56
buangan adalah protein 40-60, karbohidrat 25-50, lemak dan minyak 10. Urea yang merupakan unsur dominan air seni merupakan senyawa
organik penting lainnya yang terdapat dalam air buangan. Selain itu air buangan terkadang mengandung molekul sintesis seperti surfaktan, fenol dan pestisida.
Kontribusi terbesar kedua dalam memberikan beban pencemaran adalah BOD sebesar 7.989 tonbulan. Parameter ini menggambarkan jumlah bahan
organik yang dapat diuraikan secara biologis yaitu jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroba untuk mendekomposisi bahan organik. Pada parameter
ini, stasiun 5 memberikan kontribusi yang sangat signifikan jika dibandingkan dengan stasiun yang lain yaitu sebesar 3.581 tonbulan. Hal ini diduga
disebabkan oleh banyaknya kandungan bahan organik berupa minyakoli mesin yang terbawa bersama air. Hasil penentuan BOD dapat memberikan gambaran
keberadaankandungan pencemar dari golongan bahan organik. Beban limbah yang berasal dari golongan nutrient yaitu nitrat sebesar
3.065 tonbulan dan amoniak sebesar 89,3 tonbulan. Kontribusi terbesar berasal dari stasiun 5. Hal ini diduga sebagai akibat akumulasi kandungan minyak yang
berasal dari sisa bengkel motor yang membuang oli ke sungai. Selain itu, juga diduga sebagai akibat masuknya limbah-limbah domestik yaitu karbohidrat,
lemak dan protein yang berasal dari rumah tangga. Penguraian nutrisi lemak dan protein akan menghasilkan amoniak dan nitrat. Parameter logam berat yang
memberikan kontribusi paling besar terhadap beban pecemaran adalah besi sebesar 184,7 tonbulan. Kontribusi tertinggi pencemaran berasal dari stasiun 5,
terdapat buangan bengkel besi yang mengalirkan limbahnya ke sungai dan
terakumulasi.
4.7 Kualitas Air Bersih
Kualitas air hasil olahan disajikan pada Tabel 10. Berdasarkan hasil analisa tersebut dapat disimpulkan bahwa kualitas hasil WTP IPB Cihideung dari
parameter-parameter yang dianalisis dapat memenuhi persyaratan KEPMENKES No. 907MENKESSKVII2002 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas
Air, sedangkan untuk parameter biologi masih berada diatas yang disyaratkan
57
oleh kepmenkes tersebut. Pada dasarnya kualitas hasil olahan sangat dipengaruhi oleh kualitas air baku, untuk itu maka pada air baku perlu dilakukan berbagai
perlakuan seperti penambahaninjeksi PAC. Namun demikian penambahan PAC ini harus dilakukan secara tepat mengingat dosis PAC yang tidak tepat dapat
menghasilkan output atau hasil olahan yang kualitasnya kurang baik. Oleh karena itu pengaturan dosis koagulan dilakukan dengan tepat dan perlakuan
tersebut harus dilakukan secara cepat mengingat hasil olahan yang baik dapat dicapai hanya jika proses koagulasi dan flokulasi berjalan secara optimum.
Tabel 10 Hasil analisis air bersih dari WTP Cihideung IPB
No. Parameter Satuan
Baku Mutu Air Kepmenkes No.
907 Tahun 2002 Hasil Sampel
A Fisika
1. Suhu
o
C Suhu udara ± 1-3
o
C 26
2. Kekeruhan NTU
5 3. Warna
PtCo 15
4. Padatan tersuspensi
TSS mgl -
14
B Kimia
5. pH -
6,5-8,5 7.02
6 BOD mgl
- 23
7. COD mgl
- 60
8. Nitrat mgl
50 8.04
9. Nitrit mgl
3,0 0.001
10. Amoniak mgl
- 0.166
11. Timbal mgl
- 0.030
12. Besi mgl
0,3 0.071
C Biologi
13 Fecal Coliform
E.coli Jml100 ml
200
Koagulasiflokulasi merupakan tahapan kritis dan menentukan kualitas proses secara keseluruhan. Oleh karena itu, optimasi harus dilakukan pada
tahapan proses ini. Optimasi dilakukan dengan melakukan kajian laboratorium jar test untuk menentukan jenis dan dosis koagulan, serta kondisi optimum
proses. Pada saat ini ada dua macam koagulan yang banyak digunakan yaitu koagulan organik dan koagulan anorganik. Aluminium sulfat [Al
2
SO
4 3
.14H
2
O] dan poly aluminium chloride PAC merupakan koagulan anorganik dengan
produksi terbanyak Wenbin et al., 1999 dalam Indriani, 2002. Hasil optimasi
58
laboratorium kemudian diimplementasikan di lapangan. Optimasi laboratorium juga dilakukan untuk menentukan dosis optimum pemberian desinfektan
kaporit. Hasil penelitian laboratorium yang telah dilakukan oleh Romli 2001
menunjukan bahwa alum memiliki kelemahan yaitu menurunkan pH dan sempitnya selang dosis untuk menyebabkan pengaruh sebaliknya. Pada
penelitian ini juga teramati bahwa dosis 30 mgl menyebabkan peningkatan kekeruhan air hasil olahan. PAC tidak terlalu mempengaruhi pH air hasil olahan
dan tidak ditemukan adanya efek balik pada tingkat pemakaian yang wajar. PAC tidak menurunkan alkalinitas air secara ekstensif, sehingga tidak diperlukan
koreksi pH air setelah pengolahan. Selain hal tersebut PAC cepat membentuk flok sehingga pengendapan dapat berlangsung dengan cepat waktu tinggal
rendah.
4.8 Penggunaan Air di Kampus IPB Darmaga