Klasifikasi Ilmiah United States Department of Agriculture Nama LainDitjenbun, Depkes RI, 1989

8 katekin minimal 40 persen, mutu II mengandung katekin minimal 30 persen dan mutu III mengandung katekin minimal 20 persen. Ekstrak gambir mengandung beberapa komponen flavonoid yaitu katekin 7-33, pirokatekol 20-30 quersetin 2-4. Selain itu ada flavonoid lain dari dimer flavan-kalkan yaitu gambiriin A1, A2, A3 streokimia belum diketahui bersamaan dengan dimer proantosianidinyaitu gambiriin C. Getah gambir murni mengandung d dan dl-catechin 3-35 dan produk kondensasi asam katechutannat sekitar 24, quersetin, asam gallat, katekol, pigmen dan lain-lainnya. d-katekin merupakan komponen yang terbanyak.Ridawati dkk

2.1.8. Efek Farmakologi Gambir

Secara turun temurun gambir digunakan oleh nenek moyang kita sebagai teman makan sirih bersama kapur sirih.Namun sekarang telah banyak dilakukan penelitian secara ilmiah efek farmakologi dari gambir. Senyawa fungsional gambir yaitu fenol dan katekin dapat berperan menjadi antioksidan, antibakteri dan antikarsinogenik alami Susanti, 2008 Gambir telah dikembangkan di Jepang sebagai permen pelega tenggorokan khusus untuk para perokok karena kemampuannya menetralisir nikotin.Di Singapura gambir dikembangkan untuk obat sakit perut dan sakit gigi Bakhtiar 1991. Tingginya kandungan senyawa flavonoid di dalam gambir telah dimanfaatkan menjadi bahan baku dalam pembuatan obat-obatan antihepatitis B, antidiare, penghambat pembentuk plak gigi, antimikroba, dan antinematoda Ridawati dkk, 2008. 9 2.2. Katekin Katekin merupakan kandungan utama dari gambir yang merupakan senyawa kompleks dari golongan polifenol dengan struktur flavonoid, di mana asam kateku tanatC 15 H 12 O 5 Apabila katekin dipanaskan pada temperatur 110 merupakan anhidrat dari katekin. Katekin biasa disebut asam katekuat atau katekiat. Muchtar, 2008 o C atau dengan cara memanaskan pada larutan alkali karbonat, maka akan kehilangan satu molekul air dan berubah menjadi asam kateku tanat. Amos, 2010 Gambar 1 . Struktur Katekin

2.3. Simplisia Depkes RI, 1985

Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain simplisia merupakan bahan yang dikeringkan. Simplisia dapat berupa simplisia nabati, simplisia hewani, dan simplisia pelikan atau mineral. - Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian tanaman atau eksudat tanaman. Eksudat tanaman ialah isi sel yang secara spontan keluar dari tanaman atau yang dengan cara tertentu dikeluarkan dari selnya, atau zat-zat nabati lainnya yang dengan cara tertentu dipisahkan dari tanamannya. - Simplisia hewani adalah simplisia yang berupa hewan utuh, bagian hewan atau zat- zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat kimia murni.