19
berdasarkan jenis-jenis kegiatan yang terdapat sepanjang aliran Sungai Cihideung. Metode analisis yang digunakan disesuaikan dengan parameter yang diteliti
sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 2. Tabel 2 Parameter fisika, kimia dan biologi air dan metode pengukuran
No. Parameter Satuan Alat
Analisis Keterangan
A Fisika
1. Suhu
o
C Termometer In Situ
2. Kekeruhan NTU Turbidimeter
In Situ
3. Warna PtCo Spektrofotometer Laboratorium
4. Padatan tersuspensi
mgl Gravimetri Laboratotium
B Kimia
5. pH -
pH meter
In Situ
6 BOD mgl Inkubasi
Laboratorium 7. COD
mgl Bikromat, Refluks Laboratorium
8. Nitrat mgl Spektrofotometer Laboratorium
9. Nitrit mgl Spektrofotometer Laboratorium
10. Ammoniak mgl
Spektrofotometer Laboratorium 11. Timbal
mgl AAS
Laboratorium 12. Besi
mgl AAS
Laboratorium
C Biologi
13
Fecal Coliform E.coli
Jml100 ml MPN Laboratorium
3.3 Data Kebutuhan Pengguna
Stakeholder
Untuk mengetahui aspirasi dan kebutuhan stakeholder tentang faktor- faktor yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan pemakaian kebutuhan air di
Kampus IPB Darmaga berupa wawancara dan kuesioner. Responden yang diambil adalah teknisi dan laboran yang ada di lingkungan Kampus IPB Darmaga untuk 9
fakultas. Data diolah dengan analisis deskriptif.
3.4 Pengumpulan Data Sekunder
Data pendukung dikumpulkan dari berbagai instansi terkait yang ada di Kabupaten Bogor seperti Dinas PU, Kantor Klimatologi Kabupaten Bogor. Data
pendukung meliputi data iklim.
20
3.5 Metode Analisis Data
Untuk mengevaluasi apakah kualitas air Sungai Cihideung layak dimasukkan ke dalam klasifikasi Kelas I, maka tiap parameter kualitas air hasil
analisis dibandingkan dengan mutu air Kelas I air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor
82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Parameter-parameter kualitas air yang telah melewati batas maksimum yang
diperbolehkan, dipelajari sejauh mana penyimpangannya dari baku mutu yang telah ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
3.5.1 Kualitas Air Sungai dan Status Pencemar
Hasil pengukuran karakteristik kualitas air fisika, kimia dan biologi yang diperoleh dibandingkan dengan standar baku mutu berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Status kualitas lingkungan Sungai Cihideung
ditetapkan dengan menggunakan metode STORET. Status kualitas lingkungan perairan ditetapkan untuk setiap titik stasiun pengamatan. Pada prinsipnya metode
ini membandingkan antara data kualitas dengan baku mutu yang disesuaikan dengan peruntukkannya guna menentukan status mutu air Kepmen LH No. 115
Tahun 2003. Tahapan analisis data untuk menentukan indeks STORET adalah sebagai
berikut : 1. Data hasil pengukuran untuk tiap parameter dibuat tabulasi nilai kadar
maksimum, minimum maupun rata-rata yang kemudian dibandingkan dengan data hasil pengukuran dan nilai baku mutu yang sesuai dengan peruntukannya.
2. Jika hasil pengukuran memenuhi nilai baku mutu air hasil pengukuran ≤ baku
mutu maka diberi skor 0. 3. Jika hasil pengukuran tidak memenuhi nilai baku mutu air hasil pengukuran
baku mutu maka diberi skor sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3. 4. Jumlah negatif dari seluruh parameter dihitung dan ditentukan status mutunya
dari jumlah skor yang diperoleh dengan menggunakan Sistem EPA Environmental Protection Agency yang disajikan pada Tabel 4.
21
Tabel 3 Penentuan
sistem nilai untuk menentukan status mutu air
Jumlah Sampel
Nilai Parameter Fisika Kimia Biologi
Maksimum
-1 -2 -3 10
Minimum
-1 -2 -3
Rata-rata
-3 -6 -7
Maksimum
-2 -4 -6 ≥ 10
Minimum
-2 -4 -6
Rata-rata
-6 -12 -18
Sumber : Kepmen LH No. 115 Tahun 2003 Tabel 4 Penentuan status mutu perairan
No Kelas Skor
Kategori 1
Kelas A baik sekali memenuhi baku mutu
2 Kelas B baik
-1 sd -10 tercemar ringan
3 Kelas C sedang
-11 sd -30 tercemar sedang
4 Kelas D buruk
≥ -31 tercemar berat
Sumber : Kepmen LH No. 115 Tahun 2003
3.5.2 Analisis Beban Pencemaran
Analisis beban pencemaran dilakukan dengan perhitungan secara langsung dari kualitas air Sungai Cihideung yang dipakai sebagai bahan baku pengolahan di
WTP Cihideung yang menuju ke muara sungai Kepmen LH No. 51 Tahun 1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri. Cara penghitungan
beban pencemaran ini didasarkan atas pengukuran langsung debit sungai dan konsentrasi parameter yang diukur, berdasarkan persamaan berikut:
BP = C x Dx f
Keterangan : BP = Beban pencemaran yang masuk dari sungai tonbulan
C = Kosentrasi limbah mgl
D = Debit air sungai m
3
detik f
= Faktor konversi 3600 x 24x30x1x10
-6
22
Debit air sungai, dengan persamaan berikut : Effendi, 2003
D = V x A = V x d x w
Keterangan : D =
Debit air
m
3
detik V =
Kecepatan arus
mdetik A
= Luas penampang m
2
d = Kedalaman
sungaim w
= Lebar sungai m
Kecepatan arus
Pengukuran kecepatan arus pada masing-masing stasiun dilakukan secara melintang di pinggir kiri, tengah dan kanan sungai dengan menggunakan botol air
mineral bekas ukuran 600 ml yang diikatkan pada tali sepanjang 10 meter. Setelah itu botol tersebut dihanyutkan mengikuti aliran sungai dan dicatat waktu yang
diperlukan botol tersebut untuk mencapai jarak 10 meter.
Kedalaman sungai
Pengukuran kedalaman sungai pada tiap stasiun dilakukan dengan menggunakan bambu berskala yang dicelupkan sampai ke dasar perairan sungai.
Lebar sungai
Pengukuran lebar sungai dengan cara membentangkan rol meter secara melintang dari bagian kiri sampai kanan sungai yang masih terdapat aliran.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Kampus IPB Darmaga merupakan salah satu dari lima kampus milik Institut Pertanian Bogor IPB. Luas keseluruhan Kampus IPB Darmaga adalah
270 Ha, di dalamnya telah berdiri antara lain gedung rektorat, gedung-gedung fakultas Pertanian, Kedokteran Hewan, Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Peternakan, Kehutanan, Teknologi Pertanian, MIPA, Ekonomi dan Manajemen, Ekologi Manusia dan gedung-gedung pusat penelitian-pengembangan dan pusat
kegiatan belajar-mengajar untuk Strata-1, 2 dan 3. Di kampus ini tersedia pula sejumlah fasilitas sosial dan fasilitas umum, seperti klinik kesehatan, rumah sakit
hewan, wisma tamu, pusat kegiatan mahasiswa, asrama mahasiswa, gedung olah raga, plaza akademik, bank, ATM, dan kantor pos mobile.
Untuk memenuhi kebutuhan air sehari-hari Kampus IPB Darmaga melakukan pengolahan sendiri air sungai menjadi air bersih untuk keperluan
kebersihan dan juga dipakai untuk memasak. Pengolahan air dilakukan di water treatment plant
WTP Cihideung. Air sungai yang diolah berasal dari Sungai Cihideung yang melintasi kampus yang juga merupakan salah satu sungai yang
mengalir sepanjang Kabupaten Bogor. Hulu sungai ini terletak di kaki Gunung Salak dan bermuara di Sungai Cisadane. Sungai Cihideung saat ini dimanfaatkan
oleh masyarakat sekitar untuk berbagai keperluan seperti sumber air minum, sumber air baku bagi tempat pengolahan air di Kampus IPB Darmaga, MCK,
irigasi, perikanan, media pembuangan limbah rumah tangga, industri rumah tangga, perladangan dan persawahan.
Air merupakan sumberdaya yang sangat penting bagi kehidupan manusia, baik untuk dikonsumsi maupun digunakan untuk kepentingan lain. Namun, air
bersih semakin sedikit persediaannya karena banyak sumber daya air yang tercemar. Pencemaran air terjadi karena manusia yang melakukan aktivitas
produksi dan konsumsi sering membuang limbah secara sembarangan ke dalam
24
saluran air. Kemudian air tercemar mengalir ke parit, sungai dan akhirnya mencapai laut sebagai tempat pembuangan akhir.
Pengolahan air sungai yang telah tercemar berbagai limbah menjadi air bersih sangat diperlukan dalam menentukan kualitas air. Menurut Sittig 1974
dalam Indriani 2002, proses penanganan limbah cair terdiri dari empat tahap
yaitu tahap pendahuluan pre treatment, tahap penanganan primer primary treatment
, tahap penanganan sekunder secondary treatment, dan tahap penanganan tersier tertiary treatment. Tahap pendahuluan pre treatment
bertujuan untuk menghilangkan padatan terapung, padatan anorganik, dan minyak. Tahap penanganan primer primary treatment bertujuan untuk
menghilangkan padatan tersuspensi yang mencakup proses separasi, equalisasi, netralisasi, sedimentasi, koagulasi dan flokulasi, serta penambahan nutrien.
Tahap penanganan sekunder secondary treatment bertujuan untuk menghilangkan padatan organik dengan menggunakan lumpur aktif, kolam
aerasi aerated lagoons, dan oksidasi kimia. Tahap penanganan tersier tertiary treatment
bertujuan untuk memperbaiki kualitas efluen hingga memenuhi syarat ambang batas yang mencakup proses presipitasi kimia, adsorpsi karbon,
pertukaran ion, dan osmosis balik.
4.2 Proses Pengolahan Air di WTP Cihideung