Perubahan bobot hasil tangkapan terhadap waktu penangkapan

1 2 3 4 5 6 8,9-16,8 16,8-24,7 24,7-32,6 32,6-40,5 40,5-48,4 Selang Kelas cm F r e k ue ns i T e r ta n g k a p e k o r Sebelum pukul 00.00 Sesudah pukul 00.00 Total Gambar 19 Sebaran rata-rata panjang hasil tangkapan sotong Sepia sp. Sotong Sepia sp adalah spesies demersal yang menjadi salah satu tangkapan dominan selama pengambilan sampel. Pada Gambar 19 dapat dilihat bahwa frekuensi total sotong selama penangkapan menyebar normal dari rata-rata panjang tubuh 8,9 cm hingga 48,4 cm. Selang kelas 24,7 cm hingga 32,6 cm merupakan selang kelas yang memiliki frekuensi tertangkap cumi terbanyak dibandingkan dengan kelas lainnya 5 ekor, sedangkan yang terendah ada pada selang kelas 8,9 cm hingga 16,8 cm dan 40,5 cm hingga 48,4 cm, masing-masing satu kali. Pada gambar yang sama juga dapat dilihat bahwa sotong yang tertangkap sebelum tengah malam memiliki selang kelas yang lebih kecil dibandingkan dengan sotong setelah tengah malam.

5.1.5 Perubahan bobot hasil tangkapan terhadap waktu penangkapan

1 Bobot total tangkapan Bobot total hasil tangkapan bagan selama penelitian berfluktuasi mengikuti perubahan hari bulan. Pada Gambar 20 disajikan perubahan bobot hasil tangkapan 53 bagan selama penelitian yang dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu hasil tangkapan sebelum dan setelah tengah malam. - 5.000 10.000 15.000 20.000 25.000 30.000 35.000 40.000 45.000 50.000 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 Hari Bulan R a ta -R a ta H a si l ta ng ka pa n ba g a n g r a m Sebelum Pukul 00.00 Setelah Pukul 00.00 Se mi te rang I Se mi te rang II Ge lap Te rang Gambar 20 Rata-rata total tangkapan bagan selama ujicoba. Total hasil tangkapan rata-rata bagan selama satu bulan, baik sebelum maupun setelah tengah malam memiliki perbedaan yang signifikan. Pada operasi penangkapan sebelum tengah malam, ikan cenderung lebih banyak tertangkap pada kondisi bulan semi terang pertama dan terus menurun hingga akhir bulan gelap, kemudian meningkat sedikit pada semi terang kedua. Pada periode bulan terang, hasil tangkapan menurun drastis karena efektivitas penangkapan dengan cahaya berkurang karena adanya cahaya bulan yang menyebar merata di perairan. Pola hasil tangkapan setelah tengah malam mengalami perubahan yang drastis bila dibandingkan dengan keadaan sebelum tengah malam. Rata-rata hasil tangkapan total bagan setelah tengah malam pada kondisi semi terang pertama cenderung lebih sedikit kemudian meningkat hingga pertengahan bulan gelap. Setelah itu, hasil tangkapan berfluktuasi hingga semi terang kedua, sedangkan pada saat purnama atau bulan terang hasil tangkapan kecenderungan konstan. Bila digabungkan antara tangkapan sebelum dan setelah tengah malam, maka total hasil tangkapan tertinggi terjadi pada kondisi semi terang pertama, kemudian menurun dan meningkat kembali pada saat bulan gelap, kemudian menurun kembali hingga menjelang bulan terang. Pada kondisi bulan terang hasil tangkapan cenderung konstan. 54 Secara umum total hasil tangkapan bagan lebih banyak tertangkap pada kondisi bulan semi terang pertama, hal ini karena bulan mengalami gelap pada waktu sore yaitu antara pukul antara pukul 17.00 - 23.00, kondisi ini sangat mendukung untuk penangkapan karena pada saat senja antara pukul 17.00 -19.00 WIB merupakan saat- saat ikan aktif untuk mencari makan. Sedangkan aktifitas penangkapan telah dilakukan sejak pukul 18.00 WIB serta rata-rata hauling pertama dilakukan pukul 20.00 WIB. Kondisi inilah yang menyebabkan hasil tangkapan total bagan lebih terkonsentrasi pada bulan semi terang pertama. 2 Bobot tangkapan ikan pelagis Pada Gambar 21 dapat dilihat bahwa hasil tangkapan ikan pelagis mengalami fluktuasi mengikuti perubahan hari bulan. Secara rinci fluktuasi bobot total hasil tangkap ikan pelagis selama penelitian disajikan pada gambar dibawah ini. - 10.000 20.000 30.000 40.000 50.000 60.000 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 Hari Bulan R a ta -R a ta H a si l T a n g k a p a Ba g a n g r a m Sebelum Pukul 00.00 Setelah Pukul 00.00 S emi terang I S emi terang II Gelap Terang Gambar 21 Rata-rata total tangkapan ikan pelagis selama ujicoba. Rata-rata bobot hasil tangkapan ikan pelagis selama penelitian dikelompokkan menjadi dua macam yaitu tangkapan sebelum dan setelah tengah malam. Sebelum tengah malam, ikan pelagis lebih banyak tertangkap pada kondisi semi terang pertama dan menurun hingga pertengahan bulan gelap serta hilang pada akhir bulan gelap. Kemudian ikan mulai tertangkap kembali pada semi terang kedua dan tidak tertangkap lagi pada saat purnama. 55 Kondisi berbeda ditunjukkan oleh hasil tangkapan ikan pelagis pada pengoperasian bagan setelah tengah malam. Pada semi terang pertama ikan cukup banyak tertangkap dengan kecenderungan menurun hingga akhir semi terang pertama. Namun pada awal bulan gelap hasil tangkapan meningkat hingga pertengahan bulan gelap, kemudian hasil tangkapan berfluktuasi hingga awal purnama. Pada saat purnama, hasil tangkapan ikan pelagis setelah tengah malam cenderung konstan. Secara umum, total hasil tangkapan tertinggi terjadi saat kondisi bulan semi terang pertama dan menurun hingga akhir semi terang pertama serta meningkat kembali pada bulan gelap dan berfluktuasi pada saat semi terang kedua dan konstan pada saat-saat purnama. 3 Bobot tangkapan ikan demersal Hasil tangkapan ikan demersal selama ujicoba penangkapan disajikan dalam dua periode waktu yang berbeda, yaitu sebelum tengah malam dan setelah tengah malam. Secara keseluruhan ikan demersal yang tertangkap selama ujicoba penangkapan mengalami fluktuasi seperti disajikan pada Gambar 22. - 1.000 2.000 3.000 4.000 5.000 6.000 7.000 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 Hari Bulan R a ta -R a ta T a ng ka pa n B a g a n g r a m Sebelum Pukul 00.00 Setelah Pukul 00.00 Terang S e m i terang II Gelap Semi terang I Gambar 22 Rata-rata total tangkapan ikan demersal selama ujicoba. 56 Pada Gambar 22, bobot hasil tangkapan rata-rata ikan demersal selama penelitian memiliki pola yang berbeda dengan ikan pelagis. Sebelum tengah malam, bobot tangkapan ikan demersal selama kondisi semi terang pertama cenderung meningkat hingga pertengahan bulan gelap, namun peningkatan ini jumlahnya tidak signifikan. Kemudian pada semi terang kedua hingga awal bulan terang hasil tangkapan ikan demersal kembali muncul dan menghilang pada saat-saat bulan terang. Pola berbeda juga terjadi pada hasil tangkapan setelah tengah malam, ikan demersal pada kondisi bulan semi terang pertama hingga pertengahan bulan gelap cenderung meningkat dengan peningkatan lebih besar bila dibandingkan tangkapan sebelum tengah malam. Pada akhir bulan gelap hingga awal-awal semi terang kedua hasil tangkapan cenderung konstan. Kemudian hasil tangkapan meningkatan kembali pada awal bulan terang, namun peningkatan ini tidak terus terjadi melainkan menurun drastis hingga pertengahan bulan terang, selanjutnya hasil tangkapan pada pertengahan bulan terang cenderung konstan. Bila digabungkan antara tangkapan sebelum dan setelah tengah malam, maka total hasil tangkapan ikan demersal memiliki pola meningkat pada semi terang pertama hingga pertengahan bulan gelap, walaupun jumlahnya cukup sedikit, dan mengalami penurunan drastis hingga konstan pada akhir bulan gelap. Setelah itu, hasil tangkapan menunjukkan peningkatan drastis hingga akhir semi terang kedua dan kembali menurun hingga konstan pada saat purnama. 5.1.6 Perubahan bobot hasil tangkapan ikan pelagis dominan terhadap waktu penangkapan Ikan pelagis merupakan komponen terbesar hasil tangkapan bagan tancap selama penelitian baik pada operasi penangkapan sebelum maupun setelah tengah malam. Gambaran hubungan bobot hasil tangkapan dengan waktu untuk tiga tangkapan utama disajikan pada Gambar 23, 24 dan 25. Ikan tersebut adalah teri Stolephorus sp, tembang Sardinella fimbriata, dan kembung Rastrelliger sp. 57 1 Teri Stolephorus sp - 5.000 10.000 15.000 20.000 25.000 30.000 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 Hari Bulan R a ta -R a ta Ha si l T a ng ka pa B aga n gr am Sebelum Pukul 00.00 Setelah Pukul 00.00 Semi terang I Semi terang II Gelap Terang Gambar 23 Rata-rata total tangkapan teri Stolephorus spp selama ujicoba. Hasil tangkapan teri selama ujicoba penangkapan mengalami fluktuasi yang tinggi. Pada operasi penangkapan sebelum tengah malam, ikan teri lebih banyak tertangkap pada kondisi semi terang pertama dan terus mengalami penurunan. Fluktuasi ini disebabkan oleh kondisi arus dan efektivitas cahaya lampu yang digunakan. Kondisi berbeda ditunjukkan untuk teri Stolehous sp yang tertangkap setelah tengah malam. Hasil tangkapan setelah tengah malam memiliki pola yang sedikit berbeda dengan sebelum tengah malam. Setelah tengah malam, ikan teri memiliki kecenderungan meningkat dengan sedikit fluktuasi sejak awal kondisi semi terang pertama hingga awal bulan terang. Selanjutnya pada pertengahan hingga akhir bulan terang hasil tangkapan cenderung konstan. Bila digabungkan antara tangkapan sebelum dan setelah tengah malam, maka total hasil tangkapan teri Stolephorus sp pada kondisi semi terang pertama lebih banyak dengan kecenderungan tertangkap sebelum tengah malam. Kemudian hasil tangkapan teri Stolephorus sp berfluktuasi sejak bulan gelap hingga awal bulan terang kedua. Sedangkan pada kondisi bulan terang hasil tangkapan teri Stolephorus sp konstan. 58 2 Tembang Sardinella fimbriata - 2.000 4.000 6.000 8.000 10.000 12.000 14.000 16.000 18.000 20.000 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 Hari Bulan R a ta -R a ta Ha si l T a ng ka pa B aga n gr am Sebelum Pukul 00.00 Setelah Pukul 00.00 Semi terang I Semi terang II Gelap Terang Gambar 24 Rata-rata total tangkapan tembang Sardinella fimbriata selama ujicoba. Pada Gambar 24 dapat dilihat bahwa hasil tangkapan tembang Sardinella fimbriata sebelum tengah malam lebih banyak tertangkap pada awal kondisi semi terang pertama dan terus mengalami penurunan hingga hilang pada pertengahan bulan gelap. Kemudian tembang Sardinella fimbriata tertangkap kembali pada semi terang kedua hingga awal bulan terang atau purnama. Tangkapan tembang Sardinella fimbriata setelah tengah malam memiliki pola berbeda dengan tangkapan sebelum tengah malam. Tangkapan tembang Sardinella fimbriata pada awal semi terang pertama hingga awal bulan gelap mengalami penurunan, namun meningkat drastis pada pertengahan bulan gelap dan berfluktuasi pada kondisi semi terang kedua serta konstan pada kondisi bulan terang. Bila digabungkan antara tangkapan sebelum dan setelah tengah malam, maka total hasil tangkapan tembang Sardinella fimbriata lebih banyak tertangkap pada kondisi semi terang pertama dan bulan gelap. Sedangkan pada kondisi semi terang kedua cenderung berfluktuasi serta konstan pada saat bulan terang. 59 3 Kembung Rastrelliger spp - 1.000 2.000 3.000 4.000 5.000 6.000 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 Hari Bulan R a ta -R a ta Ha si l T a ng ka pa B aga n gr am Sebelum Pukul 00.00 Setelah Pukul 00.00 Semi terang I Semi terang II Gelap Terang Gambar 25 Rata-rata total tangkapan kembung Rastrelliger sp selama ujicoba. Hasil tangkapan kembung Rastrelliger sp yang disajikan pada Gambar 25 menunjukkan kondisi yang sangat berbeda dengan hasil tangkapan lainnya, dimana ikan kembung Rastrelliger sp hanya tertangkap pada saat-saat tertentu saja selama ujicoba penangkapan. Secara keseluruhan hasil tangkapan kembung Rastrelliger sp lebih banyak tertangkap setelah tengah malam, dengan periode waktu tertangkap berada pada pertengahan bulan gelap.

5.1.7 Perubahan bobot hasil tangkapan ikan demersal dominan terhadap waktu