Uji CD4 Penentuan Persen Perolehan Kembali Katekin dalam Sediaan Tablet
65
terhadap katekin pembandingyang memiliki persentase kemurnian sebesar 93.32. Berdasarkan hasil pengujian dengan spektro UV dapat diketahui bahwa kadar katekin
sampel yang diperoleh sebesar 81,57. Rendemen katekin yang diperoleh yaitu sebesar 61.82, menunjukkan bahwa gambir yang digunakan telah memenuhi syarat SNI gambir
01-3391-2000yaitu minimal 40 . Pada penelitian ini, metode ekstraksi yang digunakan adalah infusa.Metode ini
dipilih berdasarkan kelarutan katekin yang larut dengan air panas.Filtrat dipartisi menggunakan etil asetat.Partisi ini dilakukan untuk memaksimalkan katekin yang
diperoleh, karena katekin larut dengan baik dalam etil asetat. Pada proses ini ditambakan NaCl yang berfungsi untuk meningkatkan berat jenis air sehingga globul-globul air
mengendap dan terpisah sempurna dengan fase etil asetat. Fase etil asetat dipekatkan dengan rotary evaporator kemudian ekstrak dicuci dengan air dingin.Bagian yang tidak
terlarut berwarna putih kekuningan merupakan katekin.Katekin dikumpulkan dan dikeringkan menggunakan oven pada suhu 50
o
Katekin yang telah diperoleh selanjutnya diformulasikan menjadi tablet hisap yang kemudian diuji kepada manusia untuk mengetahui efek farmakologisnya sebagai
imunomodulator. Tablet hisap ini dibuat sebanyak 4 formula dengan metode granulasi basah.konsentrasi pengikat yang digunakan sebanyak 10 yang terdiri dari kombinasi
antara gom akasia dan amilum dengan konsentrasi yang berbeda pada tiap formulanya. Pada formula 1, 10 pengikat yang digunakan terdiri dari 20 amilum dan 80 gom
akasia, formula 2 terdiri dari 40 amilum dan 60 gom akasia, formula 3 terdiri dari 60 amilum dan 40 gom akasia, dan formula 4 terdiri dari 80 amilum dan 20 gom
akasia. Gom akasia dipilih sebagai pengikat karena cocok digunakan untuk zat aktif dengan dosis yang tinggi serta sulit digranulasi, selain itu dapat menghasilkan tablet
dengan kekerasan yang baik dan tidak menambah nilai kekerasannya selama C.
66
penyimpanan Siregar, 2010. Amilum digunakan karena merupakan pengikat serbaguna yang dapat menghasilkan tablet dengan kekerasan yang baik dan mudah terdisintegrasi
namun dapat meningkatkan nilai friabilitas tablet sehingga permukaan tablet cenderung kasar Siregar, 2010. Oleh karena itu pemakaian amilum ini dikombinasikan dengan
gom akasia. Untuk bahan tambahan lain yang digunakan adalah sukralosa sebagai pemanis.
Pemilihan bahan tersebut sebagai pemanis karena tingkat kemanisan dari sukralosa adalah 600 kali dari sukrosa sehingga pemakaian dengan konsentrasi rendah dapat
menghasilkan rasa yang sangat manis I. Knight, 1993, konsentrasi yang digunakan adalah 1 dan masih dalam batas yang diperbolehkan karena penggunaan maksimal
sukralosa perhari adalah 20. Selanjutnya digunakan pula manitol sebagai pemanis dengan konsentrasi 5. Bahan ini digunakan karena rasanya yang manis dan juga
memberi sensasi segar di mulut sehingga membuat tablet hisap ini memiliki rasa yang baik. Sukrosa digunakan sebagai pengisi tablet. Bahan ini digunakan karena dapat
menghasilkan tablet dengan tekstur yang licin dan halus, mempunyai daya kompresibilitas yang baik serta memiliki rasa yang manis sehingga sangat cocok untuk
digunakan sebagai pengisi tablet Siregar, 2010. Mentol digunakan sebagai zat pengaroma. Bahan ini digunakan untuk menutupi bau khas katekin yang tidak enak
sehingga dengan penggunaan mentol sebanyak 0,03, konsentrasi yang digunakan masih dalam batas yang diperbolehkan yaitu 0,02-0,04 Wade dan Weller, 1993.
Sehingga pemakaian mentol diharapkan dapat memberikan aroma mint yang segar dan dapat menutupi aroma dasar dari katekin yang menyengat. Selanjutnya digunakan pula
metil paraben sebagai antimikroba karena penggunaan gom akasia sebagai pengikat yang merupakan produk alam dan mudah terkontaminasi oleh mikroba.Zat pelincir yang
digunakan adalah Mg stearat dan talkum yang ditambahkan sebagai fase luar.