1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Orientasi pembangunan nasional telah mengalami perubahan dari konsep pembangunan daratan mengarah ke eksplorasi kelautan. Sebagai negara bahari
dan kepulauan terbesar di dunia, Dahuri 2005 menyatakan bahwa sedikitnya terdapat 10 sektor yang dapat dikembangkan untuk memajukan dan
memakmurkan Indonesia, salah satunya adalah industri dan jasa maritim termasuk industri perkapalan galangan kapal. Industri galangan kapal merupakan suatu
industri yang menjadi salah satu faktor utama penunjang industri transportasi laut di Indonesia. Industri galangan kapal berperan dalam penyediaan kapal baik
sebagai sarana transportasi untuk muatan barang ataupun orang. Selain itu, industri galangan juga berperan dalam pemeliharaan dan perbaikan kapal. Potensi
galangan kapal di Indonesia saat ini tercatat ada sekitar 240 galangan kapal yang sebagian besar adalah galangan kapal dalam skala kecil. Windyandari 2008
menyatakan bahwa diantara 240 galangan tersebut terdapat 4 buah galangan kapal yang tergolong dalam skala besar yaitu: PT Dok Perkapal Kodja Bahari, PT
PAL Indonesia, PT Dok dan Perkapalan Surabaya, dan PT Industri Kapal Indonesia. Galangan-galangan dalam skala besar tersebut merupakan galangan
kapal milik pemerintah Indonesia. Dengan diberlakukannya pasar bebas untuk wilayah ASEAN, maka volume
perdagangan di Indonesia akan mengalami kenaikan. Penggunaan jasa kapal sebagai salah satu penunjang kegiatan tersebut akan ikut mengalami kenaikan,
baik secara kuantitas, ukuran dan jenis kapal yang beroperasi, sehingga kapal- kapal yang singgah dan berlabuh di Indonesia khususnya Jakarta akan mengalami
peningkatan. Peningkatan volume kegiatan industri transportasi laut perlu didukung dengan peningkatan pelayanan galangan khususnya di Jakarta, baik
untuk memenuhi kebutuhan akan bangunan baru maupun reparasi kapal. Peningkatan ini juga menuntut setiap dok dan galangan kapal untuk selalu
meningkatkan produktivitasnya. Selain sebagai industri penunjang transportasi laut, galangan kapal juga
berperan sebagai industri penunjang perikanan tangkap. Galangan kapal dalam hal
ini berperan sebagai industri penyediaan, pemeliharaan dan perbaikan kapal perikanan sehingga kegiatan operasi penangkapan ikan dapat berjalan dengan
lancar. Dalam perikanan tangkap, kapal perikanan merupakan salah satu unit penangkapan ikan yang penting keberadaannya. Kapal perikanan berfungsi
sebagai sarana transportasi nelayan menuju fishing ground, ataupun sebaliknya sebagai sarana transportasi untuk mengangkut ikan hasil tangkapan menuju
fishing base. Selain sebagai sarana transportasi, di atas kapal perikanan, operasi penangkapan ikan juga dilakukan.
Kementerian Kelautan dan Perikanan KKP akan membangun kapal perikanan sebanyak 1.000 buah hingga tahun 2014. Kapal tersebut berukuran di
atas 30 Gross Tonnage GT. Pernyataan tersebut diungkapkan oleh Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel Muhammad saat membuka Rapat Kerja Teknis
Ditjen Perikanan Tangkap Tahun 2011, di Hotel Clarion, Makassar pada hari Senin tanggal 28 Februari 2011 Ade, 2011. Berdasarkan hal tersebut, potensi
pasar untuk reparasi kapal perikanan akan semakin besar, sehingga menuntut kesiapan galangan untuk menyerap potensi ada tersebut.
Dok Pembinaan Unit Pelaksana Teknis Balai Teknologi Penangkapan Ikan UPT BTPI merupakan salah satu galangan kapal yang berperan sebagai industri
penunjang perikanan tangkap di Muara Angke, Jakarta. Dalam rangka menjalankan peranannya sebagai industri penunjang perikanan tangkap di
Indonesia, serta ikut serta dalam program peningkatan armada kapal perikanan yang diungkapkan oleh Fadel Muhammad, Dok Pembinaan UPT BTPI harus
meningkatkan produktivitasnya baik untuk pemenuhan kebutuhan bangunan kapal baru ataupun reparasi. Produktivitas adalah salah satu faktor yang penting dalam
mempengaruhi proses kemajuan dan kemunduran suatu galangan. Oleh sebab itu, perlu dilakukan pengukuran produktivitas di galangan yang bertujuan untuk
mengetahui produktivitas yang telah dicapai dan merupakan dasar dari perencanaan bagi peningkatan produktivitas di masa mendatang.
Berdasarkan hal-hal yang telah diutarakan di atas, maka perlu dilakukan penelitian tentang peningkatan produktivitas pada aktivitas reparasi di Dok
Pembinaan UPT BTPI, Muara Angke, Jakarta. Model pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah Objective Matrix OMAX. Alasan penggunaan model
OMAX adalah karena model ini mudah digunakan, dalam pengoperasiannya melibatkan seluruh jajaran karyawan dari pekerja tingkat bawah sampai manajer
tingkat atas, dan model ini menggabungkan seluruh faktor yang berpengaruh terhadap peningkatan produktivitas.
1.2 Tujuan Penelitian