37
4.3.1.3 Padatan Tersuspensi Total TSS
Nilai rata-rata padatan tersuspensi total TSS dari penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 12. Hasil pengukuran ini memperlihatkan tingginya
simpangan baku untuk TSS terutama stasiun 5, 2, dan 4. Hal ini terjadi karena di stasiun 5 terdapat banyak permukiman penduduk yang membuang limbah
organik, pada stasiun 2 terdapat pembuangan limbah dari peternakan dan perikanan yang terdiri dari sisa pakan, dan pada stasiun 4 limbah domestik dari
permukiman penduduk yang ada di sekitar Sungai Cihideung. Pembuangan limbah ini tidak terjadi pada waktu yang rutin, sehingga simpangan baku di
ketiga stasiun tersebut tinggi.
TS S
m g
l
0,00 5,00
10,00 15,00
20,00 25,00
1 2
3 4
5
Stasiun
Gambar 12 Hasil pengukuran simpangan baku TSS mgl air Sungai Cihideung Berdasarkan hasil analisis TSS air Sungai Cihideung menunjukkan
bahwa nilai TSS pada ulangan 1 berkisar 14 – 24 mgl, ulangan 2 berkisar 8 – 12 mgl, dan ulangan 3 berkisar 6 -16 mgl. Gambar 13. Hasil analisis TSS air
Sungai Cihideung tertinggi terdapat pada stasiun 2 ulangan 1 sebesar 24 mgl. Hasil tersebut masih dibawah batas ambang baku mutu air Kelas I yang telah
ditetapkan melalui PP No. 82 Tahun 2001. Kondisi ini terjadi dan diduga karena banyaknya limbah penyumbang TSS di lokasi penelitian yang didominasi dari
limbah yang berasal dari kegiatan budidaya perikanan dan peternakan ayam.
Baku mutu 50 mgl
38
5 10
15 20
25 30
Stasiun 1
Stasiun 2
Stasiun 3
Stasiun 4
Stasiun 5
Ulangan 1
Ulangan 2
Ulangan 3
Gambar 13 Hasil analisis TSS mgl air Sungai Cihideung Bogor Kegiatan peternakan merupakan penghasil limbah organik berupa
kotoran hewan dan sisa pakan yang masuk ke badan air sungai. Walaupun sebagian besar limbahnya tergolong limbah padat, tetapi saluran drainase dari
kegiatan peternakan akan membawa limbah cair organik dengan kandungan zat tersuspensi yang tinggi. Di samping itu, limbah ternak dapat merupakan sumber
nitrogen dan fosfor yang dapat mengakibatkan terjadinya eutrofikasi pada badan air. Keadaan ini dapat mengakibatkan gangguan keseimbangan ekologis dan
bahkan dapat menyebabkan kematian biota perairan serta merusak estetika perairan. Hal ini sesuai dengan Sastrawijaya 2000 bahwa TSS dalam air
umumnya terdiri dari fitoplankton, zooplankton, kotoran manusia, kotoran hewan, lumpur, sisa tanaman dan hewan serta limbah industri. Erosi tanah akibat
hujan lebat dapat mengakibatkan naiknya nilai TSS secara mendadak bentuk padatan terlarut. Dalam hal ini aliran sungai pada saat dilakukan pengambilan
sampel di stasiun 2 ulangan 1 juga memperlihatkan adanya nilai kekeruhan yang tinggi Gambar 11.
Total padatan terlarut merupakan bahan-bahan terlarut dalam air yang tidak tersaring dengan kertas saring millipore dengan ukuran pori 0,45
μm. Padatan ini terdiri dari senyawa-senyawa anorganik dan organik yang terlarut
dalam air, mineral dan garam-garamnya. Penyebab utama terjadinya TSS adalah
T S S
mgl
Stasiun Pengamatan
39
bahan anorganik berupa ion-ion yang umum dijumpai di perairan. Sebagai contoh air buangan sering mengandung molekul sabun, deterjen dan surfaktan
yang larut air, misalnya pada air buangan rumah tangga dan industri pencucian.
4.3.2 Parameter Kimia