33
ii. Pemilihan Mitra
Dijelaskan mengenai bagaimana proses kemitraan terjalin dan kriteria-kriteria yang digunakan dalam pemilihan mitra kerjasama melalui implementasi di
lapangan.
iii. Kesepakatan Kontraktual
Dijelaskan mengenai bentuk kesepakatan kontraktual dalam menjalin kerjasama, yang menjadi faktor penentu adalah kinerja mitra dan mutu komoditas atau
produk. Seluruh kegiatan kontraktual dievaluasi setiap akhir tahun untuk dipertimbangkan apakah kerjasama akan diteruskan atau dihentikan.
d. Sumber Daya Rantai
Melakukan penilaian potensi sumber daya yang dimiliki oleh anggota rantai pasokan untuk mengetahui potensi-potensi yang dapat mendukung upaya
pengembangan rantai pasokan. Aspek pembahasan meliputi sumber daya fisik, teknologi, dan sumberdaya manusia.
3.5.2. Desain Model Peningkatan Mutu. Tahap berikut adalah melakukan desain model peningkatan mutu komoditas
dan produk berbasis sawit. Pendekatan yang dilakukan yaitu menggunakan metode QFD. Interpretasi dari QFD adalah House of Quality HOQ.
Langkah-langkah dalam membangun HOQ adalah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasikan semua kebutuhan dan keinginan pelanggan terhadap produk dan selanjutnya disebut sebagai karakteristik pelanggankonsumen
WHATs. Kelompokkan karakteristik pelanggan yang diperoleh ke dalam kelompok primer, sekunder dan bila perlu tersier. Seluruh data
diuraikan dan dicatat pada bagian kiri rumah mutu HOQ, seperti terlihat pada Gambar 10.
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http:www.software602.com
34 Primery
Secondary Mutu Tandan Buah Sawit
Mutu CPO
Mutu Minyak goreng
Gambar 10. Bentuk hierarki kebutuhan pelanggan WHATs
2. Mengidentifikasikan tingkat kepentingan pelanggan untuk masing-masing karakteristik pelanggan. Nilai-nilai kepentingan dimasukkan ke dalam
kolom tingkat kepentingan importance pada rumah mutu HOQ, seperti terlihat pada Gambar 11. Penilaian diberikan dengan angka 1 = kurang
penting; 2 = agak penting; 3 = cukup penting; 4 = penting; 5 = sangat penting.
Primery Secondary
Importance Mutu Kelapa Sawit
Mutu CPO
Mutu Minyak goreng
Gambar 11. Bentuk hierarki kepentingan pelanggan 3. Menterjemahkan seluruh karakteristik pelanggan kedalam karakteristik
desainproses dengan menunjukkan perusahaan melakukan tahapan
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http:www.software602.com
35
proses untuk memenuhi permintaan pelanggan terhadap produkjasanya, seperti terlihat pada Gambar 12.
PEMANENAN PENGOLAHAN MINYAK SAWIT
PENGOLAHAN MINYAK GORENG
Te kn
ik P
em an
en an
Pe ny
im pa
na n T
B S
Pe ng
an gk
uta n T
B S
........................... ..............
Pe nim
ba ng
an d
an S
orta si T
B S
Pe m
bo ng
ka ra
n T B
S
Pe re
bu sa
n Pe
lu m
ata n
Pe ng
ep re
sa n
Pe ny
arin ga
n
Pe ny
im pa
na n S
em en
ta ra
Pe nd
is trib
us ia
n C PO
Pe ne
rim aa
n C PO
……………………………… ………………………………
……………………………… ………………………………
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10 11 12 13 14 15
16 17
Gambar 12. Karakteristik proses HOWs
4. Menetukan hubungan yang terjadi antara masing-masing karakteristik pelanggan WHATs dengan karakteristik proses HOWs. Hubungan
yang terjalin terbagi atas 3 tiga yaitu hubungan kuat 10, sedang 5 dan lemah 1. Hubungan tersebut digambarkan pada bagian tengah rumah
mutu HOQ, seperti terlihat pada Gambar 13.
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
11 12
13 14
15 16
17 Secondary
Importance Mutu
Kelapa Sawit
Mutu CPO
Minya goreng
Gambar 13. Hubungan karakteristik pelanggan dan karakteristik proses
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http:www.software602.com
36
5. Menetukan hubungan antar karakteristik Proses HOWs dengan HOWs,
seperti terlihat pada Gambar 14, dilakukan dengan membagi menjadi 4 tipe hubungan, yaitu :
3. Hubungan sangat positif Strong Positive Correlation
Korelasi yang terjadi jika perubahan suatu karakteristik teknis akan berpengaruh sangat positif terhadap karakteristik teknis lainnya.
4. Hubungan positif Strong Correlation Korelasi yang terjadi jika perubahan suatu karakteristik teknis akan
berpengaruh positif terhadap karakteristik lainnya.
5. Hubungan negatif Negative Correlation Korelasi yang terjadi jika perubahan suatu karakteristik teknis akan
berpengaruh negatif terhadap karakteristik lainnya.
6. Hubungan sangat negatif Strong Negative Correlation Korelasi yang terjadi jika perubahan suatu karakteristik teknis akan
berpengaruh sangat negatif terhadap karakteristik lainnya.
PEMANENAN PENGOLAHAN MINYAK SAWIT
PENGOLAHAN MINYAK GORENG
Te kn
ik P
em an
en an
Pe ny
im pa
na n T
B S
Pe ng
an gk
uta n T
B S
....................................... ....
Pe nim
ba ng
an d
an S
orta si T
B S
Pe m
bo ng
ka ra
n T B
S
Pe re
bu sa
n Pe
lu m
ata n
Pe ng
ep re
sa n
Pe ny
arin ga
n
Pe ny
im pa
na n S
em en
ta ra
Pe nd
is trib
us ia
n C PO
Pe ne
rim aa
n C PO
……………………………… ………………………………
……………………………… ………………………………
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10 11 12 13 14 15
16 17
Gambar 14. Hubungan antar karakteristik proses
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http:www.software602.com
37
Kondisi umum dan model rantai pasok dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif, melalui berbagai literatur, pendapat pakar dan nara sumber.
Output dari analisis ini adalah gambaran umum kondisi obyektif rantai pasok sawit khususnya di PT ASL – Jambi. Output yang diharapkan yaitu identifikasi dan
karakteristik struktur mutu rantai pasok produk dan komoditas berbasis sawit.
3.5.3. Identifikasi Faktor-Faktor Dominan Berpengaruh Terhadap Mutu Rantai Pasok Komoditas dan Komoditi Berbasis Kelapa Sawit
Identifikasi terhadap faktor-faktor dominan yang berpengaruh terhadap mutu dan rantai pasok komoditas dan produk berbasis sawit dengan metode Fishbone.
Identifikasi dilakukan dengan melakukan survey kepada kepala kebun, kepala pabrik pengolah kelapa sawit dan kepala produksi pabrik refinery terkait dengan faktor
mutu komoditas dan produk sawit.
3.5.4. Perencanaan Mutu dan Strategi Peningkatan Mutu Sawit Selanjutnya merencanakan mutu dan strategi peningkatan mutu sepanjang
rantai pasok komoditas dan produk berbasis sawit menggunakan pendekatan penerapan sistem manajemen keamanan pangan HACCP Perencanaan dilakukan
dengan menganalisis titik kritis yang dikendalikan pada setiap rantai, diawali dengan kebun sawit, pabrik pengolah kelapa sawit dan pabrik pengolah CPO refinery. Dari
setiap titik kritis dievaluasi untuk peningkatan mutu sepanjang rantai.
3.6. Lokasi dan Waktu Penelitian