OMAX adalah karena model ini mudah digunakan, dalam pengoperasiannya melibatkan seluruh jajaran karyawan dari pekerja tingkat bawah sampai manajer
tingkat atas, dan model ini menggabungkan seluruh faktor yang berpengaruh terhadap peningkatan produktivitas.
1.2 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah: 1
Mengidentifikasi kriteria produktivitas dan indikator kinerja pada aktivitas reparasi di Dok Pembinaan UPT BTPI;
2 Mengukur tingkat produktivitas pada aktivitas reparasi di Dok Pembinaan
UPT BTPI berdasarkan model OMAX; 3
Menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan produktivitas pada aktivitas reparasi di Dok Pembinaan UPT BTPI berdasarkan model
OMAX; dan 4
Mengidentifikasi langkah awal yang harus dilakukan dalam peningkatan produktivitas dengan menggunakan model OMAX sehingga dapat
memperbaiki kinerja galangan Dok Pembinaan UPT BTPI.
1.3 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pihak perusahaan, untuk membantu mengetahui faktor yang berpengaruh terhadap produktivitas dan
langkah apa yang diambil untuk meningkatkan produktivitas melalui pengukuran kinerja.
2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Produktivitas
Secara umum produktivitas mengandung pengertian perbandingan antara hasil yang dicapai output dengan keseluruhan atau sebagian sumberdaya input
yang digunakan. Produktivitas dapat dirumuskan sebagai berikut Soeharto,A Summant, 1984 yang dikutip oleh Iryanto, 2008:
Menurut jurnal Shipbuilding Productivity and competitiveness Michigan University, 1998 yang dikutip oleh Iryanto 2008 secara umum produktivitas
adalah sejumlah output yang dihasilkan dari sejumlah input yang diberikan. Input ini bisa bermacam-macam, misalnya manusia man, bahan material, modal
money, metode method, dan peralatan machine. Produktivitas merupakan isu strategis yang luas dan merupakan sesuatu yang harus diperhatikan baik oleh
pemerintah, managemen, maupun para pekerja.
2.2 Manfaat Pengukuran Produktivitas
2.2.1 Manfaat pengukuran produktivitas pada organisasi level Internasional,
Nasional, dan Industri
Pengukuran produktivitas pada level internasional dan nasional mempunyai manfaat yang sangat banyak dan hampir sama. Manfaatnya antara lain adalah
membantu mengevaluasi penampilan, perencanaan, kebijakan, pendapatan, upah dan harga melalui faktor-faktor yang mempengaruhi distribusi pendapatan.
Manfaat lainnya adalah membandingkan sektor-sektor ekonomi yang berbeda untuk menentukan prioritas kebijakan bantuan, membantu mengetahui
pertumbuhan berbagai sektor ekonomi, dan mengetahui pengaruh perdagangan internasional terhadap perkembangan ekonomi suatu Negara Summanth, 1984
yang dikutip oleh Sunarto, 1999. Menurut Sinungan 1997 yang dikutip oleh Sunarto 1999, pengukuran
produktivitas pada level internasional juga menunjukkan indeks produktivitas masing-masing negara yang dapat digunakan untuk mengetahui dan
membandingkan produktivitas
antar negara
dan tingkat
pertumbuhan
pembangunan ekonomi dalam temporal waktu tertentu. Perbandingan- perbandingan semacam ini merupakan landasan pertimbangan untuk sektor-sektor
pembangunan ekonomi yang selanjutnya dapat digunakan untuk menentukan kebijakan yang akan diambil pada waktu ke depan dan mendatang.
Pengukuran produktivitas pada tingkat nasional mempunyai banyak manfaat antara lain adalah untuk menentukan perubahan pelayanan masyarakat dari waktu
ke waktu, efisiensi, dan efektivitas yang relatif dari pemerintah daerah. Di samping itu pengukuran produktivitas level nasional digunakan oleh pemerintah
pusat untuk menyelidiki lingkup persoalan dan mengevaluasi pengaruh dari program nasional yang telah dirancang, serta untuk melengkapi informasi
pengerahan kembali sumber-sumber masyarakat. Pengukuran produktivitas pada level Industri digunakan untuk mengetahui indeks produktivitas pada masing-
masing sektor industri. Indeks tersebut selanjutnya dapat dibandingkan untuk mengetahui perkembangan dan kinerja masing-masing industri. Pengetahuan
tentang perkembangan dan kinerja tersebut dapat digunakan untuk membuat kebijakan-kebijakan yang kondusif pada sektor industri yang dirasa masih kurang,
dan membuat prioritas yang seimbang sehingga industri dapat berkembang dan berjalan dengan baik dari industri hulu ke hilir.
2.2.2 Manfaat pengukuran produktivitas pada organisasi level perusahaan
company
Pengukuran produktivitas pada level perusahaan digunakan sebagai sarana manajemen untuk menganalisa dan mendorong efisiensi produksi. Artinya,
pengukuran produktivitas akan meninggikan kesadaran dan minat pekerja atau pegawai pada tingkat dan rangkaian produktivitas. Bahkan, pengukuran
produktivitas yang relatif kasar ataupun data yang kurang memenuhi syarat pun, ternyata memberikan dasar bagi penganalisaan proses yang konstruktif dan
produktif Sinungan, 1997 yang dikutip oleh Sunarto, 1999. Manfaat lain yang diperoleh dari pengukuran produktivitas mungkin terlihat pada penempatan
perusahaan yang tetap dalam menentukan target atau sasaran tujuan yang nyata dan pertukaran informasi antara tenaga kerja dan manajemen secara periodik
terhadap masalah-masalah yang sering berkaitan Summanth, 1984 yang dikutip oleh Sunarto 1999.
2.3 Produktivitas Galangan
2.3.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas galangan
Sesuatu yang sangat penting untuk diketahui dalam mempelajari produktivitas galangan adalah faktor-faktor apa saja yang mempengaruhinya.
Diharapkan dengan mengetahui faktor-faktor ini, akan dapat mengetahui cara-cara yang dapat ditempuh untuk meningkatkan produktivitas. Faktor-faktor penting
yang dapat mempengaruhi produktivitas galangan adalah karena adanya kelemahan-kelemahan yang dimiliki oleh galangan, kelemahan-kelemahan
tersebut dikategorikan menjadi 4 empat kelompok Al-Kattan, 1992 yang dikutip oleh Sunarto, 1999, yaitu:
1 Kelemahan desain.
Kelemahan desain ini terlihat dari kesalahan desain kapal yang dibuat galangan atau desainer. Kesalahan tersebut mengakibatkan bangunan kapal baru
tidak sesuai dengan yang diinginkan. Kesalahan desain ini diantaranya adalah: kesalahan sebagian atau keseluruhan dari gambar atau perhitungan mulai dari
rencana garis, rencana umum, penampang melintang, gambar propeller, sampai gambar-gambar produksi dan perhitungan-perhitungan mulai dari perhitungan
konstruksi, grafik bonjean, grafik stabilitas, hidrostatik, peluncuran, dan kekuatan. 2
Kelemahan produksi. Kelemahan produksi dapat disebabkan karena kelemahan penggunaan level
teknologi, misalnya adalah penggunaan teknologi yang tidak tepat. Hal ini akan menghambat proses produksi, sehingga waktu penyelesaian produksi akan
bertambah lama. Bertambah lamanya waktu penyelesaian produksi akan mengakibatkan biaya produksi bertambah, yang pada akhirnya akan mengurangi
produktivitas. Kelemahan produksi juga dapat terjadi karena kesalahan produksi yang terjadi pada area bengkel-bengkel produksi mulai dari fabrikasi sampai
dengan grand assembly. Kelemahan-kelemahan produksi yang lainnya dapat terjadi pada kelemahan
automatisasi dan perawatan peralatan-peralatan produksi. Kelemahan perawatan peralatan-peralatan produksi dapat terjadi karena kesalahan penjadwalan
perawatan. Hal ini dapat mengakibatkan kerusakan bertambah fatal, sehingga dapat menghambat proses produksi atau bahkan aktivitas produksi dapat berhenti
total. Proses produksi yang terhambat akan mengakibatkan waktu proses produksi akan bertambah lama, yang pada akhirnya akan dapat mengurangi produktivitas.
3 Kelemahan sistem manajemen.
Kelemahan sistem manajemen diantaranya dapat berupa kelemahan training, kualitas, perencanaan, estimasi, kontrol dan sistem pengawasan. Sistem
manajemen adalah salah satu faktor produksi yang tidak secara nyata langsung tampak pada proses produksi tetapi pengaruhnya sangat besar. Jika terjadi
kelemahan sistem manajemen, maka seluruh proses produksi akan terhambat mulai dari desain hingga pekerjaan di bengkel-bengkel. Hal tersebut pada
akhirnya akan menghambat proses produksi dan kemudian membuat biaya produksi membengkak, sehingga dapat mengurangi produktivitas.
4 Kelemahan tenaga kerja.
Kelemahan tenaga kerja dapat disebabkan karena kelemahan motivasi, sehingga semangat untuk bekerja keras berkurang dan juga bisa memungkinkan
terjadinya kesalahan-kesalahan saat proses produksi. Hal tersebut pada akhirnya akan dapat mengurangi produktivitas. Kelemahan tenaga kerja yang lain dapat
disebabkan diantaranya karena kelemahan kemampuan, kelemahan kesehatan, kemalasan, absen, sakit. Pada akhirnya kelemahan-kelemahan tenaga kerja ini
akan mengurangi produktivitas tenaga kerja labor productivity dan produktivitas perusahaan company secara keseluruhan.
2.3.2 Pengukuran produktivitas galangan
Pengukuran produktivitas galangan yang biasa dilakukan adalah pengukuran produktivitas peralatan produksi dan pengukuran produktivitas tenaga kerja labor
productivity. Parameter-parameter pengukuran produktivitas produksi adalah ukuran utilitas, efisiensi, beban kerja load faktor, dan rasio penggunaan berth
berth occupation ratio Anugrah, 1996. Parameter-parameter pengukuran produktivitas tenaga kerja adalah Joton baja, JOpipa, JOmkabel dan parameter
yang lain yang sejenis Al-Kattan, 1992 yang dikutip oleh Sunarto, 1999. Ukuran-ukuran produktivitas tersebut terbatas pada peralatan produksi dan tenaga
kerja saja, sehingga tidak dapat menunjukkan produktivitas galangan yang menggambarkan kemampuan galangan perusahaan secara total dan keseluruhan.
2.3.3 Konsep efisiensi dan efektivitas
Soeharto, A dan Soejitno 1996 yang dikutip oleh Mahendra 2007, menyatakan bahwa efektivitas berhubungan dengan output, dimana di dalam
proses produksi dapat dipenuhi kebutuhan yang telah ditetapkan ketepatan, kuantitas, kualitas, waktu. Jika prosentase target di atas semakin besar, maka
efektivitas yang dicapai semakin tinggi. Walaupun tingkat efisiensi yang dihasilkan tinggi, bukan berarti terjadi peningkatan efektivitas. Diperlukan strategi
yang paling menguntungkan untuk mencapai tingkat efektivitas dan efisiensi yang tinggi, sehingga produktivitas yang maksimal akan dicapai.
Kualitas merupakan suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh telah terpenuhi berbagai persyaratan, spesifikasi atau harapan. Konsep ini hanya dapat
berorientasi pada masukan, keluaran atau keduanya. Kualitas juga berhubungan dengan proses produksi, dimana proses produksi tersebut akan berpengaruh pada
kualitas yang dicapai. Hubungan antara efisiensi, efektivitas, kualitas dan produktivitas dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1 Skema hubungan antara efisiensi, efektivitas dan produktivitas Soeharto, A dan Soejitno, 1996 yang dikutip oleh Mahendra, 2007
Berdasarkan skema di atas dapat dilihat bahwa produktivitas mencakup efisiensi, efektivitas, dan kualitas. Jadi dapat dikatakan bahwa produktivitas adalah :
Efisiensi suatu peralatan menunjukkan kedayagunaan peralatan tersebut. Dengan kata lain efisiensi mengacu pada tingkat intensitas kerja dari peralatan
tersebut. Suatu peralatan dikatakan memiliki efisiensi tinggi jika dalam suatu waktu tertentu rate produk aktual mendekati rate produk terpasang. Rate
production adalah perbandingan antara produk dengan satuan waktu terkecil, dalam hal ini adalah jam, atau dapat ditunjukkan dengan rumus sebagai berikut
Groover, 1990 yang dikutip oleh Sunarto, 1999:
Berdasarkan hal tersebut, bila dirumuskan efisiensi adalah perbandingan antara rate produk aktual terhadap rate produk terpasang Dilworth, 1989 yang dikutip
oleh Sunarto, 1999, dapat dituliskan sebagai berikut :
2.3.4 Konsep utilitas
Utilitas bisa diartikan sebagai tingkat penggunaan suatu fasilitas produksi. Dengan kata lain utilitas adalah ukuran yang menunjukkan seberapa baik
sumberdaya produksi Groover, 1990 yang dikutip oleh Sunarto, 1999. Suatu peralatan dikatakan mempunyai utilitas tinggi, apabila peralatan tersebut dapat
menghasilkan produk aktual mendekati produk terpasangnya atau dengan kata lain utilitas mendekati 100.
Sebaliknya utilitas dikatakan rendah apabila fasilitas tidak dioperasikan mendekati kapasitasnya. Hal ini biasanya akan mengakibatkan financial
penalty, karena perusahaan tersebut harus membiayai sarana produksi yang tidak dimanfaatkan secara penuh. Utilitas secara empiris bisa dirumuskan sebagai
perbandingan antara output dari fasilitas produksi relatif terhadap kapasitas terpasangnya.
Pada kasus-kasus tertentu, meningkatnya angka utilitas peralatan belum tentu diikuti dengan naiknya efisiensi peralatan. Hal ini bisa dimengerti, karena
jika penambahan jam produktif misalnya dengan mengeliminasi waktu yang sia- sia, jika tidak diikuti dengan intensitas produk yang relatif tinggi maka akan
terjadi penurunan efisiensi. Tetapi biasanya yang terjadi adalah jika waktu produktif ditingkatkan biasanya diikuti dengan kenaikan produk, sehingga akan
cukup meningkatkan rate of production, sehingga efisiensi akan naik juga. Menurut Anderson 1980 yang dikutip oleh Mahendra 2007 yang dimaksud
dengan utilitas adalah hubungan antara waktu aktual yang digunakan untuk produksi dengan waktu mesin total yang tersedia.
2.3.5 Usaha-usaha untuk meningkatkan produktivitas galangan
Ada banyak cara untuk meningkatkan produktivitas baik pada organisasi level internasional, nasional, industri dan perusahaan, namun dari berbagai macam
cara tersebut pada dasarnya adalah sama. Metode untuk meningkatkan produktivitas perusahaan dapat dikategorikan menjadi 4 empat kemungkinan
Crismianto, 1997: 1
Metode pemanfaatan sumberdaya yang lebih sedikit untuk mendapatkan jumlah produk yang sama;
2 Metode pemanfaatan sumberdaya yang lebih sedikit untuk mendapatkan
jumlah produk yang lebih besar; 3
Metode pemanfaatan sumberdaya yang sama untuk mendapatkan jumlah produk yang lebih besar; dan
4 Metode pemanfaatan sumberdaya yang lebih banyak untuk mendapatkan
jumlah produk yang jauh lebih besar. Di samping keempat metode tersebut, lazim juga digunakan empat
metode lain yang dapat meningkatkan produktivitas perusahaan dengan efektif. Keempat metode tersebut adalah:
1 Metode peningkatan produktivitas dengan menghemat tenaga kerja;
2 Metode peningkatan produktivitas dengan menerapkan metode kerja yang
paling tepat; 3
Metode peningkatan produktivitas dengan memanfaatkan sumberdaya manusia dengan lebih efektif, yaitu dengan menyempurnakan manjemen
personalia; dan
4 Metode peningkatan produktivitas dengan melenyapkan praktek-praktek yang
tidak produktif. Metode-metode di atas tidak selamanya menguntungkan, karena upaya
memperkenalkan mesin, teknologi, dan metode baru seringkali berarti pengangguran bagi tenaga kerja. Oleh karena itu, kadang-kadang metode ini
bertentangan dengan tanggung jawab perusahaan. Parameter-parameter yang mempengaruhi besar dan kecilnya pengukuran
produktivitas galangan sangat komplek, yaitu mulai dari input produksi, proses produksi, dan output produksi. Hasil dari pengukuran produktivitas galangan
kapal dapat menunjukkan performa perusahaan dan menggambarkan efisiensi dan efektivitas pemakaian sumberdaya, serta efisiensi dan efektivitas proses produksi
dalam menghasilkan output. Oleh karena itu, proses produksi yang efektif dan efisien dapat dikatakan sebagai salah satu usaha yang dapat meningkatkan
produktivitas.
2.4 Metode Pengukuran Produktivitas Model Objective Matrix OMAX
Mayhoneys 2008 menyebutkan bahwa OMAX adalah suatu sistem pengukuran produktivitas parsial yang dikembangkan untuk memantau
produktivitas dari tiap bagian perusahaan dengan kriteria produktivitas yang sesuai dengan keberadaan bagian tersebut. Tiap-tiap model pengukuran
mempunyai manfaat sendiri-sendiri, akan tetapi secara umum dapat dikatakan bahwa manfaat pengukuran produktivitas bagi perusahaan dan organisasi adalah :
1 Dalam melakukan pengukuran produktivitas dapat diperoleh informasi
keberhasilan yang dicapai oleh perusahaan secara menyeluruh; 2
Perusahaan dapat menilai efisiensi penggunaan sumberdaya dalam menghasilkan barang atau jasa;
3 Pengukuran produktivitas dapat berguna untuk perencanaan produksi dan
sumberdaya, baik untuk jangka panjang atau pendek; dan 4
Berdasarkan hasil pengukuran produktivitas dapat ditentukan berdasarkan tingkat produktivitas yang direncanakan dengan tingkat yang diukur.
Pengukuran produktivitas sangat penting bagi perusahaan untuk mengetahui keberhasilan yang telah dicapai oleh perusahaan tersebut. Selain itu dari hasil
pengukuran dapat diketahui sampai sejauh mana usaha peningkatan efisiensi dan efektivitas perusahaan telah mencapai sasaran. Mengingat pentingnya pengukuran
produktivitas pada suatu perusahaan, maka Dok Pembinaan UPT BTPI sudah selayaknya melakukan pengukuran produktivitas pada setiap bidang unjuk kerja
untuk dijadikan titik tolak peningkatan produktivitas.
2.4.1 Alasan pemilihan metode OMAX
Mahendra 2007 menyebutkan bahwa, pengukuran produktivitas dapat menjadi suatu hal yang menyulitkan karena adanya beberapa hal yang harus
dilibatkan, diantaranya: rasio-rasio, indeks-indeks, prosentase, dan angka-angka perkiraan. Banyak lagi masalah yang bersangkut paut dengan produktivitas
perusahaan ataupun organisasi, baik yang berpengaruh secara langsung maupun secara tidak lagsung. Dengan demikian, tidaklah mengherankan bahwa
pengukuran dan peningkatan produktivitas sulit untuk dilakukan karena banyak kriteria yang harus dipertimbangkan dan dilibatkan didalamnya.
Model pengukuran produktivitas OMAX mengatasi masalah-masalah kerumitan dan kesulitan pengukuran produktivitas dengan mengkombinasikan
seluruh kriteria produktivitas yang penting ke dalam suatu bentuk yang terpadu dan saling terkait satu sama lain serta mudah untuk dikomunikasikan. Selain itu,
model ini mengandung kebaikan lainnya yaitu dengan mengikutsertakan seluruh jajaran pegawai yang terkait dalam operasi-operasi perusahaan, mulai pekerja
tingkat bawah sampai kepada manajer tingkat menengah dan atas dalam proses pembentukan dan pelaksanaannya.
Pengukuran produktivitas yang dilakukan dengan menggunakan model pengukuran produktivitas OMAX ini pada dasarnya merupakan pengukuran
produktivitas total yang merupakan perpaduan dari beberapa ukuran keberhasilan atau kriteria produktivitas yang sudah dibobot sesuai dengan derajat kepentingan
masing-masing kriteria itu di dalam perusahaan. Dengan demikian, model ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang sangat berpengaruh
maupun yang kurang berpengaruh terhadap peningkatan produktivitas. Hasil perpaduan beberapa ukuran keberhasilan atau produktivitas ini kemudian dinilai
ke dalam satu indikator atau indeks yang berguna, antara lain:
1 Memperlihatkan sasaran atau target peningkatan produktivitas.
2 Mengetahui posisi dalam pencapaian target.
3 Alat peningkatan dalam pengambilan keputusan bagi peningkatan
produktivitas. Hal lain yang dapat dilihat dengan menggunakan model OMAX ini, antara lain:
1 Model ini memungkinkan dijalankannya aktivitas-aktivitas pengukuran
produktivitas, penilaian evaluasi produktivitas, peningkatan dan perencanaan produktivitas sekaligus;
2 Berbagai faktor yang berpengaruh terhadap peningkatan produktivitas
dapat diidentifikasikan dengan baik dan dapat dikuantifikasikan; 3
Adanya sasaran produktivitas yang jelas dan mudah dimengerti yang akan memberikan motivasi bagi pekerja untuk mencapainya;
4 Adanya pengertian bobot yang mencerminkan pengaruh masing-masing
faktor terhadap peningkatan produktivitas perusahaan yang penentuannya memerlukan persetujuan manajemen; dan
5 Model ini menggabungkan seluruh faktor yang berpengaruh terhadap
peningkatan produktivitas baik dalam satuan fisik maupun uang dan nilai ke dalam suatu indikator atau indeks.
2.4.2 Bentuk dan susunan model OMAX
Mahendra 2007 juga menyebutkan bahwa, objective matrix atau matriks sasaran merupakan suatu metode unjuk kerja yang menggunakan indikator-
indikator produksi dan suatu prosedur pembobotan untuk memperoleh suatu indikator pencapaian total. Susunan model ini berupa matrik yang butir-butirnya
disusun menurut kolom dan baris sehingga dibaca dari atas ke bawah dan dari kiri ke kanan. Susunan matrik ini akan memudahkan dalam pengoperasiannya.
Didalamnya memuat bermacam-macam kombinasi angka-angka yang tidak terlalu terperinci akan tetapi cukup untuk menyatakan keadaan secara praktis dan garis
besarnya saja. Susunan model ini terdiri atas beberapa bagian yaitu: 1
Kriteria produktivitas Kegiatan dan faktor-faktor yang mendukung produktivitas,dan satu unit
kerja yang sedang diukur produktivitasnya dinyatakan dengan kriteria.
Kriteria-kriteria ini menyatakan ukuran efektivitas dari output, efisiensi dari input dan faktor-faktor lain yang secara tidak langsung berhubungan dengan
tingkat produktivitas yang diukur. 2
Butir-butir matrik Kerangka badan matrik disusun oleh besaran-besaran pencapaian tiap-tiap
kriteria. Didalamnya terdiri dari sebelas baris dan baris yang paling bawah merupakan pencapaian terendah atau terburuk yang dinyatakan dengan skor
nol, sampai dengan baris paling atas yang merupakan sasaran atau target produktivitas yang realistis yang dinyatakan dengan skor sepuluh. Tingkat
pencapaian mula-mula yaitu tingkat pencapaian yang diperoleh pada saat matrik ini mulai dioperasikan ditempatkan pada skor tiga 3. Setelah butir-
butir skor nol, tiga dan sepuluh diisikan semuanya, sisa butir-butir lainnya untuk tiap-tiap kriteria dengan lengkap dicantumkan secara bertingkat.
Butir-butir pada skor 1,2,4 sampai 9 merupakan tingkat pencapaian antara sehingga tingkat pencapaian akhir atau skor 10 dapat dicapai.
3 Bobot
Tiap-tiap kriteria yang telah ditetapkan mempunyai pengaruh yang berbeda- beda terhadap tingkat unit yang diukur. Oleh karena itu, perlu dicantumkan
bobot yang menyatakan derajat kepentingan dalam prosentase yang menunjukkan pengaruh relatif kriteria tersebut terhadap produktivitas unit
kerja yang diukur. Besarnya bobot ditentukan oleh suatu kelompok manajemen yang berada di atas yang mengepalai unit kerja yang diukur.
Jumlah bobot seluruh kriteria adalah 100. 4
Sasaran Merupakan tingkat kemajuan yang dapat dicapai oleh tiap-tiap kriteria
produktivitas dalam periode waktu tertentu dengan melihat keadaan yang realistis yang dapat terjadi di masa yang akan datang. Besarnya nilai sasaran
ini kemudian diletakkan pada skor tertinggi yaitu skor 10. 5
Tingkat pencapaian Keberhasilan yang dicapai oleh masing-masing kriteria atau rasio dalam
periode waktu yang diukur ini kemudian diisikan pada baris pencapaian
yang tersedia untuk semua kriteria. Data untuk perhitungan kriteria atau rasio ini diperoleh dari tiap-tiap bagian yang diukur.
6 Skor
Pada baris skor bagian bawah badan matrik besar pencapaian pada poin no 5 bagian atas badan matrik dirubah ke dalam skor yang sesuai, ini
dilakukan dengan mencocokkan besaran realisasi pencapaian rasio point no 5 dengan butir matrik yang ada dan ekivalen dengan skor tertentu.
7 Nilai
Nilai daripada pencapaian yang berhasil diperoleh untuk setiap kriteria pada periode tertentu didapat dengan mengalikan skor pada kriteria tertentu
dengan bobot kriteria tersebut. 8
Indikator pencapaian Pada periode tertentu, jumlah seluruh nilai dari tiap-tiap kriteria
dicantumkan pada kotak indikator pencapaian. Besarnya indikator diisi sesuai dengan indikator mula-mula. Semua indikator berada pada skor 3
pada saat matrik mulai dioperasikan. 9
Indeks Peningkatan produktivitas ditentukan dari besarnya kenaikan indikator
pencapaian yang terjadi antara yang baru dengan yang lama. Kesembilan susunan ini membentuk kerangka model.
2.4.3 Penyusunan matrik
Penyusunan dan pelaksanaan matrik ini merupakan suatu proses yang jelas dan langsung yang membutuhkan sedikit keahlian.
1 Menentukan kriteria produktivitas
Langkah pertama ini adalah mengidentifikasikan kriteria produktivitas yang sesuai bagi unit kerja dimana pengukuran ini akan dilaksanakan. Kriteria ini
harus menyatakan kondisi atau kegiatan yang mendukung produktivitas unit kerja yang diukur dan dapat dikontrol oleh unit kerja tersebut. Kriteria ini
menyatakan ukuran efisiensi dari masukan, efektivitas dari keluaran dan ukuran-ukuran lainnya yang secara tidak langsung mendukung proses
kegiatan unjuk kerja yang akan diukur.
Supaya efektif, kriteria ini harus sudah dimengerti, mudah diukur, administrasinya dilakukan secara baik dan dapat diterima. Disinilah
pentingnya untuk mengikutsertakan semua pihak di galangan dalam penyusunan dan pelaksanaan matrik ini. Selanjutnya kriteria ini sebaiknya
berdiri sendiri tidak saling bergantung satu sama lain dan merupakan faktor- faktor yang terukur.
2 Menjelaskan data
Setelah seluruh kriteria dapat diidentifikasikan dengan baik, langkah berikutnya adalah mendefinisikan kriteria tersebut secara terperinci. Tiap-
tiap kriteria memerlukan penjelasan lebih lanjut, misalnya tingkat ketidakhadiran, harus dijelaskan rasio-rasio yang membentuk kriteria ini.
Demikian juga sumberdaya untuk setiap pengukuran tertentu harus pula diidentifikasikan dengan jelas, laporan yang akurat, orang-orang yang
bertanggung jawab dan terlibat, atau sumberdaya lain, untuk setiap bilangan dalam perhitungan matrik harus dispesifikasikan dengan baik. Dalam setiap
keadaan merupakan langkah terbaik untuk meninggalkan segala keraguan yang ada dalam mengoperasikan bilangan dan perhitungan matrik.
3 Penilaian pencapaian mula-mula
Setelah menentukan kriteria yang akan diukur, kemudian dilanjutkan dengan penjelasan dan pengumpulan data dari tiap-tiap kriteria, maka
langkah berikutnya mengolah data tersebut sehingga layak untuk digunakan sebagai data pencapaian mula-mula dengan cara perhitungan rata-rata dari
periode data yang diperoleh misalnya selama pengerjaan bangunan baru. Pencapaian mula-mula diletakkan pada skor 3 dari skala 0 sampai 10 untuk
memberikan lebih banyak tempat bagi perbaikan daripada untuk terjadinya penurunan. Pencapaian ini juga biasanya tidak diletakkan pada tingkat yang
lebih rendah lagi agar memberikan kemungkinan terjadinya pertukaran dan memberikan kelonggaran apabila sekali-kali terjadi kemunduran.
4 Menetapkan sasaran skor 10
Apabila skala skor 3 merupakan pencapaian mula-mula, maka skor 10 merupakan pencapaian yang akan dituju nantinya. Skala skor 10 ini
berkenaan dengan sasaran-sasaran yang ingin dicapai dalam waktu mendatang, dan karenanya harus berkesan optimis.
Sasaran yang diambil harus merupakan gambaran yang realistis, tetapi harus diperhitungkan pula faktor-faktor yang masuk akal, bahwa beberapa waktu
mendatang telah terjadi perubahan atau kemungkinan telah ada peralatan baru, proses-proses yang lebih baik memungkinkan dapat mencapai sasaran
yang dirasakan saat ini belum mungkin untuk dicapai. 5
Menetapkan sasaran jangka pendek Pengisian skor yang tersisa lainnya dari matrik dapat dilakukan langsung
setelah butir skor 0 yang merupakan rasio terburuk yang mungkin terjadi, merupakan level terbawah yang dapat pula ditentukan kemudian, skor 3
dan skor 10 telah ditetapkan. Butir-butir yang tersisa yaitu skor 1, 2, 4 sampai dengan 9 merupakan suatu sasaran antara sebelum tingkat
pencapaian akhir dipenuhi. Biasanya skala linier digunakan untuk pengisisan antara pencapaian saat ini dengan sasaran yang ingin dicapai
pada setiap kriteria produktivitas. Oleh sebab itu, jarak bilangan dari setiap tingkat skor 3 ke skor 0 juga
dilakukan seperti pengskoran di atas. Jadi sekali lagi disini ditegaskan bahwa tidak ada syarat yang baku mengenai hal ini dan tergantung pada
kesepakatan saja, karena pokok perhatian mengenai struktur skala ini tidaklah begitu penting dibandingkan dengan seberapa baik pengskoran ini
dimengerti oleh orang-orang yang unjuk kerjanya diukur. Dengan demikian ada sebelas tingkat pencapaian untuk setiap kriteria. Satu kriteria menempati
satu kolom dari atas ke bawah dari badan matrik. Penempatan dari hasil yang diharapkan pada setiap tingkat merupakan bagian yang penting dari
pengskalaan, karena hasil-hasil tersebut membentuk suatu rintangan khusus yang harus diatasi untuk maju dari satu sasaran jangka pendek ke sasaran
jangka pendek berikutnya. 6
Menentukan derajat kepentingan Semua kriteria tidaklah mempunyai pengaruh yang sama pada produktivitas
unit kerja keseluruhan, sehingga untuk melihat berapa besar derajat kepentingannya tiap kriteria diberi bobot. Pembobotan memberikan suatu
kesempatan untuk memberikan perhatian secara langsung pada kegiatan- kegiatan yang berpotensi besar bagi peningkatan produktivitas. Pembobotan
biasanya dilakukan oleh manajer puncak atau oleh dewan produksi yang dimiliki galangan. Total pembobotan untuk semua kriteria harus sama
dengan 100. Bila pembobotan telah selesai, maka matrik ini secara teknis dapat digunakan untuk mengukur tingkat produktivitas dan dapat diketahui
bagaimana cara meningkatkan produktivitas Mahendra, 2007.
2.4.4 Pengoperasian matrik
Setelah seluruh badan matrik dan perlengkapannya terisi, maka matrik dapat dioperasikan. Pengoperasian matrik dilakukan dengan cara :
1 Pencapaian sekarang
Pada tahap ini, hal yang dilakukan adalah mengumpulkan data dari tiap-tiap kriteria atau rasio selama periode pengukuran dilakukan dan menetapkan
pencapaian sebenarnya untuk setiap kriteria atau rasio tersebut. Data yang didapat kemudian dimasukkan ke dalam kolom pencapaian pada bagian atas
badan matrik. 2
Pemberian tanda pada bilangan pencapaian No. 1 pada badan matrik Pada badan matrik,
bilangan yang sesuai dengan bilangan “pencapaian” yang didapat diberi tanda atau dilingkari. Apabila tidak ada bilangan yang
tepat sama dengan bilangan “pencapaian”, maka yang dilingkari adalah
bilangan yang berada dibawahnya. Perlu diingat bahwa setiap kotak di dalam badan matrik merupakan suatu rintangan yang harus diatasi untuk
mencapai skor tertentu. Apabila sasaran jangka pendek tersebut belum tercapai, maka kotak yang dibawahnyalah yang dilingkari. Setiap
pencapaian yang lebih kecil dari tingkat pencapaian terburuk yang masih diperbolehkan level terbawah akan tetap menerima skor 0 untuk periode
tersebut. 3
Penentuan skor Bilangan yang telah dilingkari, dapat ditentukan tingkat skor yang dicapai
yang diletakkan pada kolom “skor” pada bagian bawah badan matrik.
4 Penentuan nilai
Setiap skor yang didapat untuk setiap kriteria atau rasio, dikalikan dengan besarnya bobot masing-masing. Hasil perkalian ini diletakkan dalam kolom
nilai yang berada pada bagian bawah badan metrik. 5
Indikator pencapaian saat ini Nilai-nilai yang didapat untuk setiap kriteria dijumlahkan sehingga
diperoleh indikator pencapaian saat ini. 6
Indeks Sebuah indikator produktivitas hanya bermanfaat jika dibandingkan dengan
nilai dan periode lain. Satu unit kerja tidak bisa dibandingkan dengan nilai unit kerja lainnya berdasarkan nilai skor, sebab kriteria masing-masing unit
berbeda dan kondisi operasinya bervariasi. Nilai bobot total dapat diperlakukan sebagai indeks performansi dan digunakan untuk menilai
perkembangan dari waktu ke waktu Mahendra, 2007. Pada OMAX, pola pertumbuhan performansi ini ditunjukkan oleh dua indeks. Pertama Indeks
Perubahan terhadap Performansi StandarBase Level 300. Kedua, Indeks Perubahan terhadap Performansi periode sebelumnya Mayhoneys, 2008.
- -
Dimana : OPo
= Nilai Performansi Standar Base Level 300 OPi
= Overall Performance ke-i OPi-1
= Overall Performance ke-i-1
3 METODOLOGI
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan Juli - September 2011 di Dok Pembinaan Unit Pelaksana Teknis Balai Teknologi Penangkapan Ikan UPT BTPI, Muara
Angke, Jakarta. Objek penelitian dalam penelitian ini adalah galangan Dok Pembinaan UPT BTPI, Muara Angke.
3.2 Metode Penelitian