Metode SCOR untuk Evaluasi SCM

11  Rantai 1-2 adalah Supplier manufaktur. Manufaktur yang melakukan pekerjaan membuat, memfabrikasi, meng-assembling, merakit, mengkonversikan, ataupun menyelesaikan barang. Hubungan dengan mata rantai pertama ini sudah mempunyai potensi untuk melakukan penghematan. Misalnya, inventori bahan baku, bahan setengah jadi, dan bahan jadi yang berada di pihak supplier, manufaktur, dan temapt transit merupakan target penghematan ini. Penghematan sebesar 40- 60, bahkan lebih dapat diperoleh dengan menggunakan konsep supplier partnering.  Rantai 1-2-3 adalah supplier manufaktur distributor. Barang yang sudah jadi dari manufaktur disalurkan kepada pelanggan. Walaupun tersedia banyak cara untuk menyalurkan barang kepada pelanggan, yang umum adalah melalui distributor dan ini biasanya ditempuh dengan supply chain. Barang dari pabrik melalui gudangnya disalurkan ke gudang distributor atau pedagang besar dalam jumlah besar dan pada waktunya nanti pedagang besar menyalurkan dalam jumlah yang lebih kecil kepada pengecer.  Rantai 1-2-3-4 adalah supplier manufaktur distributor ritel. Pedagang besar biasanya mempunyai fasilitas gudang sendiri atau dapat juga menyewa dari pihak lain. Gudang ini digunakan untuk menimbun barang sebelum disalurkan lagi ke pihak pengecer. Pada rantai ini bisa dilakukan penghematan dalam bentuk inventori dan biaya gudang, dengan cara melakukan desain kembali pola-pola pengiriman barang baik dari gudang manufaktur maupun ke toko pengecer.  Rantai 1-2-3-4-5 adalah supplier manufaktur distributor ritel pelanggan. Pengecer menawarkan barangnya kepada pelanggan atau pembeli. Mata rantai pasok baru benar-benar berhenti ketika barang tiba pada pemakai langsung.

2.3. Metode SCOR untuk Evaluasi SCM

SCOR Supply Chain Operation Reference adalah suatu model referensi proses yang dikembangkan oleh Dewan Rantai Pasokan Supply Chain Council Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http:www.software602.com 12 sebagai alat diagnosa diagnostic tool supply chain management. SCOR dapat digunakan untuk mengukur performa rantai pasokan perusahaan, meningkatkan kinerjanya, dan mengkomunikasikan kepada pihak-pihak yang terlibat di dalamnya. SCOR merupakan alat manajemen yang mencakup mulai dari pemasok hingga ke konsumen. Ruang lingkup metode SCOR tersebut disajikan pada Gambar 4. Gambar 4. Skema ruang lingkup SCOR SSC, Supply Chain Council, 2006. Supply Chain Council 2006 memaparkan tiga pilar utama yang membangun Model SCOR, sesuai dengan Gambar 4, yaitu : 1. Pemodelan proses Merupakan acuan untuk memodelkan suatu rantai proses rantai pasok dan memudahkan untuk diterjemahkan dan dianalisis. Dalam SCOR, proses rantai pasok didefinisikan dalam lima proses terintegrasi, yaitu : Plan – Source – Make –Deliver – Return a. Perencanaan PLAN, Merupakan proses untuk merencanakan rantai pasok dimulai dari mengakses sumberdaya rantai pasokan, perencanaan penjualan dengan mengagregasi besarnya permintaan, merencanakan penyimpanan inventory dan distribusi, perencanaan kebutuhan bahan baku, perencanaan pemilihan suplier dan perencanaan saluran penjualan. b. Pengadaan SOURCE, Merupakan proses yang berkaitan dengan pengadaan bahan baku Raw Material dan pelaksanaan outsource. Proses ini meliputi kegiatan negosiasi dengan suplier, komunikasi dengan suplier, penerimaan barang, inspeksi dan verifikasi barang, hingga pada pembayaran pelunasan barang ke suplier. Supply Chain Operation Reference Model Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http:www.software602.com 13 c. Produksi MAKE, Proses ini merupakan proses yang berkaitan dengan proses produksi yang meliputi permintaan dan penerimaan kebutuhan bahan baku, pelaksanaan produksi, pengemasan dan penyimpanan produk di ruang penyimpanan. d. Distribusi DELIVER Merupakan proses yang berkaitan dengan distribusi produk dari perusahaan kepada pembeli, meliputi pembuatan dan pemeliharaan database pelanggan, pemeliharaan database harga produk, pemuatan produk ke dalam armada distribusi, pemeliharaan produk di dalam kemasan, pengaturan proses, transportasi, dan verifikasi kinerja distribusi. e. Pengembalian RETURN Merupakan kegiatan pengembalian produk ke perusahaan dari pembeli yang disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya yaitu kerusakan pada produk, cacat pada produk, ketidaktepatan jadwal pengiriman. Kegiatan lain yang dikategorikan sebagai kegiatan pengembalian yaitu kegiatan penerimaan produk yang dikembalikan return, pengelolaan administrasi pengembalian, verifikasi produk yang di-return, disposisi dan penukaran produk. 2. Pengukuran performakinerja rantai pasokan Pengukuran performakinerja rantai pasok dinyatakan dalam bentuk level tingkatan, yaitu level 1, level 2 dan level 3. Proses rantai pasok dimodelkan dalam bentuk hierarki proses. Hal yang sama juga dilakukan pada penilaian dimana metrik penilaiannya dimodelkan dalam bentuk hierarki penilaian. Kriteria yang digunakan dalam pengukuran performa rantai pasokan disebut dengan atribut performa yang meliputi realibilitas rantai pasokan, responsivitas rantai pasokan, fleksibilitas rantai pasokan, biaya rantai pasokan dan manajemen aset rantai pasokan. Masing-masing dari atribut performa tersebut terdiri dari satu atau lebih metrik level 1. Top manajemen perusahaan umumnya menggunakan metrik level 1 sebagai dasar untuk menetukan strategi pengembangan rantai pasokan yang akan dicapai dan disesuaikan dengan atribut performa yang paling dikehendaki oleh pembeli eksternal dan perusahaan internal. Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http:www.software602.com 14 3. Penerapan best practise praktek-praktek terbaik Model SCOR digunakan untuk menyediakan praktek-praktek terbaik best practise yang diapat diterapkan oleh perusahaan. Setelah dilakukan pengukuran performa rantai pasokan dan target pencapaiannya telah ditetapkan, maka dilakukan identifikasi praktek-praktek yang ditetapkan untuk mencapai target. Praktek-praktek tersebut diturunkan oleh anggota yang berpengalaman di dewan rantai pasokan supply chain council dan bersifat keterkinian, terstruktur, dapat diulang, memiliki metode yang jelas dan memberikan imbas yang positif ke arah kemajuan. Metode SCOR merupakan suatu metode sistematis yang mengkombinasikan elemen-elemen seperti teknik bisnis, benchmarking, dan praktek terbaik best practice untuk diterapkan di dalam rantai pasokan. Kombinasi dari elemen- elemen tersebut diwujudkan ke dalam suatu kerangka kerja yang komprehensif sebagai referensi untuk meningkatkan kinerja manajemen rantai pasokan perusahaan tertentu. Alur pengembangan metode SCOR sebagai sebuah referensi model disajikan pada Gambar 5 Supply Chain Council, 2006. Gambar 5. SCOR sebagai model referensi proses bisnis SSC, Supply Chain Council, 2006. Model SCOR yang dibangun atas pemodelan proses, pengukuran performa kinerja rantai pasokan dan penerapan best practise praktek-praktek terbaik dengan gambaran masing-masing level, level dapat dilihat pada Tabel 3. Resturkturisasi Proses Bisnis Benchmarking Analisis Best Practise Model Referensi Proses Menganalisis kondisi performa rantai pasokan yang existing, dan menentukan performa rantai pasokan yang dikehendak i Menentukan data pembanding sebagai acuan peningkatan performa rantai pasokan Mengidentifikasi praktek manajemen terbaik best practice disertai dengan solusi Menganalisis kondisi performa rantai pasokan existing, dan menentukan performa rantai pasokan yang dikehendaki. Menentukan data pembanding sebagai acuan peningkatan performa rantai pasokan Mengidentifikasi praktek manajemen terbaik best practice Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: http:www.software602.com 15 Tabel 3. Model Hierarki SCOR Level Skema Keterangan Deskripsi Top Level Tipe Proses Level 1 didefinisikan sebagai ruang lingkup cakupan SCOR. Tahap ini merupakan dasar dari performa kompetitif ditetapkan Konfigurasi Level Kategori Proses Level 2 didefinisikan sebagai jenis atau konfigurasi yang terbagi ke dalam : - Make to Stock - Make to Order - Make to Assamble Level Elemen Proses Level 3 didefinisikan sebagai aktivitas yang dijalankan oleh perusahaan, meliputi: - mendefinisikan proses - Mengatur input dan output - Metrik performa praktek terbaik best practise Level 3 merupakan penjabaran dari level 2 Level Implementasi Dekomposisi Elemen Proses Level 4 merupakan tahapan implementasi dan penjelasan lebih detail dari tahapan pada level 3. Sumber : SSC, Supply Chain Council, 2006

2.4. Sistem Manajemen Mutu Keamanan Pangan