9
Gambar 2. Kesediaan lahan produksi kelapa sawit Taher, et al, 2000 Tabel 2. Luas dan produksi kelapa sawit propinsi Jambi, Tahun 2008
Kabupaten Luas
Produksi ton
Produktivitas kgha
TBM TM
TR Jumlah
Batanghari 9.808
52.695 2.980
65.483 160.882
3.053 Muaro Jambi
31.785 95.461
368 127.614
297.226 3.114
Bungo 10.385
39.062 155
49.602 145.221
3.718 Tebo
17.323 21.876
1.287 40.486
85.881 3.926
Merangin 7.308
43.326 -
50.634 153.676
3.547 Sarolangun
8.991 30.049
420 39.460
100.557 3.346
Tanjung Jabung Barat
15.685 68.633
280 84.598
229.285 3.341
Tanjung Jabung
Timur 13.430
12.767 -
26.197 30.705
2.408 Kerinci
63 -
- 63
- -
Jumlah
114.778 363.869
5.490 484.137
1.203.433 3.307
Sumber : Dinas Perkebunan Propinsi Jambi, 2009 Keterangan : TBM = Tanaman belum menghasilkan, TM = Tanaman menghasilkan,
TR = Tanaman Rusak
2.2. Manajemen Rantai Pasok
Agroindustri perkebunan merupakan rantai beberapa pelaku usaha antara
lain petani, pengumpul, pengepak, pengolah, penyedia layanan penyimpanan dan transport, pedagang besar, eksportir, importir, distributor, dan pengecer yang
bekerja sama dalam hubungan sebagai pemasok dan konsumen. Manajemen rantai pasok komoditas perkebunan pada saat ini masih lemah karena:
1. Teknik berkebun masih diusahakan secara tradisional dan belum mendapatkan masukan teknologi yang memadai.
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http:www.software602.com
10
2. Kelembagaan yang ada masih belum berfungsi dalam membentuk
koordinasi antar para pelaku usaha yang terkait sehingga manajemen rantai pasok komoditas perkebunan belum dapat diterapkan dengan
baik.
3. Pengelolaan rantai pasok komoditas perkebunan di Indonesia belum
didukung oleh kebijaksanaan pemerintah dan iklim usaha yang tepat.
Berdasarkan konsep rantai pasok terdapat tiga tahapan dalam aliran material. Bahan mentah didistribusikan ke manufaktur membentuk suatu sistem physical
supply, manufaktur mengolah bahan mentah, dan produk jadi didistribusikan kepada konsumen akhir membentuk sistem physical distribution. Aliran material tersebut
dapat dilIhat pada Gambar 3.
Gambar 3. Aliran material Arnold dan Chapman, 2004. Menurut Indrajit dan Djokopranoto 2002, hubungan organisasi dalam rantai pasok
adalah sebagai berikut:
Rantai 1 adalah Supplier. Jaringan bermula dari sini, yang merupakan
sumber penyedia bahan pertama, dimana mata rantai penyaluran barang akan dimulai. Bahan pertama ini bias berbentuk bahan baku, bahan
mentah, bahan penolong, bahan dagangan, dan suku cadang. Jumlah supplier bias banyak bias sedikit.
S U
P P
L I
E R
MANUFACTUR DISTRIBUTION SYSTEM
C U
S T
O M
E R
DOMINANT FLOW OF PRODUCTS AND SERVICES DOMINANT FLOW OF DEMAND AND DESIGN INFORMATION
Physical Supply
Manufacturing Planning and Control
Physical Distribution
Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http:www.software602.com
11
Rantai 1-2 adalah Supplier manufaktur. Manufaktur yang melakukan
pekerjaan membuat, memfabrikasi, meng-assembling, merakit, mengkonversikan, ataupun menyelesaikan barang. Hubungan dengan
mata rantai pertama ini sudah mempunyai potensi untuk melakukan penghematan. Misalnya, inventori bahan baku, bahan setengah jadi, dan
bahan jadi yang berada di pihak supplier, manufaktur, dan temapt transit merupakan target penghematan ini. Penghematan sebesar 40-
60, bahkan lebih dapat diperoleh dengan menggunakan konsep supplier partnering.
Rantai 1-2-3 adalah supplier manufaktur distributor. Barang yang
sudah jadi dari manufaktur disalurkan kepada pelanggan. Walaupun tersedia banyak cara untuk menyalurkan barang kepada pelanggan,
yang umum adalah melalui distributor dan ini biasanya ditempuh dengan supply chain. Barang dari pabrik melalui gudangnya disalurkan
ke gudang distributor atau pedagang besar dalam jumlah besar dan pada waktunya nanti pedagang besar menyalurkan dalam jumlah yang lebih
kecil kepada pengecer.
Rantai 1-2-3-4 adalah supplier manufaktur distributor ritel.
Pedagang besar biasanya mempunyai fasilitas gudang sendiri atau dapat juga menyewa dari pihak lain. Gudang ini digunakan untuk menimbun
barang sebelum disalurkan lagi ke pihak pengecer. Pada rantai ini bisa dilakukan penghematan dalam bentuk inventori dan biaya gudang,
dengan cara melakukan desain kembali pola-pola pengiriman barang baik dari gudang manufaktur maupun ke toko pengecer.
Rantai 1-2-3-4-5 adalah supplier manufaktur distributor ritel
pelanggan. Pengecer menawarkan barangnya kepada pelanggan atau pembeli. Mata rantai pasok baru benar-benar berhenti ketika barang tiba
pada pemakai langsung.
2.3. Metode SCOR untuk Evaluasi SCM