12
3. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. BAHAN DAN ALAT
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini, diantaranya adalah bahan untuk formulasi dan bahan untuk analisis. Bahan untuk formulasi, diantaranya jahe merah, gula pasir, gula merah, lada
hitam, cabai jawa, air, dan garam. Sedangkan bahan analisis, diantaranya aquades, K
2
SO
4
, HgO, H
2
SO
4
pekat, 60 NaOH-5 Na
2
S
2
O
3
, H
3
BO
3
, indikator metilen red-metilen blue, HCl 0.02 N, heksana, Na
2
S
2
O
3
.5H
2
O, HCl 25, dan indikator phenolptalein. Alat yang digunakan tahapan formulasi adalah kompor, panci, wajan, blender, sealer, ayakan,
gelas ukur, loyang, plastik, nampan, dan baskom. Sedangkan alat yang digunakan untuk analisis adalah sudip, cawan porselen tanur listrik, desikator, oven, labu kjeldahl, labu lemak, gelas piala, labu
takar 100 mL, tabung reaksi tertutup, pipet, penangas air, pipet ukur 2 mL, 5 mL, 10 mL, labu takar 100 mL, 1000 mL, buret, erlenmeyer 100 mL, 250 mL, neraca analitik, pengaduk magnetik, pipet
tetes, kertas saring, kapas bebas lemak, termometer, penjepit cawan gegep, dan Chromameter CR- 300 Minolta.
3.2. METODE PENELITIAN
Metodologi penelitian ini dibagi menjadi lima tahapan penelitian, yaitu mempelajari karakteristik IRTP minuman jahe merah instan, perbaikan formulasi dan proses minuman jahe merah
instan, karakteristik kimia produk minuman jahe merah instan, sertifikasi produk minuman jahe merah instan dalam skala rumah tangga BPOM 2003, dan analisis kelayakan usaha. Tahapan awal
bertujuan untuk mengetahui keadaan dan kondisi Industri Rumah Tangga Desa Benteng yang kemudian akan dilakukan perbaikan oleh peneliti, dengan melakukan langkah selanjutnya, yaitu
tahapan perbaikan formulasi dan proses untuk memperoleh formula yang akan dijadikan sebagai patokan untuk menjadi formula tetap formula standar, kemudian dilakukan karakteristik fisiko kimia
dari produk dengan formulanya yang telah tetap dan nantinya akan dibuatkan SOP oleh peneliti untuk IRTP minuman jahe merah instan. Tahap selanjutnya, dilakukan sertifikasi produk minuman jahe
merah instan ke Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor, dan terakhir dilakukan analisis kelayakan usaha dalam skala rumah tangga untuk melihat kelayakan dari usaha yang dijalankan.
3.2.1. Mempelajari Karakteristik Industri Rumah Tangga Pangan Minuman Jahe Merah Instan di Desa Benteng, Ciampea, Bogor
Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui kondisi dan kebutuhan industri rumah tangga pangan minuman jahe merah instan di Desa Benteng. Produk yang dimiliki IRT ini masih belum memiliki
nomor P-IRT, ruang produksi yang belum sesuai dengan CPPB Cara Produksi Pangan yang Baik, label dan kemasan yang masih belum sesuai dengan tata cara pelabelan. Ada pula secara keseluruhan
kegiatan ini merupakan pencapaian untuk menerapkan standardisasi formula, aspek legal, penyesuaian dengan CPPB agar menjadi produk industri rumah tangga yang lebih berkualitas dan memiliki
jangkauan pasar yang luas.
3.2.2. Perbaikan Formulasi dan Proses Pembuatan Minuman Jahe Merah Instan
Formulasi ini bertujuan untuk mendapatkan formula terbaik yang optimum secara fisik dan organoleptik. Secara fisik diuji melalui waktu rehidrasi dan analisis warna dengan Chromameter.
Kemudian, diujikan melalui uji organoleptik. Tahapan ini akan menentukan standar operating procedure SOP untuk peralatan, cara produksi, bahan-bahan, dan karyawan.
3.2.2.1. Pembuatan Minuman Jahe Merah Instan
Pembuataan minuman jahe merah instan diawali dengan menyiapkan beberapa bahan penting seperti jahe merah, gula pasir, gula merah, cabai jawa, lada hitam, garam, dan air. Ada tiga formula
yang digunakan dalam pembuatan minuman jahe merah instan. Ketiga formula dibedakan dari rasio gula pasir dan jahe merah segar yang digunakan. Selain itu, dilakukan perhitungan rendemen dengan
skala produksi 750 gram Tabel 5.
13
Tabel 5. Formula minuman jahe merah instan
Bahan Formula A
2:1 Formula B
1:1 Formula C
3:1
Gula pasir 500 g
375 g 562.5
Jahe merah 250 g
375 g 187.5
Gula merah 62.5 g
62.5 g 62.5 g
Cabe jawa 1.5 g
1.5 g 1.5 g
Garam 1 g
1 g 1 g
Lada hitam 0.5 g
0.5 g 0.5 g
Air 300 mL
300 mL 300 mL
Perbedaan ini didasarkan pada karakteristik minuman yang paling menonjol yaitu rasa pedas yang memberikan sensasi hangat setelah diminum. Rasa pedas ini disebabkan karena kombinasi rasa
pedas dan manis dari tiap formula. Selain itu, ada pula tambahan dari lada hitam dan cabai jawa. Diagram alir proses pembuatan minuman jahe merah instan terdapat pada Gambar 2.
Gambar 2. Diagram alir pembuatan minuman jahe merah instan Gula pasir, gula
merah, garam Air
Jahe Merah Sortasi
Penghancuran blender
Pengirisan Pencucian
Penimbangan
Pengendapan Pemanasan disertai
pengadukan
Pembentukan kristal
Pengayakan Pendinginan disertai
pengadukan
Pengecilan ukuran kristal
Minuman jahe merah instan
Pengemasan Cabe jawa
dan lada Blender
Bubuk cabe jawa dan lada hitam
14
Awalnya, jahe merah tersebut dihancurkan menggunakan blender dengan adanya penambahan air pula. Kemudian, diambil sarinya dengan pemerasan dan didiamkan ±10 menit agar patinya
mengendap dan tidak memengaruhi sifat fisik dari minuman jahe merah instan. Selanjutnya, sari jahe, gula merah, cabai jawa dan lada hitam bubuk, serta garam dipanaskan
dengan dilakukan pengadukan secara terus-menerus. Apabila sarinya yang dipanaskan volumenya telah menyusut hingga ¼ bagian, maka ditambahkan gula pasir. Selama proses pemanasan tersebut
harus dilakukan pengadukan secara kontinu untuk mempercepat terjadinya proses pengkristalan kokristalisasi atau mempercepat terbentuknya serbuk jahe merah instan. Jika larutan tersebut sari
jahe+gula pasir telah memekat dan membentuk serbuk, maka itu berat proses pengkristalan sudah terjadi dan pemanasan dihentikan agar tidak gosong. Pengadukan tetap dilakukan agar terbentuk
granula minuman serbuk instan tersebut yang seragam. Setelah itu, dilakukan pengayakan dan pengemasan.
3.2.2.2. Pengamatan Formula Minuman Jahe Merah Instan
Ketiga formula tersebut kemudian diamati. Pengamatan ini bertujuan untuk memperoleh formula yang optimum. Pengamatan tersebut, diantaranya:
a. Rendemen Kusnandar et al. 2011 b. Waktu rehidrasi Syamsir et al. 2011
c. Analisis warna metode chromameter AOAC 1995 d. Uji organoleptik rating hedonik Meilgaard et al.
1999
3.2.2.3. Penentuan Formula Terbaik
Berdasarkan tahapan pengamatan, maka akan dipilih satu formula dari ketiga formula formula A, formula B, dan formula C untuk menjadi formula standar yang akan dianalisis selanjutnya dan
diaplikasikan di IRTP tersebut.
3.2.3. Karakteristik Fisiko Kimia Produk Minuman Jahe Merah Instan
Pengamatan ini dilakukan untuk menguji formulasi yang terbaik yang telah dipilih yang sudah melalui tahapan formulasi. Hal yang diamati untuk analisis sifat kimia diantaranya analisis proksimat
dan uji bagian yang tidak larut air Apriyantono et al 1989. Analisis proksimat terdiri dari analisis kadar air metode oven AOAC 1995, kadar abu metode oven AOAC 1995, kadar lemak metode
ekstraksi soxhlet AOAC 1995, kadar protein metode kjeldahl AOAC 1995, dan kadar karbohidrat by difference.
3.2.4. Pembuatan Standard Operating Procedure SOP
Setelah formula yang optimum dipilih menjadi formula yang terbaik, maka langkah selanjtnya yaitu pembuatan Prosedur Kerja Baku atau Standard Operating Procedure SOP. Pembuatan SOP ini
bertujuan agar IRTP ini memiliki produk yang bermutu baik, aman, dan layak dikonsumsi oleh konsumen.
3.2.5. Sertifikasi Produk Minuman Jahe Merah Instan dalam Skala Industri Rumah Tangga Pangan BPOM 2003
Secara garis besar, langkah-langkah sertifikasi produk pangan industri rumah tangga SPP- IRT dapat dijelaskan pada Gambar 3. Untuk tahapan penjabarannya, diantaranya:
3.2.5.1. Pengajuan Permohonan SPP-IRT
Pengajuan SPP-IRT diajukan kepada pemerintah daerah KabupatenKota Dinas Kesehatan. Tata cara penyelenggaraan sertifikasi produksi pangan industri rumah tangga, diantaranya mengisi
formulir pendaftaran, fotokopi KTP, surat keterangan domisili usaha dari DesaKelurahan, contoh label produk, pas foto berwarna ukuran 4x6 2 lembar, dan pemohon diwajibkan mengikuti
penyuluhan keamanan pangan serta diperiksa sarana produksinya.
15
3.2.5.2. Penyelenggaraan Penyuluhan Keamanan Pangan PKP
Kegiatan tersebut diselenggarakan oleh Dinas Kesehatan KabupatenKota Bogor dengan tenaga penyuluh adalah yang memiliki sertifikat penyuluh pangan yang dikeluarkan oleh BPOM RI
seperti balai besarBPOM setempat. Peserta yang mengikuti PKP adalah pemilik atau penanggung jawab PP-IRT.
Materi penyuluhan utama yang terdiri dari berbagai jenis bahaya biologis, kimia, dan fisik dan cara menghindari dan memusnahkannya. Selain itu, ada penjelesan mengenai higiene dan sanitasi
sarana PP-IRT, CPPB-IRT, serta peraturan perundang-undangan mengenai keamanan pangan penggunaan bahan tambahan pangan, label, dan iklan pangan. Adapun materi pelengkap yang
diberikan penyuluh, diantaranya pengemasan dan penyimpanan produk pangan IRT serta pengembangan usaha PP-IRT termasuk etika bisnis. Penyuluhan tersebut dilaksanakan sekurang-
kurangnya 2 hari selama 5 jamhari.
3.2.5.3. Pendampingan Cara Produksi yang Baik terhadap Industri Rumah Tangga Pangan Minuman jahe merah instan
Secara umum, penerapan CPPB-IRT untuk menghasilkan pangan yang bermutu, aman dikonsumsi, dan sesuai dengan tuntutan konsumen baik konsumen domestik maupun internasional.
Sedangkan secara khusus, penelitian ini memberikan pendampingan kepada produsen IRTP Minuman Gambar 3. Alur Penyelenggaraan SPP-IRT
Penyuluhan Keamanan Pangan PKP
Sertifikat PKP
Sertifikat Produksi Pangan
Pengajuan SPP-IRT
Perbaikan ke DINKES KabKota Bogor
Pendampingan
LULUS
YA TIDAK
Pemeriksaan sarana dan prasarana IRTP
LULUS
YA TIDAK
LULUS
YA TIDAK
Pemohon Penanggung Jawab IRTP
16
jahe merah instan yang telah diberikan penyuluhan oleh Dinas Kesehatan KabupatenKota Bogor. Hal ini bertujuan untuk mengarahkan IRTP agar dapat memenuhi persyaratan produksi yang baik, seperti
persyaratan lokasi, bangunan, dan fasilitas peralatan produksi, pengendalian hama, higiene karyawan, pengendalian proses, dan pengawasan. Pendampingan ini dilakukan dengan bantuan pihak lain, seperti
LPPM-IPB dan SEAFAST Center.
3.2.5.4. Pemeriksaan Sarana Produksi
Pemeriksaan dilakukan setelah PKP yang dilakukan oleh petugas KabupatenKota yang telah memiliki sertifikat inspektur pangan IRT yang dikeluarkan Badan POM. Pemeriksaan harus mengikuti
pedoman yang dikeluarkan badan POM. Hasil dari pemeriksaan akan mendapatkan sertifikat produksi pangan atau nomor PIRT yang dinyatakan lulus pada produknya dengan syarat minimal hasil berita
acara pemeriksaan bernilai cukup dan telah melakukan perbaikan yang disarankan pihak Dinas Kesehatan KabupatenKota.
3.2.6. Analisis Kelayakan Usaha Berdasarkan Kriteria Investasi Nurmalia, Sarianti, dan Karyadi 2009
Net Present Value NPV
NPV = ∑
- ∑
Keterangan : Bt = Manfaat pada tahun t
Ct = Biaya pada tahun t t
= Tahun kegiatan bisnis t = 0, 1, 2, 3, …, n, tahun awal bisa tahun 0 atau tahun 1 tergantung karakteristik bisnisnya
i = Tingkat discount rate
Indikator :
Jika NPV0 positif, maka bisnis layak untuk dilaksanakan Jika NPV0 negatif, maka bisnis tidak layak untuk dilaksanakan
Gross Benefit-Cost Ratio
Gross BC =
∑ ∑
Keterangan : Bt = Manfaat pada tahun t
Ct = Biaya pada tahun t t
= Tahun kegiatan bisnis t = 0, 1, 2, 3, …, n, tahun awal bisa tahun 0 atau tahun 1 tergantung karakteristik bisnisnya
i = Tingkat discount rate
Indikator : Jika Gross BC1, maka bisnis layak untuk dilaksanakan
Jika Gross BC1, maka bisnis tidak layak untuk dilaksanakan
Net Benefit-Cost Ratio
Net BC =
∑ ∑
Keterangan : Bt = Manfaat pada tahun t
Ct = Biaya pada tahun t t
= Tahun kegiatan bisnis t = 0, 1, 2, 3, …, n, tahun awal bisa tahun 0 atau tahun 1 tergantung karakteristik bisnisnya
i = Tingkat discount rate
Indikator : Jika Net BC1, maka bisnis layak untuk dilaksanakan
Jika Net BC1, maka bisnis tidak layak untuk dilaksanakan
17
Internal Rate of Return IRR
IRR = i
1
+ i
1
– i
2
Keterangan : i
1
= discount rate yang menghasilkan NPV positif i
2
= discount rate yang menghasilkan NPV negative NPV
1
= NPV positif NPV
2
= NPV negatif Indikator :
Sebuah bisnis dikatakan layak apabila IRR-nya lebih besar dari oppurtunity cost of capital-nya DR
3.3. METODE ANALISIS a. Rendemen Kusnandar et al. 2011
Rendemen minuman jahe merah instan dengan persamaan sebagai berikut:
Rendemen =
b. Waktu Rehidrasi Syamsir et al. 2011
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui bahwa produk tersebut masih tergolong instan atau penyajian cepat. Pertama dilakukan penimbang 0.1 gram sampel, kemudian sampel dimasukkan ke
dalam 100 mL air dan dicatat waktu yang dibutuhkan untuk terdispersi. Pelarutan bubuk instan tersebut tanpa adanya pengadukan.
c. Analisis Warna Metode Chromameter AOAC 1995
Alat dipersiapkan dan dihubungkan dengan arus listrik. Analisis warna dengan chromameter CR-300 Minolta dilakukan dengan meletakkan measuring head pada contoh yang akan diukur, dan
tekan “measure” atau tekan tombol pada measuring head. Hasil pengukuran ditampilkan dengan notasi Lab dengan L menyatakan parameter kecerahan dari hitam 0 sampai putih 100. Nilai +a
positif dari 0 sampai +100 untuk warna merah dan nilai –a negatif dari 0 sampai -80 untuk warna hijau, sedangkan nilai +b positif dari 0 sampai +70 untuk warna kuning dan nilai –b negatif dari 0
sampai dengan -80 untuk warna biru.
d. Uji Organoleptik Rating Hedonik Meilgaard et al. 1999