33
Tabel 6 Data curah hujan tahun 2009 dan rata-rata tahun 1999-2008 untuk wilayah Cihideung
Bulan Curah hujan
mm Tahun 2009
Curah hujan mm rata- rata Tahun 1999-2008
Januari 278,0 331,2
Februari 302,0
333,3 Maret 199,0
215,7 April 246,0
302,3 Mei 230,0
253,8 Juni 238,0
177,7 Juli
203,0 161,4
Agustus 41,0 147,3
September 298,0 198,7 Oktober 365,0
252,4 November 528,0 366,4
Desember 428,0 269,5 Sumber : BMG Stasiun Klimatologi Darmaga Bogor, 2010
4.3.1.2 Warna dan Kekeruhan
Hasil pengukuran warna yang dilakukan pada lima stasiun pengamatan dengan tiga kali ulangan, nilai rata-ratanya dapat dilihat pada Gambar 8. Pada
gambar tersebut terlihat bahwa simpangan baku yang terbesar terdapat pada stasiun 2 dan 5. Hal ini terjadi karena pada stasiun 2 dan stasiun 5 terdapat
kegiatan perikanan, peternakan dan permukiman yang membuang limbahnya ke Sungai Cihideung, sehingga akan menyumbang limbah organik yang berasal dari
sisa pakan ikan dan ternak serta dari limbah rumah tangga yang cukup tinggi. Pembuangan limbah dari kegiatan-kegiatan tersebut tidak dilakukan dalam
waktu yang rutin, sehingga menyebabkan adanya variasi warna.
34
War n
a P
tC o
‐10,00 0,00
10,00 20,00
30,00 40,00
50,00 60,00
70,00 80,00
90,00 100,00
1 2
3 4
5
Stasiun
Gambar 8 Hasil pengukuran simpangan baku warna PtCo air Sungai Cihideung Berdasarkan analisis yang dilakukan terhadap warna menunjukkan bahwa
pada ulangan 1 warna berkisar 18 – 59 PtCo, pada ulangan 2 warna berkisar pada 10 – 89 PtCo, dan pada ulangan 3 warna berkisar pada 0 – 21 PtCo. Nilai warna
tertinggi terdapat pada stasiun 5 ulangan 2 .
Hal ini erat kaitannya dengan keberadaan stasiun tersebut, yakni di lokasi yang banyak kegiatan menunjukkan
nilai warna yang tinggi. Pengambilan sampel ulangan ke-2 dilakukan pada waktu sore hari setelah adanya aktivitas di pagi hari. Hal ini sejalan dengan pernyataan
Alaert dan Santika 1984 yang menyatakan bahwa warna dalam air disebabkan oleh adanya ion-ion metal alam besi dan mangan, humus, plankton, tanaman
air dan buangan industri. Warna air biasanya dihilangkan terutama sekali untuk penggunaan air industri dan air minum. Kualitas air bersih yang diperoleh dari
WTP Cihideung Tabel 10 menunjukkan bahwa nilai warna adalah 0. Hasil pengukuran warna selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 9. Warna juga
berkaitan dengan kekeruhan yang gambar grafiknya dapat dilihat pada Gambar 11.
35
20 40
60 80
100
Stasiun 1
Stasiun 2
Stasiun 3
Stasiun 4
Stasiun 5
Ulangan 1
Ulangan 2
Ulangan 3
Gambar 9 Hasil analisis warna PtCo air Sungai Cihideung Bogor Hasil pengukuran kekeruhan yang dilakukan pada lima stasiun
pengamatan dengan tiga kali ulangan nilai rata-ratanya dapat dilihat pada Gambar 10. Pada Gambar 10 terlihat bahwa simpangan baku yang terbesar
terjadi pada stasiun 2 dan 5, sama seperti simpangan baku warna. Kondisi ini terjadi karena adanya ketidakrutinan pembuangan limbah.
Ke k
e ruha
n N
T U
‐5,00 0,00
5,00 10,00
15,00 20,00
1 2
3 4
5
Stasiun
Gambar10 Hasil simpangan baku nilai kekeruhan NTU air Sungai Cihideung
Warna PtCo
Stasiun Pengamatan
36
2 4
6 8
10 12
14 16
18
Stasiun 1
Stasiun 2
Stasiun 3
Stasiun 4
Stasiun 5
Ulangan 1
Ulangan 2
Ulangan 3
Hasil analisis yang dilakukan terhadap kekeruhan menunjukkan ulangan 1 kekeruhan berkisar 3 – 16 NTU, ulangan 2 kekeruhan berkisar pada 2 – 16
NTU, dan ulangan 3 kekeruhan berkisar pada 0 – 5 NTU. Nilai kekeruhan tertinggi terdapat pada stasiun 2 ulangan 1 dan stasiun 5 ulangan 2, yang dapat
dilihat pada Gambar 11. Hal ini disebabkan pada stasiun 2 terdapat perikanan dan peternakan ayam, dan karena saat pengambilan sampel dilakukan pada siang
hari, diduga akan lebih banyak masukan limbah rumah tangga dari pondok pesantren dan buangan perternakan ayam karena kegiatan-kegiatan tersebut
umumnya dilakukan pada siang hari. Demikian juga dengan stasiun 5 limbahnya diduga berasal dari limbah buangan rumah tangga, sedangkan pada stasiun 4
diduga berasal dari sisa-sisa buangan bengkel. Hal ini sejalan dengan pernyataan Wardoyo 1975 yang menyatakan bahwa kekeruhan merupakan ukuran biasan
cahaya di dalam air yang disebabkan oleh adanya partikel dan suspensi dari suatu bahan pencemar, antara lain berupa bahan organik dan anorganik dari buangan
industri, rumah tangga, peternakan, serta sebagainya yang terkandung dalam perairan.
Gambar 11 Hasil analisis kekeruhan NTU air Sungai Cihideung Bogor
Stasiun Pengamatan Kekeruha
n N TU
37
4.3.1.3 Padatan Tersuspensi Total TSS