19
Struktur :
Gambar 3 . Struktur Sukralosa
d. Manitol Depkes RI, 1995; Wade dan Weller, 1993
Mengandung tidak kurang dari 96 dan tidak lebih dari 101,5 C
6
H
14
O
6,
Sinonim dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.
: Manita, gula manna, mannite, pearlitol Rumus empirik
: C
6
H
14
O Berat Molekul
6
: 182,17 Pemerian
: Serbuk hablur atau granul mengalir bebas, putih, berbau lemah, rasa manis.
Kelarutan : Mudah larut dalam air, larut dalam larutan
basa, sukar larut dalam piridina, sangat sukar larut dalam etanol, praktis tidak larut dalam
eter. Fungsi
: Pemanis, pengisi tablet dan kapsul 10-90, Zat tonisitas.
Stabilitas : Stabil dalam keadaan kering dan dalam
larutan. Struktur
:
Gambar 4 . Struktur Manitol
20
e. Mentol Depkes RI, 1995; Wade dan Weller, 1993
Adalah alkohol yang diperoleh dari bermacam-macam minyak permen atau yang dibuat secara sintetik, berupa l-mentol atau
mentol resemik. Sinonim
: Peppermint camphor Rumus empirik
: C
10
H
20
Berat Molekul O
: 156,27 Pemerian
: Hablur heksagonal atau serbuk hablur, tidak berwarna, biasanya berbentuk jarum, atau
massa yang melebur, bau enak seperti minyak permen.
Kelarutan : Sukar larut dalam air, sangat mudah larut
dalam etanol, dalam kloroform, dalam eter dan dalam heksana, mudah larut dalam asam
asetat glasial, dalam minyak mineral, dan dalam minyak lemak dan dalam minyak
atsiri. Jarak lebur
: 41-44
o
Fungsi C
: Perasa, zat terapetik, pengaroma
Penggunaan : 0.2-0.4
Struktur :
Gambar 5 . Struktur mentol
21
f. Sukrosa Depkes RI, 1995; Wade dan Weller, 1993
Adalah gula yang diperoleh dari saccharum officinarum Linne familia Gramineae, Beta vulgaris Linne familia
Chenopodiaceae dan sumber-sumber lain. Tidak mengandung bahan tambahan.
Sinonim : Sakarosa
Rumus empirik : C
12
H
22
O Berat Molekul
11
: 342,30 Pemerian
: Hablur putih atau tidak berwarna, massa hablur atau berbentuk kubus, atau serbuk
hablur putih, tidak berbau, rasa manis, stabil di udara, larutannya netral terhadap lakmus.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, lebih mudah
larut dalam air mendidih, sukar larut dalam etanol, tidak larut dalam kloroform dan dalam
eter. Fungsi
: Sirup untuk sediaan oral cair 67, Pemanis 67, Pengikat granulasi kering 2-20,
Pengikat granulasi basah 50-67, Penyalut tablet 50-67
Struktur :
Gambar6 . Struktur sukrosa
22
g. Magnesium stearat Depkes RI, 1995; Wade dan Weller, 1993
Mg stearat merupakan senyawa magnesium dengan campuran asam-asam organik padat yang diperoleh dari lemak, terutama
terdiri dari magnesium stearat dan magnesium palmitat dalam berbagai perbandinan. Mengandung setara dengan tidak kurang
dari 6,8 dan tidak lebih dari 8,3 MgO. Sinonim
: asam oktadekanoat, garam magnesium Rumus Empirik : C
36
H
20
MgO Berat Molekul
4
: 591,27 Pemerian
: Serbuk halus, putih, bau lemah khas, mudah melekat di kulit, bebas dari butiran.
Kelarutan : Tidak larut dalam air, dalam etanol dan
dalam eter. Fungsi
: Lubrikan 0,25-5 Struktur
:
Gambar 7 . Struktur Mg Stearat
h. Talkum Depkes RI, 1995; Wade dan Weller, 1993
Talk adalah magnesium silikat hidrat alam, kadang-kadang mengandung sedikit alumunium silikat.
Sinonim : Magsil Osmanthus, Magsil Star
Rumus Empirik : Mg
4
Si
2
O
5 4
OH Pemerian
4
: Serbuk hablur sangat halus, putih atau putih kelabu, berkilat, mudah melekat pada kulit
23
dan bebas dari butiran. Kelarutan
: Praktis tidak larut dalam asam dan alkali, pelarut organik, dan air.
Fungsi : lubrikan 1-10; diluent 5-30
i. Metil Paraben
Sinonim : Nipagin
Rumus Empirik : C
6
H
6
O Kelarutan
3
: Larut dalam 2 bagian etanol, 3 bagian etanol 95, 6 bagian etanol 50, 200 bagian
etanol 10, 10 bagian eter, 60 bagian gliserin, 400 bagian air dingin, 50 bagian air
hangat 50
o
C, dan dalam 30 bagian air panas 80
o
Fungsi C.
: Antimikroba 0.02-0.3
2.6.4. Metode Pembuatan
Metode pembuatan tablet hisap dapat dilakukan dengan cara peleburan atau dengan proses penuangan kembang gula. Selain itu dapat dibuat juga
dengan cara mengempa seperti halnya tablet biasa. Lachman, 1994 Ada beberapa metode dalam pembuatan tablet, namun yang relatif
lebih sering digunakan adalah metode granulasi basah, granulasi kering, dan metode cetak langsung Depkes RI, 1995.
24 2.6.5.
Evaluasi Granul
a. Uji Kadar Lembab Voight, 1994
Pengukuran kadar lembab dilakukan dengan menggunakan alat yang disebut moisture balance. Syarat kadar lembab yang baik adalah 2 – 5
b. Kompresibilitas Aulton, 1988; Voight, 1994
Uji kompresibilitas dilakukan dengan alat yang disebut bulk density. Persen kompresibilitas dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
kompresibilitas =
BJ mampat – BJ Bulk BJ mampat
x 100
Tabel 1 . Hubungan Persentase Kompresibilitas Terhadap Sifat Alir
Granul. Foe, 2008
Persen Kompresibilitas Sifat Aliran
5-15 12-16
18-21 23-35
35-38 40
Sangat baik Baik
Cukup Baik Buruk
Sangat Buruk Sangat buruk sekali
c. Distribusi Ukuran Partikel Voight, 1994
Distribusi ukuran partikel sangat penting untuk memperoleh granul yang kompak dan tidak mudah hancur. Distribusi ukuran partikel diperoleh
dengan metode pengayakan dengan menggunakan alat yang disebut sieving analyzer Voight, 1994.
d. Sifat Alir Aulton, 1988; Lachman, 1994
Untuk menentukan sifat alir berlaku sudut kemiringan aliran, jika suatu zat berupa serbuk mengalir bebas dari sebuah corong berbentuk kerucut.
25
adapun untuk mengukur sudut henti adalah dengan mengukur tinggi dan diameter kerucut yang dihasilkan, sedangkan untuk mengukur laju alir
adalah dengan menghitung waktu yang dibutuhkan sejumlah granul untuk dapat habis melewati corong Voight, 1994. Syarat sudut henti yang baik
adalah 30
o
dan laju alir yang baik adalah 4-10 gramdetik. Lachman, 1994
2.6.6. Evaluasi Tablet
a. Pemeriksaan Organoleptik Ansel, 1989
Pemeriksaan organoleptik meliputi warna, rasa, bau, penampilan, tekstur permukaan, derajat kecacatan seperti serpihan, dan kontaminasi benda
asing rambut, tetesan minyak, kotoran. Warna yang tidak seragam dan adanya kecacatan pada tablet selain dapat menurunkan nilai estetikanya
juga dapat menimbulkan persepsi adanya ketidakseragaman kandungan dan kualitas produk yang buruk.
b. Keseragaman Bobot Depkes, 1979
Pada tablet yang didesain mengandung sejumlah obat di dalam sejumlah formula, bobot tablet yang dibuat harus diperiksa secara acak untuk
memastikan bahwa setiap tablet mengandung obat dengan jumlah yang tepat. Syarat keseragaman bobot menurut Farmakope Indonesia Jilid III
adalah bila bobot rata-rata lebih dari 300 mg, jika ditimbang satu per satu
tidak lebih dari 2 buah tablet yang masing-masing bobotnya menyimpang 5 dari bobot rata-ratanya, dan tidak ada satu pun tablet yang bobotnya
menyimpang lebih dari 10 dari bobot rata-ratanya.
26
c. Keseragaman Ukuran
Ukuran tablet meliputi diameter dan ketebalan. Ketebalan inilah yang berhubungan dengan proses pembuatan tablet, karena harus terkontrol
sampai perbedaan 5 dari nilai rata-rata. Pengontrolan ketebalan tablet diperlukan agar dapat diterima oleh konsumen dan dapat mempermudah
pengemasan. Ansel, 1989 Syarat keseragaman ukuran berdasarkan farmakope jilid III adalah
kecuali dinyatakan lain, diameter tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 113 kali tebal tablet.
b. Friabilitas Lachman, 1994
Friabilitas dinyatakan sebagai persentase selisih bobot sebelum dan susudah pengujian, dibagi dengan bobot mula-mula.Tablet yang baik
memiliki keregasan kurang dari 1. c.
Kekerasan Parrot, 1971 Tablet harus memiliki kekuatan atau kekerasan tertentu agar tahan
terhadap berbagai guncangan mekanik pada saat pembuatan, pengepakan, dan transportasi.Tablet hisap biasanya memiliki kekerasan lebih tinggi
dibandingkan dengan tablet biasa. Syarat kekerasan tablet hisap adalah lebih dari 10 kgcm
3
. Hasyim dkk, 2008
2.7. Sisitem Imun Bratawidjaja. 2006
Imunitas adalah resistensi terhadap penyakit terutama penyakit infeksi. Gabungan sel, molekul dan jaringan yang berperan dalam resistensi terhadap infeksi disebut sistem
imun. Sistem imun diperlukan tubuh untuk mempertahankan keutuhannya terhadap