10
2.1.5 Diagnosis DM
Penegakan diagnosis DM dapat dilihat atas dasar pemeriksaan kadar gula darah. Pemeriksaan yang dianjurkan adalah pemeriksaan glukosa dengan cara
enzimatik dengan bahan darah plasma vena. Pada penderita DM dapat ditemukan berbagai keluhan yang dapat menjadi pertimbangan jika dicurigai
DM. Keluhan klasik DM antara lain poliuria, polidipsia, polifagia dan penurunan berat badan yang tidak jelas penyebabnya. Selain itu keluhan yang
terjadi seperti badan lemah, kesemutan, gatal, mata kabur, dan disfungsi ereksi pada laki-laki, serta pruritus vulva pada wanita.
13
Kriteria diagnosis DM dalam PERKENI 2015
Pemeriksaaan glukosa plasma puasa ≥126mgdl. Puasa adalah kondisi tidak
ada asupan kalori minimal 8 jam.
Atau
Pemeriksaan glukosa plasma ≥200 mgdl 2 jam setelah Tes Tleransi Glukosa Orl TTGO dengan beban 75 gram.
Atau
Pemeriksaan glukosa plasma sewaktu ≥200 mgdl dengan keluhan klasik.
Atau
Pemeriksaan HbA1c ≥6,5 dengan menggunakan metode High- perfomance Liquid Chromatography HPLC yang terstadarisasi oleh
National Glycohaemoglobin Standarization Program NGSP
Tabel 2.2 Kriteria diagnosis DM
13
Jika hasil pemeriksaan tidak memenuhi kriteria normal ataupun DM, maka digolongkan dalam kelompok prediabetes yaitu toleransi glukosa
terganggu TGT dan glukosa darah puasa terganggu GDPT
Glukosa darah puasa terganggu TGPT yaitu hasil pemeriksaan glukosa plasma puasa antara 100-125 mgdl dan pemeriksaan TTGO
glukosa plasma 2 jam 140mgdl
Toleransi glukosa terganggu TGT yaitu hasil pemeriksaan glukosa plasma 2 jam setelah TTGO antara 140-199 mgdl dan glukosa
plasma puasa ,100 mgdl
Bersama-sama didapatkan GDPT dan TGT
11
Diagnosis prediabetes dapat juga ditegakkan berdasarkan hasi
pemeriksaan HbA1c yang menunjukkan angka 5,7-6,4.
13
2.1.6 Tatalaksana DM
Pengelolaan DM dapat dimulai dengan terapi non farmakologi yang meliputi perubahan gaya hidup dengan pengaturan pola makan yang dikenal
dengan terapi gizi medis dan meningkatkan aktivitas jasmani. Apabila penerapan terapi non farmakologis tidak dapat mengendalikan kadar glukosa
darah yang diharapkan, diperlukan intervensi farmakoterapi agar dapat mencegah terjadinya komplikasi lebih lanjut.
14
2.1.6.1 Terapi gizi medis
Pada prinsipnya terapi gizi medis ini merupakan pengaturan pola makan yang didasarkan pada status gizi penderita diabetes dan
melakukan modifikasi diet berdasarkan kebutuhan individual. Komposisi bahan makanan terdiri dari makronutrien karbohidrat, protein, dan
lemak dan mikronutrien vitamin dan mineral harus diatur sedemikian mungkin sehingga dapat memenuhi kebutuhan penderita DM.
14
2.1.6.2 Latihan jasmani
Latihan jasmani bukan hanya dapat menjaga kebugaran tubuh namun dapat juga menurunkan berat badan, mempermudah transpor
glukosa kedalam sel dan memperbaiki sensitivitas insulin, sehingga akan memperbaiki kendali glukosa. Rekomendasi latihan jasmani dilakukan
secara teratur, 3-5 kali perminggu selama sekitar 30-45 menit. Dianjurkan berupa latihan yang bersifat aerobik dengan intensitas sedang
50-70 denyut jantung maksimal seperti jalan cepat, bersepeda, atau berenang.
13
2.1.6.3 Terapi farmakologi
Terapi farmakologi diperlukan untuk menangani pengendalian glukosa yang tidak teratasi hanya dengan pengaturan terapi nutrisi dan
latihan jasmani. Terdapat dua bentuk farmakoterapi yang dapat diberikan yaitu obat oral dan dalam bentuk suntikan. Obat suntikan yang maksud
12
yaitu insulin, agonis GLP-1 dan kombinasi insulin dengan GLP-1.
8
Pada pasien DM tipe 1 yang mengalami defisiensi insulin absolut, terapi satu-
satunya adalah dengan terapi insulin.
19
Sedangkan obat oral dibagi 5 golongan berdasarkan cara kerjanya:
Menstimulasi sekresi insulin insulin secretagogue: Sulfonil urea dan glinid
Meningkatkan sensitivitas insulin: Metformin dan Tiazolidindion
Menghambat glukoneogenesis: Metformin Menghambat absorsi glukosa : Inhibitor alfa glukosidase
DPP-IV inhibitor.
21
2.1.7 Komplikasi DM 2.1.7.1 Komplikasi metabolik akut
Komplikasi metabolik pada DM disebabkan oleh adanya perubahan yang relatif akut dari konsentrasi glukosa plasma. Komplikasi
metabolik yang paling sering terjadi khususnya pada DM tipe 1 adalah ketoasidosis diabetik DKA.
22
Kombinasi keadaan defisiensi insulin dan peningkatan konsentrasi hormon kontra regulator terutama epinefrin,
dapat mengaktivasi hormon lipase sensitif pada jaringan lemak. Akibatnya terjadi peningkatan produksi benda keton dan asam lemak
bebas secara berlebihan. Akumulasi benda keton inilah yang menyebabkan KAD.
14
Hipoglikemia juga merupakan komplikasi metabolik yang sering terjadi pada DM. Pasien diabetes yang menggunakan insulin atau terapi
obat antihiperglikemik oral OHO mungkin suatu saat jumlahnya lebih banyak dari pada yang dibutuhkan atau intake glukosa lebih sedikit
daripada terapi, sehingga dapat mengakibatkan hipoglikemia karena tidak dapat mempertahankan kadar glukosa normal.
22