13 2.6.2.
Bahan Tambahan
Bahan tambahan atau bahan pembantu tabletasi dapat diartikan sebagai zat-zat yang memungkinkan suatu obat atau bahan obat yang memiliki
beberapa sifat khusus untuk dibuat menjadi suatu sediaan yang cocok satu sama lain yang dapat memperbaiki sediaan obat, dengan mempertimbangkan
efek obat, kinerja obat, organoleptis, sifat kimia obat, dan kemungkinan pengembangan jenis sediaan lain.Adapun zat-zat tambahan dalam sediaan
tablet hisap meliputi : a.
Bahan pembawa Siregar, 2010 1.
Pembawa Dasar Gula Formulasi tablet yang paling sederhana kemungkinan menggunakan
gula sukrosa sebagai pembawa dasar. Gula tidak mahal dan dapat digunakan untuk membentuk tablet yang memiliki karakteristik
pengempaan dan raba mulut yang dapat diterima. 2.
Pembawa dekstrosa dan sukrosa yang dimodifikasi, seperti Nu-tab dan Sugartab.
3. Pembawa dasar bebas gula, seperti manitol dan sorbitol
4. Pengisi-pengisi lain, seperti dikalsium fosfat, kalsium sulfat, kalsium
karbonat, laktosa. b.
Bahan pengikat Bahan pengikat adalah bahan tambahan yang diperlukan untuk
memberikan daya adhesi pada massa serbuk sewaktu granulasi dan memberikan sifat kohesif yang telah ada pada bahan pengisi sehingga
dapat membentuk struktur tablet yang kompak setelah pencetakan dan meningkatkan daya tahan tablet, oleh karena itu bahan pengikat menjamin
14
penyatuan beberapa partikel serbuk dalam sebuah butiran granulat. Bahan pengikat dapat ditambahkan ke dalam bahan yang akan dicetak dalam
bentuk kering, cairan, atau larutan, tergantung pada metode pembuatan tablet Depkes RI, 1995
Pengikat yang paling efektif untuk granulasi basah tablet hisap kempa adalah akasia gom arab, sirup jagung, sirup simpleks, gelatin,
PVP, tragakan, dan metal selulosa. Bahan-bahan ini efektif dalam meningkatkan gaya intergranul serta membantu memperbaiki karakteristik
demulsen penyejuk dan tekstur permukaan tablet hisap ketika melarut dalam rongga oral. Siregar, 2010
c. Bahan pelincir Voight, 1994; Lachman, 1994
Bahan pelincir dapat memenuhi berbagai fungsi yang berbeda, sehingga banyak dikelompokkan menjadi bahan pengatur aliran glidant,
bahan pelincir lubricant dan bahan pemisah hasil cetakan antiadherent. Bahan pengatur aliran atau glidant berfungsi untuk
memperbaiki daya luncur dan daya gulir bahan yang akan dicetak, karena itu menjamin terjadinya keteraturan aliran dari corong pengisi ke dalam
lubang cetakan. Glidan juga berfungsi untuk mengurangi penyimpangan massa, memperkecil gesekan sesama partikel, dan meningkatkan
ketepatan takaran tablet. Contoh zat yang dapat digunakan sebagai glidan yaitu talk, kalsiummagnesium stearat, asam stearat, PEG, pati, dan
aerosil. Bahan pelincir atau lubricant berfungsi untuk mengurangi
gesekan logam stempel di dalam lubang ruang cetak dan gesekan tablet dengan logam, serta memudahkan pengeluaran tablet dari mesin pencetak.
15
Pada umumnya lubrikan bersifat hidrofobik sehingga cenderung menurunkan kecepatan disintegrasi dan disolusi tablet. Oleh karena itu
kadar lubrikan yang berlebihan harus dihindarkan. Contoh lubrikan antara lain talk, kalsium atau magnesium stearat, asam stearat, PEG, pati, dan
paraffin. Bahan pemisah hasil cetakan ataau antiadherent adalah bahan
yang berfungsi untuk mencegah lekatnya bahan yang dikempa pada permukaan stempel atas. Contoh bahan ini adalah talk, amilum maydis,
Cab-O-Sil, natrium lauril sulfat, kalsiummagnesium stearat. d.
Zat warna Penggunaan zat warna dalam tablet memberikan keuntungan
yaitu menutupi warna obat yang kurang baik, identifikasi hasil produksi dan membuat suatu produk menjadi lebih menarik. Penyediaan warna-
warna alami dari tumbuh-tumbuhan dibatasi karena warna-warna ini seringkali tidak stabil. Lachman, 1994
Zat pewarna larut air dapat ditambahkan pada campuran serbuk selama pembuatan pembawa granulasi basah sebelum dilakukan granulasi
eksipien dan zat aktif.Selain itu, pewarna dapat dilarutkan dalam larutan penggranulasi dan ditambahkan pengikat.Siregar, 2010
e. Pemberi Rasa
Bahan pemberi rasa biasanya digunakan pada tablet kunyah atau tablet lainnya yang ditujukan larut dalam mulut. Pada umumnya zat
pemberi rasa yang larut dalam air jarang dipakai dalam pembuatan tablet oleh karena stabilitasnya kurang baik. Lachman, 1994
16
Untuk tablet hisap, waktu huni tablet yang lama dalam rongga mulut mensyaratkan agar formulator mengembangkan tidak saja produk
dengan penambah rasa yang menyenangkan, tetapi juga produk yang penambah rasanya dapat menutupi dasar pahit yang mungkin dimiliki
formulasi. Siregar, 2010
2.6.3. Monografi Bahan
a. Amylum Depkes RI, 1995; Wade dan Weller, 1993
Sinonim : Amido, amilo, amidon, starch.
Rumus empirik : C
6
H
10
O
5 n,
Fungsi dimana n = 300-1000
: Glidan, pengisi tablet dan kapsul, penghancur tablet dan kapsul 3-15,
pengikat tablet 5-25 Pemerian
: Berbentuk serbuk, Bau dan rasa lemah, berwarna putih terdiri dari butiran bulat
atau bulat telur yang sangat kecil yang ukuran dan bentuk yang khas untuk
masing-masing varietas tanaman. Kelarutan
: Praktis tidak larut dalam etanol dingin 95 dan air dingin.
Stabilitas : Kering, amilum yang tidak dipanaskan
stabil jika terlindung dari lembab yang tinggi. Larutan amilum atau pasta yang
dihangatkan tidak stabil dan dapat rusak fisiknya oleh mikroorganisme. Amilum
17
harus disimpan dalam wadah yang tertutup rapat dan tempat yang kering.
Keamanan : Amilum merupakan bahan yang tidak
toksik dan tidak mengiritasi. Tapi bagaimanapun pemakaiannya harus
dikendalikan. Struktur
:
Gambar 2 . Struktur Amilum
b. Gom Arab Depkes RI, 1995; Wade dan Weller, 1993
Adalah eksudat yang mengeras di udara yang mengalir secara alami atau dengan penorehan batang dan cabang tanaman Acacia
senegal L. Willdenow dan spesies acacialainyang berasal dari afrika.
Sinonim : Gum acacia, gum arabic, talha gum
Rumus Empirik : Kompleks, hilangnya kumpulan gula dan
hemiselulosa dengan berat molekul kira- kira 240.000-580.000.
Fungsi : Emulgator 5-10, zat penstabil,
pensuspensi 5-10, pengikat tablet 1- 5, penambah viskositas.
makroskopik : Butiran, bentuk bulat seperti ginjal atau
bulat telur, penampang 1 cm sampai 3 cm,
18
warna putih kekuningan, kuning atau coklat muda, kadang-kadang berwarna
merah muda, rapuh buram, seringkali dengan permukaan yang retak, mudah
pecah menjadi fragmen bersudut tidak beraturan dengan patahan melengkung,
berwarna agak putih atau agak kekuningan.
Mikroskopik : Serbuk berupa potongan mengkilat tidak
beraturan, tidak berwarna terlihat sedikit pati atau jaringan tanaman, tidak terlihat
adanya lapisan membran. Pemerian
: Tidak berbau dan berasa lemah. pH
: 4,5-5 5 wv larutan Kelarutan
: Larut dalam 20 bagian gliserin, dalam 20 bagian propilen glikol, dalam 2 bagian air,
praktis tidak larut dalam etanol 95 Stabilitas
: Mudah terkontaminasi mikroba c.
Sukralosa International Food Information Council Foundation Rumus Empirik
: C
12
H
19
Cl
3
O Sinonim
8
: Triclorogalacto-sucrose Berat Molekul
: 397.64 gmol Kelarutan
: 283 gL 20 °C dalam air Fungsi
: Pemanis 600 kali dari sukrosa Dosis
: Maks 5 mgkgBB dalam 1 hari atau 20
19
Struktur :
Gambar 3 . Struktur Sukralosa
d. Manitol Depkes RI, 1995; Wade dan Weller, 1993
Mengandung tidak kurang dari 96 dan tidak lebih dari 101,5 C
6
H
14
O
6,
Sinonim dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.
: Manita, gula manna, mannite, pearlitol Rumus empirik
: C
6
H
14
O Berat Molekul
6
: 182,17 Pemerian
: Serbuk hablur atau granul mengalir bebas, putih, berbau lemah, rasa manis.
Kelarutan : Mudah larut dalam air, larut dalam larutan
basa, sukar larut dalam piridina, sangat sukar larut dalam etanol, praktis tidak larut dalam
eter. Fungsi
: Pemanis, pengisi tablet dan kapsul 10-90, Zat tonisitas.
Stabilitas : Stabil dalam keadaan kering dan dalam
larutan. Struktur
:
Gambar 4 . Struktur Manitol
20
e. Mentol Depkes RI, 1995; Wade dan Weller, 1993
Adalah alkohol yang diperoleh dari bermacam-macam minyak permen atau yang dibuat secara sintetik, berupa l-mentol atau
mentol resemik. Sinonim
: Peppermint camphor Rumus empirik
: C
10
H
20
Berat Molekul O
: 156,27 Pemerian
: Hablur heksagonal atau serbuk hablur, tidak berwarna, biasanya berbentuk jarum, atau
massa yang melebur, bau enak seperti minyak permen.
Kelarutan : Sukar larut dalam air, sangat mudah larut
dalam etanol, dalam kloroform, dalam eter dan dalam heksana, mudah larut dalam asam
asetat glasial, dalam minyak mineral, dan dalam minyak lemak dan dalam minyak
atsiri. Jarak lebur
: 41-44
o
Fungsi C
: Perasa, zat terapetik, pengaroma
Penggunaan : 0.2-0.4
Struktur :
Gambar 5 . Struktur mentol
21
f. Sukrosa Depkes RI, 1995; Wade dan Weller, 1993
Adalah gula yang diperoleh dari saccharum officinarum Linne familia Gramineae, Beta vulgaris Linne familia
Chenopodiaceae dan sumber-sumber lain. Tidak mengandung bahan tambahan.
Sinonim : Sakarosa
Rumus empirik : C
12
H
22
O Berat Molekul
11
: 342,30 Pemerian
: Hablur putih atau tidak berwarna, massa hablur atau berbentuk kubus, atau serbuk
hablur putih, tidak berbau, rasa manis, stabil di udara, larutannya netral terhadap lakmus.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, lebih mudah
larut dalam air mendidih, sukar larut dalam etanol, tidak larut dalam kloroform dan dalam
eter. Fungsi
: Sirup untuk sediaan oral cair 67, Pemanis 67, Pengikat granulasi kering 2-20,
Pengikat granulasi basah 50-67, Penyalut tablet 50-67
Struktur :
Gambar6 . Struktur sukrosa
22
g. Magnesium stearat Depkes RI, 1995; Wade dan Weller, 1993
Mg stearat merupakan senyawa magnesium dengan campuran asam-asam organik padat yang diperoleh dari lemak, terutama
terdiri dari magnesium stearat dan magnesium palmitat dalam berbagai perbandinan. Mengandung setara dengan tidak kurang
dari 6,8 dan tidak lebih dari 8,3 MgO. Sinonim
: asam oktadekanoat, garam magnesium Rumus Empirik : C
36
H
20
MgO Berat Molekul
4
: 591,27 Pemerian
: Serbuk halus, putih, bau lemah khas, mudah melekat di kulit, bebas dari butiran.
Kelarutan : Tidak larut dalam air, dalam etanol dan
dalam eter. Fungsi
: Lubrikan 0,25-5 Struktur
:
Gambar 7 . Struktur Mg Stearat
h. Talkum Depkes RI, 1995; Wade dan Weller, 1993
Talk adalah magnesium silikat hidrat alam, kadang-kadang mengandung sedikit alumunium silikat.
Sinonim : Magsil Osmanthus, Magsil Star
Rumus Empirik : Mg
4
Si
2
O
5 4
OH Pemerian
4
: Serbuk hablur sangat halus, putih atau putih kelabu, berkilat, mudah melekat pada kulit
23
dan bebas dari butiran. Kelarutan
: Praktis tidak larut dalam asam dan alkali, pelarut organik, dan air.
Fungsi : lubrikan 1-10; diluent 5-30
i. Metil Paraben
Sinonim : Nipagin
Rumus Empirik : C
6
H
6
O Kelarutan
3
: Larut dalam 2 bagian etanol, 3 bagian etanol 95, 6 bagian etanol 50, 200 bagian
etanol 10, 10 bagian eter, 60 bagian gliserin, 400 bagian air dingin, 50 bagian air
hangat 50
o
C, dan dalam 30 bagian air panas 80
o
Fungsi C.
: Antimikroba 0.02-0.3
2.6.4. Metode Pembuatan
Metode pembuatan tablet hisap dapat dilakukan dengan cara peleburan atau dengan proses penuangan kembang gula. Selain itu dapat dibuat juga
dengan cara mengempa seperti halnya tablet biasa. Lachman, 1994 Ada beberapa metode dalam pembuatan tablet, namun yang relatif
lebih sering digunakan adalah metode granulasi basah, granulasi kering, dan metode cetak langsung Depkes RI, 1995.
24 2.6.5.
Evaluasi Granul
a. Uji Kadar Lembab Voight, 1994
Pengukuran kadar lembab dilakukan dengan menggunakan alat yang disebut moisture balance. Syarat kadar lembab yang baik adalah 2 – 5
b. Kompresibilitas Aulton, 1988; Voight, 1994
Uji kompresibilitas dilakukan dengan alat yang disebut bulk density. Persen kompresibilitas dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
kompresibilitas =
BJ mampat – BJ Bulk BJ mampat
x 100
Tabel 1 . Hubungan Persentase Kompresibilitas Terhadap Sifat Alir
Granul. Foe, 2008
Persen Kompresibilitas Sifat Aliran
5-15 12-16
18-21 23-35
35-38 40
Sangat baik Baik
Cukup Baik Buruk
Sangat Buruk Sangat buruk sekali
c. Distribusi Ukuran Partikel Voight, 1994
Distribusi ukuran partikel sangat penting untuk memperoleh granul yang kompak dan tidak mudah hancur. Distribusi ukuran partikel diperoleh
dengan metode pengayakan dengan menggunakan alat yang disebut sieving analyzer Voight, 1994.
d. Sifat Alir Aulton, 1988; Lachman, 1994
Untuk menentukan sifat alir berlaku sudut kemiringan aliran, jika suatu zat berupa serbuk mengalir bebas dari sebuah corong berbentuk kerucut.
25
adapun untuk mengukur sudut henti adalah dengan mengukur tinggi dan diameter kerucut yang dihasilkan, sedangkan untuk mengukur laju alir
adalah dengan menghitung waktu yang dibutuhkan sejumlah granul untuk dapat habis melewati corong Voight, 1994. Syarat sudut henti yang baik
adalah 30
o
dan laju alir yang baik adalah 4-10 gramdetik. Lachman, 1994
2.6.6. Evaluasi Tablet
a. Pemeriksaan Organoleptik Ansel, 1989
Pemeriksaan organoleptik meliputi warna, rasa, bau, penampilan, tekstur permukaan, derajat kecacatan seperti serpihan, dan kontaminasi benda
asing rambut, tetesan minyak, kotoran. Warna yang tidak seragam dan adanya kecacatan pada tablet selain dapat menurunkan nilai estetikanya
juga dapat menimbulkan persepsi adanya ketidakseragaman kandungan dan kualitas produk yang buruk.
b. Keseragaman Bobot Depkes, 1979
Pada tablet yang didesain mengandung sejumlah obat di dalam sejumlah formula, bobot tablet yang dibuat harus diperiksa secara acak untuk
memastikan bahwa setiap tablet mengandung obat dengan jumlah yang tepat. Syarat keseragaman bobot menurut Farmakope Indonesia Jilid III
adalah bila bobot rata-rata lebih dari 300 mg, jika ditimbang satu per satu
tidak lebih dari 2 buah tablet yang masing-masing bobotnya menyimpang 5 dari bobot rata-ratanya, dan tidak ada satu pun tablet yang bobotnya
menyimpang lebih dari 10 dari bobot rata-ratanya.
26
c. Keseragaman Ukuran
Ukuran tablet meliputi diameter dan ketebalan. Ketebalan inilah yang berhubungan dengan proses pembuatan tablet, karena harus terkontrol
sampai perbedaan 5 dari nilai rata-rata. Pengontrolan ketebalan tablet diperlukan agar dapat diterima oleh konsumen dan dapat mempermudah
pengemasan. Ansel, 1989 Syarat keseragaman ukuran berdasarkan farmakope jilid III adalah
kecuali dinyatakan lain, diameter tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 113 kali tebal tablet.
b. Friabilitas Lachman, 1994
Friabilitas dinyatakan sebagai persentase selisih bobot sebelum dan susudah pengujian, dibagi dengan bobot mula-mula.Tablet yang baik
memiliki keregasan kurang dari 1. c.
Kekerasan Parrot, 1971 Tablet harus memiliki kekuatan atau kekerasan tertentu agar tahan
terhadap berbagai guncangan mekanik pada saat pembuatan, pengepakan, dan transportasi.Tablet hisap biasanya memiliki kekerasan lebih tinggi
dibandingkan dengan tablet biasa. Syarat kekerasan tablet hisap adalah lebih dari 10 kgcm
3
. Hasyim dkk, 2008
2.7. Sisitem Imun Bratawidjaja. 2006
Imunitas adalah resistensi terhadap penyakit terutama penyakit infeksi. Gabungan sel, molekul dan jaringan yang berperan dalam resistensi terhadap infeksi disebut sistem
imun. Sistem imun diperlukan tubuh untuk mempertahankan keutuhannya terhadap
27
bahaya yang dapat ditimbulkan berbagai bahan dalam lingkungan hidup. Pertahanan imun terdiri atas sistem imun alamiah atau nonspesifik dan didapat atau spesifik.
2.7.1. Imunomodulator
Imunomodulator adalah obat yang dapat mengembalikan dan memperbaiki sistem imun yang fungsinya terganggu atau untuk menekan yang fungsinya
berlebihan.Obat golongan imunomodulator bekerja menurut 3 cara, yaitu melalui:
- Imunorestorasi
Ialah suatu cara untuk mengembalikan fungsi sistem imun yang terganggu dengan memberikan berbagai komponen sistem imun, seperti:
immunoglobulin dalam bentuk Immune Serum Globulin ISG, Hyperimmune Serum Globulin HSG, plasma, plasmapheresis,
leukopheresis, transplantasi sumsum tulang, hati dan timus.
- Imunostimulasi
Imunostimulasi yang disebut juga imunopotensiasi adalah cara memperbaiki fungsi sistem imun dengan menggunakan bahan yang
merangsang sistem tersebut. -
Imunosupresi Merupakan suatu tindakan untuk menekan respons imun.Kegunaannya di
klinik terutama pada transplantasi untuk mencegah reaksi penolakan dan pada berbagai penyakit inflamasi yang menimbulkan kerusakan atau
gejala sistemik, seperti autoimun atau auto-inflamasi.
28 2.7.2.
Cluster of Differentiation
Cluster of Differentiation CD adalah istilah untuk molekul permukaan leukosit yang merupakan epitop dan dapat diidentifikasikan
dengan antibody monoclonal. Sel limfosit yang ada dalam berbagai fase pematangan dapat dibedakan dari ekspresi molekul membran yang dapat
ditentukan dengan menggunakan antibody monoclonal yang spesifik untuk epitop tunggal antigen.Kelas limfosit dengan fungsi tertentu mengekspresikan
protein permukaan tertentu pula.Molekul permukaan inilah yang disebut dengan Cluster of Differentiation CD.Ekspresi molekul membran sel T
seperti CD4, CD8, CD28 dan CD45R berperan sebagai molekul aksesori dalam fungsi sel T atau dalam transduksi sinyal Baratawidjaja, 2009.
CD4 adalah bagian dari populasi limfosit T yang disebut sebagai sel T helper.Cara kerja sel ini adalah sebagai penolong, misalnya melepaskan suatu
senyawa yang mengaktifkan sel-sel lain untuk mematikan atau mengeliminasi antigen benda asing. Fungsi utama CD4 dalam imun adalah meregulasi
sistem imun agar bekerja dengan baik, dengan merangsang sistem imun nonspesifik berupa fagosit untuk kemotaksis dan proses fagositosis benda
asing. Peran CD4 dalam sistem imun spesifik humoral adalah merangsang sel B Limfosit B untuk menghasilkan antibodi dan mengatur produksi antibodi,
sedangkan dalam sistem imun seluler berfungsi dalam mengatur CD8 dan NK untuk membunuh sel sasaran yang terkena infeksi virus.
CD4 adalah sebuah marker atau penanda yang berada di permukaan sel-sel darah putih manusia, terutama sel-sel limfosit.CD4 pada orang dengan
sistem kekebalan yang menurun menjadi sangat penting, karena berkurangnya nilai CD4 dalam tubuh manusia menunjukkan berkurangnya sel-sel darah
29
putih atau limfosit yang seharusnya berperan dalam memerangi infeksi yang masuk ke tubuh manusia.
Analisa CD4 dipengaruhi oleh tiga parameter, yaitu limfosit, CD4, dan jumlah mutlak CD4.Jumlah CD4 absolut adalah jumlah sel CD4
yang ada dalam sistem kekebalan tubuh.Pada orang dengan sistem kekebalan yang baik, nilai CD4 berkisar antara 1400-1500. Ukuran CD4 persentase
memberi sedikit informasi tambahan pada jumlah CD4 mutlak dalam peramalan risiko jangka pendek pengembangan penyakit, karenanya jumlah
CD4 mutlak merupakan ukuran status kekebalan yang lebih penting dan pilihan terbaik dibandingkan dengan CD4 persentase, misalnya untuk
mengambil keputusan pengobatan dalam orang dewasa terinfeksi HIV. Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah CD4 antara lain meliputi
perbedaan analisis, perbedaan musim, beberapa penyakit bersamaan, dan penggunaan kortikosteroid. Di samping itu, terdapat pula beberapa faktor yang
dilaporkan memberikan sedikit pengaruh terhadap jumlah nilai CD4, yaitu gender, usia pada orang dewasa, faktor risiko, stres psikologis, stres fisik,
dan kehamilan. Di lingkungan sekitar sangat banyak infeksi yang beredar, baik berada
dalam udara, makanan ataupun minuman.Namun manusia tidak setiap saat menjadi sakit, karena CD4 masih bisa berfungsi dengan baik untuk melawan
infeksi ini. Jika CD4 berkurang, mikroorganisme yang patogen akan dengan mudah masuk ke tubuh kita dan menimbulkan penyakit pada tubuh manusia
Runggu, 2010.
30 2.7.3.
Kontrol Pembanding
IM
®
mengandung Echinaceapurpurea 250 mg, ekstrak Black eldelberry 400mg, dan Zinc picolinate 5 mg, dikemas dalam sediaan kaplet
.IM
®
Telah terbukti bahwa Echinacea merupakan imunostimulan non spesifik, dengan kata lain Echinacea tidak mempunyai hubungan antigenik
dengan patogen-patogen spesifik.Hal ini merupakan hasil dari stimulasi respon imun seluler seperti fagositosis dan pelepasan sitokin serta faktor-faktor serum
lainnya.Fagositosis proses ingesti atau menghancurkan mikroorganisme, sel dan partikel oleh sel-sel pada sistem retikuloendotelial, telah digunakan
sebagai indikator aktifitas imunostimulan dari Echinacea Bradley, 2006. membantu memperbaiki daya tahan tubuh atau respon imun tubuh, juga
digunakan sebagai terapi pendamping untuk infeksi yang akut dan kronis, terutama untuk infeksi saluran pernafasan genitalia seperti kandidiasis dan
vaginitis.Echinacea adalah tumbuhan pertama yang dibuktikan secara ilmiah khasiat stimulasinya terhadap sistem imun.Tjay et al., 2002.
2.8. Kerangka Teori
Gambir merupakan komoditas ekspor yang
memiliki sumbangan besar terhadap pendapatan daerah
dan meningkatkan devisa.
31 BAB III
Dilakukan penelitian lebih lanjut dari potensi gambir sebagai imunomodulator yang dapat
Kegunaan gambir antara lain untuk zat pewarna dalam industri batik, industri
penyamak kulit, ramuan makan sirih, sebagai obat untuk penyakit tertentu,
bahan baku pembuatan permen dalam acara adat di India dan sebagai penjernih
pada industri air Hadad et al 1991 dan Azmi 2006.
Kandungan kimia utama gambir adalah katekin 7-
33 dan asam kateku tanat 20-50, pyrokatekol 20-
30, gambir fluoresensi 1- 3, kateku merah 3-5,
quersetin 2-4, fixed oil 1- 2, lilin 1-2, dan
mengandung sedikit alkaloid.
Penelitian sebelumnya ekstrak etanol gambir pada dosis 2000 mghari dapat
mempengaruhi jumlah mutlak CD4 dan persentase CD4 dalam darah Hana,
2010.
Dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap katekin dalam gambir sebagai
imunomodulator dengan dibuat dalam sediaan tablet hisap dan diuji pengaruhnya
pada CD4 manusia.
32 METODOLOGIPENELITIAN
3.1. Tempat dan waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium kimia makanan halal, Laboratorium kimia analisis, Laboratorium bahan alam, laboratorium Drug Research dan Laboratorium
teknologi sediaan tabletProgram Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta serta Laboratorium
Makmal Terpadu Imunoendokrinologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Penelitian dilakukan dari bulan Mei2011 sampai bulan Januari 2012.
3.2. Alat dan Bahan
3.2.1. Alat Penelitian
Alat yang digunakan adalah gelas ukur, beaker glass, corong pisah, pipet volum, pipet tetes,penggiling blender, hot plat, kertas saring, lemari asam,
lumpang dan alu, termometer, cawan penguap, kapas,alat pencetak tablet, pengayak, desikator, hardness tester, uji kerapuhan atau friabilator, moisture
contentbalance,sievinganalyzer,neraca analitik, jangka sorong, rotary evaporator, erlenmeyer, cawan porselen,corong,statif,krusplatina,batang
pengaduk, spatula,oven,mikro pipet, labu ukur, spektro UV-Vis, vortex, lemari pendingin, Sysmex Pouch 100i, FACSCalibur, serta peralatan yang lazim
digunakan di laboratorium.
3.2.2. Bahan Penelitian
33
Bahan-bahan yang digunakan adalah ekstrak kering air gambir yang berasal dari Payakumbuh-Padang, aquades, etil asetat, ammonia 10,25,kloroform,
HCl 1, 1:10, pereaksi Dragendorff, pereaksi Mayer, aquadest, lempeng magnesium, HCl pekat, butanol, larutan besi III klorida FeCl3 1,
pereaksi Stiasny, NaOH 1 N, eter, asam asetat anhidrat, H
2
SO
4
pekat, pereaksi Libermann-Burchard, petroleum eter, amilum,gom akasia,talkum, Mg
stearat, manitol, mentol, sukrosa,sukralosa, aerosil, FDC yellow, reagen BD Tritest CD4, lysing solution.
3.3. Prosedur Penelitian
3.3.1. Pembuatan Serbuk Gambir
Bongkahan ekstrak kering air gambir yang telah ditimbang kemudian diserbukan dengan cara digerushingga menjadi serbuk.
3.3.2. Identifikasi Gambir Depkes, 1989
1. Sebanyak 2 mg serbuk gambir ditambahkan 5 tetes asam sulfat P
terbentuk warna coklat merah 2.
Sebanyak 2 mg serbuk gambir ditambahkan asam sulfat 10 N terbentuk warna coklat muda
3. Sebanyak 2 mg serbuk gambir ditambahkan 5 tetes Na hidroksida 5 dalam
etanol terbentuk warna coklat merah 4.
Sebanyak 2 mg serbuk gambir ditambahkan 5 tetes ammonia 25 terbentuk warna coklat merah
5. Sebanyak 2 mg serbuk gambir ditambahkan 5 tetes larutan FeCl
3
5 terbentukwarna coklat kehitaman.
34 3.3.3.
Identifikasi UreaBPOM, 1995
Sebanyak 500 mg serbuk gambir dipanaskan dalam tabung reaksi hingga meleleh dan bau ammonia. Pemanasan dilanjutkan hingga cairan keruh lalu
didinginkan dan dilarutkan dalam campuran 10 mL air dan 0.5 mL larutan NaOH P, ditambahkan 1 larutan tembaga III sulfat P, terjadi perubahan warna
violet. Melarutkan 100 mg dalam 1 mL air asam nitrat P, terbentuk endapan hablur putih.
3.3.4. Uji Penapisan FitokimiaFransworth, 1966
a.
Identifikasi golongan alkaloid
Sebanyak 2 gram sampel ditambahkan dengan 5 mL ammonia 25, digerus dalam mortir, kemudian ditambahkan 20 ml etil asetat dan digerus kembali
dengan kuat, campuran tersebut disaring dengan kertas saring. Filtrat berupa larutan organik diambil sebagai larutan A, sebagian dari larutan A
10 mL diekstraksi dengan 10 ml larutan HCl 1:10 dengan pengocokan dalam tabung reaksi, diambil larutan bagian atasnya larutan B. Larutan A
diteteskan beberapa tetes pada kertas saring dan ditetesi dengan pereaksi Dragendorff. Jika terbentuk warna merah atau jingga pada kertas saring
maka hal itu menunjukkan adanya senyawa golongan alkaloid dalam sampel.
Larutan B dibagi dalam dua tabung reaksi, ditambahkan masing-masing pereaksi Dragendorff dan Mayer. Jika terbentuk endapan merah bata
dengan pereaksi Dragendorff dan endapan putih dengan pereaksi Mayer maka hal itu menunjukkan adanya senyawa golongan alkaloid.
35
b. Identifikasi golongan flavonoid
1 gram sampel ditambahkan 50 mL air panas, dididihkan selama 5 menit, disaring dengan kertas saring, diperoleh filtrat yang akan digunakan sebagai
larutan percobaan. Ke dalam 5 mL larutan percobaan dalam tabung reaksi ditambahkan serbuk atau lempeng magnesium secukupnya dan 1 ml HCl
pekat, serta 5 mL butanol, dikocok dengan kuat lalu dibiarkan hingga memisah. Jika terbentuk warna pada lapisan butanol lapisan atas maka hal
itu menunjukkan adanya senyawa golongan flavonoid. c.
Identifikasi golongan saponin Sebanyak 10 mL larutan percobaan yang diperoleh dari percobaan B
identifikasi golongan flavonoid, dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan dikocok secara vertikal selama 10 detik, kemudian dibiarkan selama 10
menit. Jika dalam tabung reaksi terbentuk busa yang stabil dan jika ditambahkan 1 tetes HCl 1 busa tetap stabil maka hal itu menunjukkan
adanya senyawa golongan saponin. d.
Identifikasi golongan steroid dan triterpenoid 1 gram sampel ditambahkan dengan 20 mL eter, dibiarkan selama 2 jam
dalam wadah dengan penutup rapat lalu disaring dan diambil filtratnya. 5 mL dari filtrat tersebut diuapkan dalam cawan penguap hingga diperoleh
residusisa. Ke dalam residu ditambahkan 2 tetes asam asetat anhidrat dan 1 tetes asam sulfat pekat pereaksi Libermann-Burchard. Jika terbentuk
warna hijau atau merah maka hal itu menunjukkan adanya senyawa golongan steroid dan triterpenoid dalam simplisia tersebut.
e. Identifikasi golongan tannin