26 b.
hindari gaya hidup yang mencari kesenangan sesaat.
2.2. Voluntary Counseling and Testing VCT
Konseling  dalam  Voluntary  Counseling  and  Testing  VCT  adalah  kegiatan konseling  yang  menyediakan  dukungan  psikologis,  informasi,  dan  pengetahuan
HIVAIDS,  mencegah  penularah  HIV,  mempromosikan  perubahan  perilaku  yang bertanggungjawab,  pengobatan  antiretroviral  ARV  dan  memastikan  pemecahan
berbagai masalah terkait dengan HIVAIDS yang bertujuan untuk perubahan perilaku kearah perilaku lebih sehat dan lebih aman Pedoman Pelayanan VCT, 2006.
Menurut  Komisi  Penanggulangan  AIDS  Nasional  KPAN  2008,  VCT adalah  konseling  dan  testing  HIVAIDS  sukarela,  suatu  prosedur  diskusi
pembelajaran  antara  konselor  dan  klien  untuk  memahami  HIVAIDS  beserta  risiko dan konsekuensinya terhadap diri, pasangan, dan keluarga serta orang disekitarnya.
VCT  merupakan  salah  satu  cara  untuk  mengetahui  status  HIV  seseorang dengan  pemeriksaan  tes  HIV  yang  didahului  oleh  konseling  di  awal  dan  konseling
setelah  pemeriksaan.  Dalam  pemeriksaan  status  HIVAIDS  seseorang  idealnya dilakukan  melalui  proses  VCT.  Proses  ini  diperlukan  karena  tes  HIV  memerlukan
jaminan  kerahasiaan  bagi  orang  yang  diperiksa.  Selain  itu,  pemeriksaan  harus dilakukan secara etis dan sukarela atau paksaan dari pihak manapun.
2.2.1.  Tujuan
Tujuan  utama  VCT  adalah  untuk  mendorong  orang  yang  sehat,  asimtomatik untuk  mengetahui  status  HIV,  sehingga  mereka  yang  dapat  mengurangi  tingkat
penularannya, VCT dapat menurunkan perilaku berisiko, terutama pada mereka yang telah  dites  dan  dapat  membantu  beberapa  program  preventif  di  masyarakat.
8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD
27 Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan VCT dapat mengubah perilaku berisiko
dalam  beberapa  kelompok  rentan  terhadap  HIV  di  masyarakat  Sangiwa  G.  et  al, 1998.
VCT  perlu  dilakukan  karena  merupakan  pintu  masuk  menuju  ke  seluruh layanan HIVAIDS, dapat memberikan keuntungan bagi klien dengan hasil tes postif
maupun negatif dengan fokus pemberian dukungan terapi ARV anti retroviral, dapat membantu  mengurangi  stigma  di  masyarakat,  serta  dapat  memudahkan  akses  ke
berbagai  layanan  kesehatan  maupun  layanan  psikososial  yang  dibutuhkan  klien Murtiastutik, 2008.
VCT  terbuka  untuk  siapa  saja,  yang  secara  sukarela  tanpa  paksaan  ingin memeriksakan  dirinya  terhadap  status  kesehatannya.  Baik  untuk  orang  yang  sehat
tanpa  gejala  HIV  asimtomatik  maupun  untuk  orang  dengan  tanda-tanda  HIV. Seluruhnya bebas melakukan VCT dengan keinginan dan kemauannya sendiri tanpa
paksaan dari pihak manapun. Namun VCT terutama disarankan untuk dilakukan oleh orang-orang  dengan  risiko  tinggi  terhadap  penularan  virus  HIVAIDS.  Komisi
Penanggulangan  AIDS  KPA  dalam  Strategi  dan  Rencana  Aksi  Nasional  SRAN Penanggulangan HIVAIDS tahun 2010-2-14 telah menetapkan 720 orang per tahun
dalam setiap layanan VCT.
2.2.2.  Prinsip Layanan
VCT  merupakan  salah  satu  strategi  kesehatan  masyarakat  dan  sebagai  pintu masuk  ke  seluruh  layanan  kesehatan  HIVAIDS  berkelanjutan  yang  berdasarkan
prinsip : a.
Sukarela dalam melaksanakan testing HIV
8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD
28 Pemeriksaan HIV hanya dilaksanakan atas dasar kerelaan klien tanpa paksaan
dan tanpa tekanan. Keputusan untuk melakukan pemeriksaan terletak ditangan klien. Testing dalam VCT bersifat sukarela sehingga tidak direkomendasikan
untuk  testing  wajib  pada  pasangan  yang  akan  menikah,  pekerja  seksual, Injecting  Drug  User  IDU,  rekrutmen  pegawaitenaga  kerja  Indonesia  dan
asuransi kesehatan. b.
Saling mempercayai dan terjaminnya konfidensialitas Layanan  harus  bersifat  profesional,  menghargai  hak  dan  martabat  semua
klien,  konselor  dan  petugas  kesehatan,  tidak  diperkenankan  didiskusikan diluar  konteks  kunjungan  klien.  Semua  informasi  tertulis  harus  disimpan
dalam  tempat  yang  tidak  dapat  dijangkau  oleh  mereka  yang  tidak  berhak. Untuk penanganan kasus klien selanjutnya dengan seijin klien maka informasi
kasus dari diri klien dapat diketahui. c.
Mempertahankan hubungan relasi konselor dan klien yang efektif Konselor  mendukung  klien  untuk  kembali  mengambil  hasil  testing  dan
mengikuti  pertemuan  konseling  pasca  testing  untuk  mengurangi  perilaku berisiko.  Dalam  VCT  dibicarakan  juga  respon  dan  perasaan  klien  dalam
menerima hasil testing dan tahapan penerimaan hasil testing positif. d.
Testing merupakan salah satu komponen dari VCT WHO  dan  Depkes  RI  telah  memberikan  pedoman  yang  dapat  digunakan
untuk melakukan testing HIV. Penerimaan hasil testing senantiasa diikuti oleh konseling  pasca  testing  oleh  konselor  yang  sama  atau  konselor  lain  yang
disetujui oleh klien.
8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD
29
2.2.3. Tahapan Layanan