - 35 cm. Akan tetapi, ikan manyung berukuran kecil lebih banyak yang tertangkap dibandingkan dengan manyung berukuran besar. Hasil tangkapan ikan manyung selama penelitian ditunjukkan pada Gambar 16. 50 1 2 3 4 5 6 7 11-15,1 15,1-19,2 19,2-23,3 23,3-27,4 27,4-31,5 31,5-35,6 S elang Kelas cm J u m lah I n d ivi d u e k o r Sebelum pukul 00.00 Sesudah pukul 00.00 Total Gambar 16 Sebaran rata-rata panjang hasil tangkapan manyung Arius thalassinus Frekuensi rata-rata panjang tubuh manyung Arius thalassinus selama penelitian ditunjukkan pada Gambar 16. Manyung Arius thalassinus selama penelitian tertangkap sebanyak 17 ekor dari 174 ujicoba penangkapan baik sebelum maupun setelah tengah malam. Dari 17 ekor manyung yang tertangkap, 10 ekor diperoleh setelah tengah malam dan 7 ekor lainnya diperoleh dari penangkapan sebelum tengah malam. berdasarkan analisis selang kelas, manyung yang tertangkap sebagian besar berada pada selang kelas rendah 11 – 19 cm. 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5 10 ‐14,5 14,5 ‐19 19 ‐23,5 23,5 ‐28 Selang Kelas cm F rek u e n si T ertan gk ap ek o r Sebelum p ukul 00.00 Sesudah p ukul 00.00 Total Gambar 17 Sebaran rata-rata panjang hasil tangkapan belanak Mugil sp 51 Frekuensi tertangkapnya ikan belanak Mugil sp selama penelitian disajikan pada Gamber 17. Berdasarkan data yang diperoleh selama penelitian frekuensi kemunculan ikan belanak adalah sebanyak 8 ekor dari 174 ulangan, dengan tingkat kemunculan dominan ada pada selang kelas 10 - 14,5 cm. Pada gambar yang sama juga diperoleh informasi ikan belanak yang tertangkap sebelum tengah malam lebih besar dibandingkan dengan ikan belanak yang tertangkap setelah tengah malam. 2 4 6 8 10 12 11-13,1 13,1-15,2 15,2-17,3 17,3-19,4 19,4-21,5 Selang Kelas cm F rek u en si t ert a n g k a p ek o r Sebelum pukul 00.00 Sesudah pukul 00.00 Total Gambar 18 Sebaran rata-rata panjang hasil tangkapan t igawaja Jonius dussumieri. Pada Gambar 18 terlihat bahwa frekuensi ikan tigawaja yang tertangkap selama penelitian menyebar dari ukuran 11 - 21,5 cm. Frekuensi tertangkap terbesar adalah sebanyak 10 ekor dari total kemunculan 27 ekor yaitu pada selang kelas panjang 17,3 - 19,4 cm. Secara umum, ikan tigawaja lebih banyak tertangkap pada operasi penangkapan sebelum tengah malam, namun perbedaannya tidak begitu signifikan dengan perbandingan sebelum dan setelah tengah malam adalah 14:13. Selain itu, ikan tigawaja yang tertangkap sebelum tengah malam memiliki ukuran yang lebih besar dibandingkan setelah tengah malam. 52 1 2 3 4 5 6 8,9-16,8 16,8-24,7 24,7-32,6 32,6-40,5 40,5-48,4 Selang Kelas cm F r e k ue ns i T e r ta n g k a p e k o r Sebelum pukul 00.00 Sesudah pukul 00.00 Total Gambar 19 Sebaran rata-rata panjang hasil tangkapan sotong Sepia sp. Sotong Sepia sp adalah spesies demersal yang menjadi salah satu tangkapan dominan selama pengambilan sampel. Pada Gambar 19 dapat dilihat bahwa frekuensi total sotong selama penangkapan menyebar normal dari rata-rata panjang tubuh 8,9 cm hingga 48,4 cm. Selang kelas 24,7 cm hingga 32,6 cm merupakan selang kelas yang memiliki frekuensi tertangkap cumi terbanyak dibandingkan dengan kelas lainnya 5 ekor, sedangkan yang terendah ada pada selang kelas 8,9 cm hingga 16,8 cm dan 40,5 cm hingga 48,4 cm, masing-masing satu kali. Pada gambar yang sama juga dapat dilihat bahwa sotong yang tertangkap sebelum tengah malam memiliki selang kelas yang lebih kecil dibandingkan dengan sotong setelah tengah malam.

5.1.5 Perubahan bobot hasil tangkapan terhadap waktu penangkapan