Cabai Jawa Lada Hitam Gula Pasir atau Gula Tebu

5 bulan, dengan kandungan utama geranil asetat. Sementara pada usia panen 8 dan 9 bulan, komponen minyak atsiri utamanya adalah citral. Tabel 2. Komponen kimia jahe Zingiber officinale Sumber: Koswara 1995 Oleoresin merupakan campuran resin dan minyak atsiri yang diperoleh dari ekstraksi menggunakan pelarut organik. Menurut Guenther 1952, oleoresin jahe merupakan cairan kental berwarna kuning, mempunyai rasa pedas yang tajam, larut dalam alkohol dan petroleum eter, dan sedikit larut dalam air. Jahe mengandung resin yang cukup tinggi sehingga dapat dibuat sebagai oleoresin. Kelebihan oleoresin adalah lebih higienis dan memberikan rasa pedas pungent yang lebih kuat dibandingkan bahan asalnya. Minyak atsiri adalah minyak yang terdiri atas campuran zat yang mudah menguap dengan komposisi dan titik didih yang berbeda. Guzman dan Siemonsma 1999, menyebutkan minyak atsiri jahe berbentuk cairan kental berwarna kehijauan sampai kuning dan berbau harum khas jahe. Sebagian minyak atsiri diperoleh dengan cara penyulingan dan hidrodestilasi. Minyak atsiri jahe memberikan aroma harum dan umumnya minyak atsiri rempah digunakan sebagai bahan citarasa dalam makanan. Diantara ketiga jenis jahe, jahe merah lebih banyak digunakan sebagai obat karena kandungan minyak atsiri dan oleoresinnya paling tinggi sehingga lebih bermanfaat dalam menyembuhkan berbagai macam penyakit. Kandungan minyak atsiri jahe merah berkisar antara 2.58-3.72 bobot kering, sedangkan jahe gajah 0.82-1.68 dan jahe emprit 1.5-3.3. Selain itu, kandungan oleoresin jahe merah juga lebih tinggi dibandingkan jahe lainnya, yaitu 3 dari bobot kering Herlina et al., 2002.

2.2.2. Cabai Jawa

Lada panjang Piper retrofractum Vahl. atau lebih dikenal dengan cabai jawa atau cabai puyang merupakan tanaman asli Indonesia dan tumbuh menyebar dimana-mana. Cabai jawa tergolong tanaman yang merambat dan melilit dengan panjang 10 m. Buahnya berbentuk silinder dengan Komponen Jumlah Jahe segar Jahe kering Energi KJ 184,0 1424,0 Protein g 1,5 9,1 Lemak g 1,0 6,0 Karbohidrat g 10,1 70,8 Kalsium mg 21 116 Phospat mg 39 148 Besi mg 4,3 12 Vitamin A SI 30 147 Thiamin mg 0,02 - Niasin mg 0,8 5 Vitamin C mg 4 - Serat kasar g 7,53 5,9 Total abu g 3,70 4,8 Magnesium mg - 184 Natrium mg 6,0 32 Kalium mg 57,0 1342 Seng mg – 5 6 panjang sekitar 4 cm dan diameter 6 mm. Buah mudanya berwarna hijau dan keras serta beraroma tajam dan pedas, kemudian berubah warna menjadi kuning gading dan akhirnya berwarna merah Emmyzar 1992. Rasanya pedas karena mengandung senyawa piperin dengan kadar 4.6 Syukur dan Hernani 2002.

2.2.3. Lada Hitam

Lada hitam Piper ningrum L. adalah buah lada yang masih mempunyai kulit warna hitam. Lada hitam berasal dari famili Piperaceae. Lada hitam mengandung sekitar 1.5 minyak volatil dan lebih dari 6 oleoresin Farrel 1990.

2.2.4. Gula Pasir atau Gula Tebu

Tanaman tebu Saccharum officinarum L. merupakan salah satu tanaman penting yang bermanfaat sebagai penghasil gula. Lebih dari setengah produksi gula berasal dari tebu. Menurut Sudiatso 1982, batang tebu merupakan bagian terpenting dalam pembuatan gula karena mengandung nira. Untuk pembuatan gula, batang tebu yang sudah dipanen diperas dengan mesin pemeras mesin press. Setelah itu, nira atau air perasan tebu tersebut disaring, dimasak, dan diputihkan menjadi gula pasir. Masa kemasakan tebu ditunjukkan dengan pada akhir dari pertumbuhannya terdapat timbunan sakarosa di dalam batang tebu. Pada tebu yang masih muda, kadar sakarosa di ruas-ruas bawah dan kadar sakarosa di ruas-ruas di atasnya hampir sama besarnya. Sakarosa adalah bahan baku terpenting Sutardjo 2002. Gula merupakan senyawa organik yang penting sebagai bahan makanan karena gula mudah dicerna dalam tubuh sebagai sumber kalori. Pada umumnya, gula mempunyai rasa manis, tidak berwarna, tidak berbau, dapat mengkristal, dan larut dalam air Goutara dan Wijandi 1985. Syarat Mutu Gula pasir SNI 01-3140-1992 dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Syarat Mutu Gula Pasir SNI 01-3140-1992

2.2.5. Gula Merah atau Gula Palma