18
2.3.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi kemitraan
Unsur-unsur penting
yang berkaitan
dengan kemitraan,
dapat diidentifikasikan
sebagai faktor-faktor
yang perlu
diperhatikan untuk
terlaksananya suatu kerjasama antar badan usaha yang sehat dan bermanfaat, yaitu:
1. Bargaining power suatu badan usaha, yang dicerminkan oleh
kemampuan internal badan usaha dan kekuatan yang berasal dari luar. Kemampuan internal tampak pada kemampuan badan usaha di bidang
manajemen, permodalan, aksebilitas terhadap pasar dan penguasaan teknologi usaha tersebut. Sedangkan kekuatan yang diperoleh dari luar
dapat berupa kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan bidang usaha tertentu yang menguntungkan posisi suatu badan usaha.
2. Kebutuhankepentingan masing-masing pihak yang bekerjasama
sehingga kerjasama berjalan secara efektif.
2.3.5 Azas kemitraan
Kemitraan berdasarkan pada persamaan kedudukan, keselarasan dan peningkatan keterampilan kelompok mitra oleh perusahaan mitra melalui
perwujudan sinergi kemitraan yaitu hubungan yang: 1.
Saling memerlukan dalam arti perusahaan mitra memerlukan pasokan bahan baku dan kelompok mitra memerlukan penampungan hasil dan
bimbingan. 2.
Saling memperkuat dalam arti baik kelompok mitra maupun perusahaan mitra sama-sama memperhatikan kedudukan masing-
masing dalam peningkatan daya usahanya 3.
Saling menguntungkan yaitu baik kelompok mitra maupun perusahaan mitra memperoleh peningkatan pendapatan dan kesinambungan usaha.
Menurut Hermawan 1999 azas dalam kemitraan adalah adanya azas kesejajaran kedudukan mitra, azas saling membutuhkan dan azas saling
menguntungkan, selain itu diperlukan pula adanya azas saling mematuhi etika bisnis kemitraan.
19
2.3.6 Kendala-kendala kemitraan
Dalam pelaksanaan kemitraan sering menghadapi berbagai kendala. Menurut Badan Agribisnis Departemen Pertanian 1995, hal-hal yang menjadi
kendala tercapainya tujuan kemitraan antara lain: 1.
Adanya struktur pasar monopolistic khususnya pada kerjasama agribisnis, yang mengharuskan petani untuk menjual seluruh hasil
produksinya kepada perusahaan mitra usahanya, sehingga memberi peluang bagi perusahaan untuk menekan harga produk tersebut. Hal ini
dapat diatasi dengan membentuk organisasi petani dalam wadah koperasi.
2. Keterbatasan kemampuan yang dimiliki petani sebagai pelaku usaha,
dalam berbagai hal, seperti tingkat pendidikan yang rendah, kemampuan manajerial, akses terhadap modal dan informasi yang
rendah.
20
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Ciaruteun Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada bulan April sampai
dengan bulan Juni 2011.
3.2. Objek Penelitian dan Alat
Objek penelitian ini adalah petani hutan rakyat yang melakukan kemitraan dengan unit Usaha Bagi Hasil Koperasi Perumahan Wanabakti Nusantara UBH-
KPWN. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Pedoman wawancara berupa catatan pertanyaan tertulis mengenai pokok masalah penelitian yang digunakan untuk pedoman wawancara kepada
informan kunci. 2.
Kuesioner digunakan untuk media mengumpulkan data. 3.
Dokumen tertulis berupa undang-undang, peraturan dan kebijakan, petunjuk pelaksana, petunjuk teknis, dan lain sebagainya yang
berhubungan dengan permasalahan yang diteliti. 4.
Kamera digital digunakan untuk mendokumentasikan kegiatan dan alat perekam untuk merekam saat wawancara.
3.3 Sumber Data
Data yang dikumpulkan diperoleh dari berbagai sumber, yaitu: 1.
Petani mitra responden, UBH-KPWN, Pemilik Lahan, Investor, dan Pemerintah Desa.
2. Literatur dan publikasi lainnya.
3.4. Jenis Data
Dalam penelitian ini data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data primer meliputi keadaan umum responden yang diambil melalui
wawancara dan kueisioner. Sedangkan data sekunder meliputi keadaan